Palembang (ANTARA) - Pemeriksaan atau uji swab COVID-19 di Sumatera Selatan dapat menyasar 500 orang dalam sehari pada pertengahan Juni jika gabungan laboratorium yang memiliki alat tes Polymerase Chain Reaction telah aktif dan pelayanannya stabil.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Sumsel Yusri di Palembang, Jumat, mengatakan sejauh ini uji swab di Sumsel baru dilakukan Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Palembang.
Kemudian mulai dibantu RSUP Muhammad Hoesin Palembang, RSUD Provinsi Siti Fatimah, RSUD Sobirin Musi Rawas, dan RSUD Siti Aisyah Lubuklinggau.
"Awal Juni nanti RS Pusri Palembang mulai tes PCR juga, jadi kalau digabungkan semuanya maka paling lambat pertengahan Juni sudah dapat periksa 1.000 spesimen atau ada 500 orang yang bisa diperiksa dalam sehari," ujar Yusri.
Menurut dia, BBLK Palembang saat ini mampu menguji 400 sampel per hari, RSUP Muhammad Hoesin 60 sampel perhari, RSUD Siti Aisyah Lubuklinggau 20 sampel perhari dan RSUD Sobirin Musi Rawas sementara mendapat jatah uji 60 sampel serta RS Pusri diperkirakan mampu menguji 360 sampel per hari.
Khusus RSUD Provinsi Siti Fatimah dapat menguji swab untuk delapan orang per hari karena kepastian hasil COVID-19 cukup dengan satu kali uji swab per orang, sedangkan laboratorium lain membutuhkan 2-3 sampel per orang dalam kurun waktu berhari-hari.
Gugus Tugas COVID-19 Sumsel mengarahkan RSUD yang baru satu tahun berdiri tersebut sebagai penguji swab-swab khusus PDP dalam kondisi gawat atau parah yang dikhawatirkan akan meninggal dunia, sehingga pelacakan kontak dapat lebih cepat ditelusuri.
"Kemampuan kecepatan dan ketepatan laboratorium mempengaruhi penambahan kasus, sebab semakin cepat hasil keluar maka pelacakan kontak jadi lebih cepat dan penularan kontak dapat diputus," tambahnya.
Sementara BBLK Palembang hanya menguji swab dari puskesmas, rumah sakit, dan tempat-tempat karantina baik wisma atlet jakabaring maupun dari kabupaten/kota di Sumsel.
Namun pemeriksaan swab di BBLK Palembang belum stabil karena jumlah sampel yang masuk kerap lebih banyak dari kapasitas pemeriksaan harian, kata dia, akibatnya pengujian swab dapat tertunda sampai berhari-hari karena menunggu antrean.
Bahkan hingga 28 Mei 2020 masih terdapat 2.004 sampel dalam proses antre dan pemeriksaan di BBLK Palembang khusus dari Sumsel.
Tetapi uji swab diperkirakan akan menjadi lebih cepat pada Juni karena pengujian sampel-sampel dari empat provinsi (Bengkulu, Jambi, Bangka Belitung dan Lampung) yang selama ini menginduk ke BBLK Palembang sudah berkurang.
"Informasi yang kami terima empat provinsi itu tidak lagi mengirimkan sampel karena sudah punya alat PCR sendiri walaupun kapasitasnya belum banyak," kata Yusri.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Sumsel Yusri di Palembang, Jumat, mengatakan sejauh ini uji swab di Sumsel baru dilakukan Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Palembang.
Kemudian mulai dibantu RSUP Muhammad Hoesin Palembang, RSUD Provinsi Siti Fatimah, RSUD Sobirin Musi Rawas, dan RSUD Siti Aisyah Lubuklinggau.
"Awal Juni nanti RS Pusri Palembang mulai tes PCR juga, jadi kalau digabungkan semuanya maka paling lambat pertengahan Juni sudah dapat periksa 1.000 spesimen atau ada 500 orang yang bisa diperiksa dalam sehari," ujar Yusri.
Menurut dia, BBLK Palembang saat ini mampu menguji 400 sampel per hari, RSUP Muhammad Hoesin 60 sampel perhari, RSUD Siti Aisyah Lubuklinggau 20 sampel perhari dan RSUD Sobirin Musi Rawas sementara mendapat jatah uji 60 sampel serta RS Pusri diperkirakan mampu menguji 360 sampel per hari.
Khusus RSUD Provinsi Siti Fatimah dapat menguji swab untuk delapan orang per hari karena kepastian hasil COVID-19 cukup dengan satu kali uji swab per orang, sedangkan laboratorium lain membutuhkan 2-3 sampel per orang dalam kurun waktu berhari-hari.
Gugus Tugas COVID-19 Sumsel mengarahkan RSUD yang baru satu tahun berdiri tersebut sebagai penguji swab-swab khusus PDP dalam kondisi gawat atau parah yang dikhawatirkan akan meninggal dunia, sehingga pelacakan kontak dapat lebih cepat ditelusuri.
"Kemampuan kecepatan dan ketepatan laboratorium mempengaruhi penambahan kasus, sebab semakin cepat hasil keluar maka pelacakan kontak jadi lebih cepat dan penularan kontak dapat diputus," tambahnya.
Sementara BBLK Palembang hanya menguji swab dari puskesmas, rumah sakit, dan tempat-tempat karantina baik wisma atlet jakabaring maupun dari kabupaten/kota di Sumsel.
Namun pemeriksaan swab di BBLK Palembang belum stabil karena jumlah sampel yang masuk kerap lebih banyak dari kapasitas pemeriksaan harian, kata dia, akibatnya pengujian swab dapat tertunda sampai berhari-hari karena menunggu antrean.
Bahkan hingga 28 Mei 2020 masih terdapat 2.004 sampel dalam proses antre dan pemeriksaan di BBLK Palembang khusus dari Sumsel.
Tetapi uji swab diperkirakan akan menjadi lebih cepat pada Juni karena pengujian sampel-sampel dari empat provinsi (Bengkulu, Jambi, Bangka Belitung dan Lampung) yang selama ini menginduk ke BBLK Palembang sudah berkurang.
"Informasi yang kami terima empat provinsi itu tidak lagi mengirimkan sampel karena sudah punya alat PCR sendiri walaupun kapasitasnya belum banyak," kata Yusri.