Jakarta (ANTARA) -
Produsen baja ringan PT Tatalogam Lestari memproduksi baja ringan antivirus yang mampu meredam perkembangbiakan virus yang menempel pada logam, sebagai upaya mencegah dan meminimalisasi penyebaran COVID-19.
Vice Presiden PT Tatalogam Lestari Stephanus Koeswandi di Jakarta, Senin, mengatakan pihaknya mengembangkan inovasi baja ringan antivirus sejak sebulan terakhir terinspirasi dari inovasi serupa yang pernah diterapkan saat Hong Kong dan China saat dilanda wabah SARS pada 2002-2004.
“Dari hasil uji laboratorium diketahui, baja ringan antivirus ini terbukti dapat menangkal berbagai macam virus dan bakteri berbahaya termasuk COVID-19 yang saat ini tengah mewabah,” katanya.
Ia mengatakan, baja ringan anti-virus yang diproduksi, menggunakan cairan anti-virus khusus yang dapat menutup pori-pori baja sehingga virus tidak dapat berkembang biak di permukaannya.
"COVID-19 bisa hidup pada permukaan logam hingga 72 jam bahkan bisa lebih. Ini karena celah pori-pori benda tersebut jadi tempat hinggap bakteri dan virus. Virus membelah diri dan bisa bertahan lama. Kami berinovasi setiap tahun dan kali ini kami mengembangkan satu produk baja ringan anti-virus yaitu Nexalume Antivirus dan Sakura Truss Avico," kata Stephanus.
Nexalume Anti Virus merupakan bahan baku baja ringan yang sudah dilapisi cairan anti-virus dan di-“coating” 3 kali dengan “nano-coating”.
Bahan baku ini nanti bisa digunakan dalam berbagai keperluan seperti meja peralatan medis di rumah sakit, dan bahkan transportasi umum yang rawan dihinggapi dan menjadi tempat berkembang biak virus pembawa penyakit.
Sementara itu Sakura Truss Avico merupakan rangka atap baja ringan yang sudah dilapisi cairan anti-virus.
Rangka atap baja ringan anti-virus ini diharapkan juga dapat melindungi masyarakat dari bakteri dan virus yang ditularkan dari binatang yang hidup di atap rumah seperti tikus.
"Produk ini memang untuk membuat permukaan baja ini jauh lebih aman digunakan. Jadi bisa mengurangi inhabitan rate atau tempat virus berkembang sampai 99,91 persen. Jika virus menempel bukan dia mati tapi media tersebut oleh teknologi dari nexalum anti-virus ini bisa membuat virus ini jadi tidak bisa berkembang biak. Otomotis ini punya satu anti microbrial di permukaan tersebut," kata Stephanus .
Semula pihaknya hanya bisa mampu memproduksi baja ringan tersebut dengan kuantitas terbatas, tapi dengan aplikasi di mesin pelapisan (CGL) akhirnya, bisa diproduksi lebih cepat dan lebih banyak.
“Jadi satu bulan kapasitasnya 18 ribu ton. Dan ini kami harap bisa digunakan di mana-mana," kata Stephanus.
Lapisan anti virus pada baja ringan ini bisa bertahan antara 5-10 tahun tergantung keadaan lingkungan.
Di kondisi ekstrem, lapisan bisa bertahan 5 tahun dan tidak membutuhkan perawatan lain. Karena itu produk ini sangat cocok untuk diaplikasikan pada berbagai benda seperti meja rumah sakit, transportasi umum, perkantoran, rumah pribadi, bahkan hingga benda-benda lain yang rawan dihinggapi virus seperti gagang pintu.
Produsen baja ringan PT Tatalogam Lestari memproduksi baja ringan antivirus yang mampu meredam perkembangbiakan virus yang menempel pada logam, sebagai upaya mencegah dan meminimalisasi penyebaran COVID-19.
Vice Presiden PT Tatalogam Lestari Stephanus Koeswandi di Jakarta, Senin, mengatakan pihaknya mengembangkan inovasi baja ringan antivirus sejak sebulan terakhir terinspirasi dari inovasi serupa yang pernah diterapkan saat Hong Kong dan China saat dilanda wabah SARS pada 2002-2004.
“Dari hasil uji laboratorium diketahui, baja ringan antivirus ini terbukti dapat menangkal berbagai macam virus dan bakteri berbahaya termasuk COVID-19 yang saat ini tengah mewabah,” katanya.
Ia mengatakan, baja ringan anti-virus yang diproduksi, menggunakan cairan anti-virus khusus yang dapat menutup pori-pori baja sehingga virus tidak dapat berkembang biak di permukaannya.
"COVID-19 bisa hidup pada permukaan logam hingga 72 jam bahkan bisa lebih. Ini karena celah pori-pori benda tersebut jadi tempat hinggap bakteri dan virus. Virus membelah diri dan bisa bertahan lama. Kami berinovasi setiap tahun dan kali ini kami mengembangkan satu produk baja ringan anti-virus yaitu Nexalume Antivirus dan Sakura Truss Avico," kata Stephanus.
Nexalume Anti Virus merupakan bahan baku baja ringan yang sudah dilapisi cairan anti-virus dan di-“coating” 3 kali dengan “nano-coating”.
Bahan baku ini nanti bisa digunakan dalam berbagai keperluan seperti meja peralatan medis di rumah sakit, dan bahkan transportasi umum yang rawan dihinggapi dan menjadi tempat berkembang biak virus pembawa penyakit.
Sementara itu Sakura Truss Avico merupakan rangka atap baja ringan yang sudah dilapisi cairan anti-virus.
Rangka atap baja ringan anti-virus ini diharapkan juga dapat melindungi masyarakat dari bakteri dan virus yang ditularkan dari binatang yang hidup di atap rumah seperti tikus.
"Produk ini memang untuk membuat permukaan baja ini jauh lebih aman digunakan. Jadi bisa mengurangi inhabitan rate atau tempat virus berkembang sampai 99,91 persen. Jika virus menempel bukan dia mati tapi media tersebut oleh teknologi dari nexalum anti-virus ini bisa membuat virus ini jadi tidak bisa berkembang biak. Otomotis ini punya satu anti microbrial di permukaan tersebut," kata Stephanus .
Semula pihaknya hanya bisa mampu memproduksi baja ringan tersebut dengan kuantitas terbatas, tapi dengan aplikasi di mesin pelapisan (CGL) akhirnya, bisa diproduksi lebih cepat dan lebih banyak.
“Jadi satu bulan kapasitasnya 18 ribu ton. Dan ini kami harap bisa digunakan di mana-mana," kata Stephanus.
Lapisan anti virus pada baja ringan ini bisa bertahan antara 5-10 tahun tergantung keadaan lingkungan.
Di kondisi ekstrem, lapisan bisa bertahan 5 tahun dan tidak membutuhkan perawatan lain. Karena itu produk ini sangat cocok untuk diaplikasikan pada berbagai benda seperti meja rumah sakit, transportasi umum, perkantoran, rumah pribadi, bahkan hingga benda-benda lain yang rawan dihinggapi virus seperti gagang pintu.