Pangkalpinang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara bertahap menghentikan ekspor biji lada putih tetapi dalam bentuk produk jadi, guna menambah nilai jual komoditas khas daerah itu di pasar dunia.
"Kita akan memproduksi lada ini dalam bentuk produk jadi dan tidak lagi mengekspor bahan baku," kata Direktur BUMD Provinsi Kepulauan Babel, Saparudin di Pangkalpinang, Kamis.
Ia mengatakan saat ini negara-negara maju dan berkembang seperti Jepang, China, Korea, Vietnam, Thailand dan negara lainnya sudah memproduksi hasil pertanian dalam bentuk produk jadi.
Sementara itu, Bangka Belitung dan Indonesia pada umumnya masih mengekspor barang-barang mentah, setengah jadi sehingga tidak menambah nilai ekonomi produk pertanian, perkebunan dan perikanan.
"Selama ini kita mengekspor lada dalam karung besar dan sesampai di luar negeri dicuci, diolah dan dikemas menjadi produk jadi dengan harga seratus kali lipat dibandingkan bahan mentah," ujarnya.
Menurut dia saat ini, BUMD sedang membina dan meningkatkan kreatifitas mitra binaan untuk dapat memproduksi lada menjadi produk jadi, guna meningkatkan nilai komoditas itu di pasar dunia.
"Dalam tahun ini, kita menargetkan akan membentuk 15 rumah kemasan dan produksi lada, sehingga Babel tidak lagi mengekspor lada dalam bentuk bahan baku ke berbagai negara tujuan," katanya.
Ia berharap dengan adanya program rumah kemasan dan produksi lada ini dapat mengembalikan kejayaan lada putih di pasar dunia.
"Saat ini baru satu rumah kemasan dan produksi lada dan pembangunan usaha rumahan ini akan terus ditambah, agar harga komoditas khas daerah ini kembali naik di pasar internasional," katanya.
"Kita akan memproduksi lada ini dalam bentuk produk jadi dan tidak lagi mengekspor bahan baku," kata Direktur BUMD Provinsi Kepulauan Babel, Saparudin di Pangkalpinang, Kamis.
Ia mengatakan saat ini negara-negara maju dan berkembang seperti Jepang, China, Korea, Vietnam, Thailand dan negara lainnya sudah memproduksi hasil pertanian dalam bentuk produk jadi.
Sementara itu, Bangka Belitung dan Indonesia pada umumnya masih mengekspor barang-barang mentah, setengah jadi sehingga tidak menambah nilai ekonomi produk pertanian, perkebunan dan perikanan.
"Selama ini kita mengekspor lada dalam karung besar dan sesampai di luar negeri dicuci, diolah dan dikemas menjadi produk jadi dengan harga seratus kali lipat dibandingkan bahan mentah," ujarnya.
Menurut dia saat ini, BUMD sedang membina dan meningkatkan kreatifitas mitra binaan untuk dapat memproduksi lada menjadi produk jadi, guna meningkatkan nilai komoditas itu di pasar dunia.
"Dalam tahun ini, kita menargetkan akan membentuk 15 rumah kemasan dan produksi lada, sehingga Babel tidak lagi mengekspor lada dalam bentuk bahan baku ke berbagai negara tujuan," katanya.
Ia berharap dengan adanya program rumah kemasan dan produksi lada ini dapat mengembalikan kejayaan lada putih di pasar dunia.
"Saat ini baru satu rumah kemasan dan produksi lada dan pembangunan usaha rumahan ini akan terus ditambah, agar harga komoditas khas daerah ini kembali naik di pasar internasional," katanya.