Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/ Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro berharap Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) memprioritaskan pengembangan satelit dan penguasaan teknologi pemantauan ke depan yang tidak hanya untuk penguatan sistem komunikasi, tapi juga untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara serta komersial.
"Tentunya diharapkan adalah satelit yang nantinya punya kapasitas besar yang tentunya tidak hanya digunakan misalkan keperluan pertahanan keamanan tapi juga untuk kepentingan komersial lain," kata Menristek Bambang dalam sambutan saat menghadiri Rapat Koordinasi Nasional Citra Satelit Penginderaan Jauh 2020, di Jakarta, Selasa.
Rapat yang diselenggarakan LAPAN itu bertemakan Pemanfaatan Teknologi Penginderaan Jauh Cerdas dan Inovatif untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia dan dihadiri berbagai pemangku kepentingan seperti kementerian, lembaga dan pemerintah daerah.
Menristek menuturkan saat ini satelit masih menjadi suatu kemewahan, dan masih ada pihak yang bergantung pada "provider" ataupun pemilik satelit yang umumnya berasal dari luar, sehingga mengimpor jasa dari pemanfaatan satelit dari pihak luar negeri.
Namun menurut Bambang, bangsa Indonesia harus terus berupaya untuk meningkatkan kemampuan lokal atau domestik di dalam menyediakan citra satelit tersebut sehingga tidak bergantung pada pihak luar. Kemandirian bangsa untuk pemanfaatan satelit yang harus dicapai untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
"Meskipun saat ini sudah menjadi penyedia tunggal citra satelit di Indonesia tapi saya harapkan adalah ada penguasaan teknologi dan transfer teknologi sehingga LAPAN bisa berkonsentrasi dalam bidang satelit," ujarnya.
Dengan melihat perkembangan zaman dan teknologi informasi yang semakin canggih, Bambang menuturkan LAPAN harus memberikan perhatian lebih atau prioritas kepada pengembangan satelit.
"Tentunya dimulai dengan satelit skala mikro, satelit orbit rendah sampai kemudian tentunya kita berupaya berharap suatu saat Indonesia itu punya presence atau kehadiran di angkasa luar," ujarnya.
Melalui pengembangan satelit, diharapkan satelit akan memberikan informasi yang lebih jelas dan lebih "real time" kepada penggunanya.
"Saya minta LAPAN untuk fokus lebih tajam lagi untuk satelit berubah dari hanya sekedar pemakai jasa citra satelit yang barangkali disiapkan atau diberikan dari pihak luar menjadi pembuat satelit dari segala satelit mikro sampai satelit skala besar," ujarnya.
Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin menuturkan Menristek Bambang telah mengarahkan agar LAPAN fokus pada teknologi keantariksaan pengembangan satelit didukung dengan pengembangan pesawat tanpa awak karena baik satelit maupun pesawat tanpa awak merupakan satu bagian yang intergral untuk sistem pemantauan
LAPAN menjadi koordinator dalam program pengembangan satelit dalam Prioritas Riset Nasional 2020-2024, yakni membuat satelit komunikasi orbit rendah konstelasi.
"Yang nanti di dalamnya tentunya bukan hanya untuk komunikasi, tapi satelit untuk penginderaan jauh juga menjadi program yang terus dilanjutkan," ujarnya.
"Tentunya diharapkan adalah satelit yang nantinya punya kapasitas besar yang tentunya tidak hanya digunakan misalkan keperluan pertahanan keamanan tapi juga untuk kepentingan komersial lain," kata Menristek Bambang dalam sambutan saat menghadiri Rapat Koordinasi Nasional Citra Satelit Penginderaan Jauh 2020, di Jakarta, Selasa.
Rapat yang diselenggarakan LAPAN itu bertemakan Pemanfaatan Teknologi Penginderaan Jauh Cerdas dan Inovatif untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia dan dihadiri berbagai pemangku kepentingan seperti kementerian, lembaga dan pemerintah daerah.
Menristek menuturkan saat ini satelit masih menjadi suatu kemewahan, dan masih ada pihak yang bergantung pada "provider" ataupun pemilik satelit yang umumnya berasal dari luar, sehingga mengimpor jasa dari pemanfaatan satelit dari pihak luar negeri.
Namun menurut Bambang, bangsa Indonesia harus terus berupaya untuk meningkatkan kemampuan lokal atau domestik di dalam menyediakan citra satelit tersebut sehingga tidak bergantung pada pihak luar. Kemandirian bangsa untuk pemanfaatan satelit yang harus dicapai untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
"Meskipun saat ini sudah menjadi penyedia tunggal citra satelit di Indonesia tapi saya harapkan adalah ada penguasaan teknologi dan transfer teknologi sehingga LAPAN bisa berkonsentrasi dalam bidang satelit," ujarnya.
Dengan melihat perkembangan zaman dan teknologi informasi yang semakin canggih, Bambang menuturkan LAPAN harus memberikan perhatian lebih atau prioritas kepada pengembangan satelit.
"Tentunya dimulai dengan satelit skala mikro, satelit orbit rendah sampai kemudian tentunya kita berupaya berharap suatu saat Indonesia itu punya presence atau kehadiran di angkasa luar," ujarnya.
Melalui pengembangan satelit, diharapkan satelit akan memberikan informasi yang lebih jelas dan lebih "real time" kepada penggunanya.
"Saya minta LAPAN untuk fokus lebih tajam lagi untuk satelit berubah dari hanya sekedar pemakai jasa citra satelit yang barangkali disiapkan atau diberikan dari pihak luar menjadi pembuat satelit dari segala satelit mikro sampai satelit skala besar," ujarnya.
Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin menuturkan Menristek Bambang telah mengarahkan agar LAPAN fokus pada teknologi keantariksaan pengembangan satelit didukung dengan pengembangan pesawat tanpa awak karena baik satelit maupun pesawat tanpa awak merupakan satu bagian yang intergral untuk sistem pemantauan
LAPAN menjadi koordinator dalam program pengembangan satelit dalam Prioritas Riset Nasional 2020-2024, yakni membuat satelit komunikasi orbit rendah konstelasi.
"Yang nanti di dalamnya tentunya bukan hanya untuk komunikasi, tapi satelit untuk penginderaan jauh juga menjadi program yang terus dilanjutkan," ujarnya.