Palembang (ANTARA) - Asap mulai mendominasi cuaca di Kota Palemban, Sumatera Selatan, yang mengakibatkan kualitas udara semakin tidak sehat, berdasarkan pantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi SMB II Palembang, Bambang Benny Setiaji di Palembang, Selasa, mengatakan asap yang mengandung partikel-partikel kering menyebabkan jarak pandang berkisar antara 1.000-8.000 meter dengan jarak pandang terendah terjadi pada pukul 06.00 WIB.
"Selain mengurangi jarak pandang, asap juga akan menimbulkan bau yang khas, perih di mata, sesak pada pernafasan dan matahari akan terlihat berwarna jingga kemerahan saat sore hari disebabkan pembiasan cahaya matahari oleh polutan di atmosfer," ujar Benny.
Berdasarkan pengamatan cuaca di BMKG Stasiun Meteorologi SMB II Palembang selama kurun waktu 24 Jam pada 9 September 2019, pihaknya mendapati kondisi cuaca didominasi kriteria asap dengan kelembaban antara 45-95 persen, temperatur udara antara 23-35 derajat celcius dan angin dari tenggara dengan kecepatan 5-20 knots (9-37 km/jam).
Menurut dia asap masuk ke Kota Palembang akibat dibawa oleh angin dari arah tenggara wilayah yang memiliki titik-titik panas dengan tingkat kepercayaan lebih dari 80 persen.
"Wilayah yang berkontribusi mengirimkan asapnya yakni Air Sugihan, Pampangan, Banyuasin I, Tulung Selapan, Pedamaran, Cengal dan Pematang Panggang," jelasnya.
Kondisi tersebut menyebabkan kualitas udara (PM 10) berada pada level 180-187 µgram/m3 atau terindikasi tidak sehat hari ini.
"Diprakirakan kondisi asap ini akan terus berlangsung di wilayah Kota Palembang dan sekitarnya hingga padamnya titik-titik panas itu," kata Benny.
Sementara itu berdasarkan model prakiraan cuaca BMKG dengan rentang prakiraan 9 September hingga 16 September 2019 masih belum ada potensi hujan di wilayah Sumsel.
BMKG mengimbau masyarakat tidak membakar dan tetap membuang sampah pada tempatnya, tidak membakar sisa-sisa dari pembabatan seiring akan masuknya musim tanam dan tetap membantu pemerintah dan stakeholder terkait (BPBD, TNI, POLRI) dalam menanggulangi kebakaran hutan, kebun serta lahan.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi SMB II Palembang, Bambang Benny Setiaji di Palembang, Selasa, mengatakan asap yang mengandung partikel-partikel kering menyebabkan jarak pandang berkisar antara 1.000-8.000 meter dengan jarak pandang terendah terjadi pada pukul 06.00 WIB.
"Selain mengurangi jarak pandang, asap juga akan menimbulkan bau yang khas, perih di mata, sesak pada pernafasan dan matahari akan terlihat berwarna jingga kemerahan saat sore hari disebabkan pembiasan cahaya matahari oleh polutan di atmosfer," ujar Benny.
Berdasarkan pengamatan cuaca di BMKG Stasiun Meteorologi SMB II Palembang selama kurun waktu 24 Jam pada 9 September 2019, pihaknya mendapati kondisi cuaca didominasi kriteria asap dengan kelembaban antara 45-95 persen, temperatur udara antara 23-35 derajat celcius dan angin dari tenggara dengan kecepatan 5-20 knots (9-37 km/jam).
Menurut dia asap masuk ke Kota Palembang akibat dibawa oleh angin dari arah tenggara wilayah yang memiliki titik-titik panas dengan tingkat kepercayaan lebih dari 80 persen.
"Wilayah yang berkontribusi mengirimkan asapnya yakni Air Sugihan, Pampangan, Banyuasin I, Tulung Selapan, Pedamaran, Cengal dan Pematang Panggang," jelasnya.
Kondisi tersebut menyebabkan kualitas udara (PM 10) berada pada level 180-187 µgram/m3 atau terindikasi tidak sehat hari ini.
"Diprakirakan kondisi asap ini akan terus berlangsung di wilayah Kota Palembang dan sekitarnya hingga padamnya titik-titik panas itu," kata Benny.
Sementara itu berdasarkan model prakiraan cuaca BMKG dengan rentang prakiraan 9 September hingga 16 September 2019 masih belum ada potensi hujan di wilayah Sumsel.
BMKG mengimbau masyarakat tidak membakar dan tetap membuang sampah pada tempatnya, tidak membakar sisa-sisa dari pembabatan seiring akan masuknya musim tanam dan tetap membantu pemerintah dan stakeholder terkait (BPBD, TNI, POLRI) dalam menanggulangi kebakaran hutan, kebun serta lahan.