Kota Pekanbaru (ANTARA) - Redi (20) nyaris setiap hari membeli minimal 10 buah Sala Lauak, makanan khas yang dijual pedagang di sepanjang Jalan Nenas, Kelurahan Kampung Tengah, Kecamatan Sukajadi, Kota Pekanbaru, itu.
Redi bisa memilih Sala Lauak, di sepanjang Jalan Nenas itu, karena terdapat banyak penjual makanan buka puasa, dan harganya masih tetap sama Rp500,- untuk satu butir Sala Lauk. Redi membeli bukan untuk dirinya sendiri saja, tetapi juga untuk ibu, bapak dan saudaranya yang selalu menjadi tradisi tiap Ramadhan dengan makanan pembuka Sala Lauak itu.
"Sala Lauak enak dimakan sebagai makanan awal pembuka puasa. Makanan ini terbuat dari tepung beras berbentuk bulat kecil ini bisa dimasukkan langsung ke mulut dan berbuka puasa makin nikmat bila minum dengan teh hangat, atau es teh," kata Redi.
Sala Lauak, katanya, nikmat dimakan begitu saja, dan bahkan lebih legit lagi bagi orang dewasa jika ingin pedas dicampur dengan cocolan cabe merah.
Sala Lauak, menurut Redi, menjadi jajanan kesukaan keluarganya, bahkan adiknya paling kecil Astri (4) selalu minta dipesan belikan panganan khas di Kota Pekanbaru itu.
Menurut Reza (38), penjual Sala Lauak di Jalan Utama Kota Pekanbaru, setiap hari sebanyak 8.000 butir makanan itu terjual laris, apalagi detik-detik menjelang berbuka pembeli sudah mengantri di tempat dagangannya dengan nama "Sala Lauak Incim" itu.
Pedagang Sala Lauak Incim mematok harga per buah cuma Rp500, dan dilengkapi dengan bungkusan sambal atau cocolan cabe merah sebagai kuahnya.
"Alhamdulillah, dari 8.000 butir lebih penjualan Sala Lauak setiap hari pendapatan bisa mencapai Rp4 juta-an lebih, hingga terpaksa mempekerjakan empat karyawan, untuk membantu melayani pembeli dan menggoreng sala pada empat penggorengan," katanya.
Menurut Reza, makanan Sala Lauak menjadi favorit di Kota Pekanbaru dan sekitarnya, selain harganya terjangkau, hanya Rp500 per buah, bisa mengenyangkan perut jika makan dua hingga lima buah, karena terbuat dari tepung beras dan ikan.
"Makanan ini merupakan khas masyarakat Pariaman, Provinsi Sumbar, akan tetapi bagi orang perantauan asal Sumbar di Kota Pekanbaru memproduksinya kembali dan ternyata cukup laris, selain enak juga mengenyangkan perut," katanya.
Untuk Sala Lauak buatan Sala Lauak Incim ini, katanya lagi, laris manis hingga dibawa ke Mekkah, Kalimantan, Jakarta, sejumlah provinsi tetangga, dan Malaysia, karena selain gampang dibawa tidak basi, bahkan adonan Sala Lauak mentah juga bisa dibuatkan dan dikirim ke luar provinsi.
"Untuk adonan mentah bisa dibuat tergantung seberapa banyak pesanan, bisa ditaruh di dalam kulkas dan ibu rumah tangga bisa menggorengnya kapan saja dan seberapa banyak yang dikehendaki," katanya.
Untuk menyiapkan adonaan sala, kata Reza lagi, dirinya bersama sang istri, Rici (28), saat subuh sudah mulai mengaduk bahan dan pada siang adonan sudah bisa masuk ke dalam penggorengan dengan minyak dalam kondisi panas tinggi.
Bahan-bahan
Reza menyebutkan, dirinya lebih suka membuat adonan Sala Lauak dengan ikan kembung kering, karena aroma ikan kering lebih menguat ketimbang menggunakan ikan kembung basah.
"Saya lebih memilih ikan kembung kering yang dijual di pasar, untuk sekilo harganya bisa mencapai Rp35 ribu hingga Rp36 ribu. Selain ikan kembung basah, bisa juga digunakan ikan tongkol atau ikan tuna basah yang harganya bisa mencapai Rp40-an ribu per kilo itu," katanya.
Pada pembuatan sala, ikan diaduk bersama tepung beras, karena tepung ini merupakan bahan makanan yang bisa dikonsumsi oleh masyarakat kita. Selain itu tepung beras mengandung protein, karbohidrat dan kalsium yang dapat menjadi bahan asupan yang terbaik untuk setiap makanan, ditambah lagi kandungan protein ikan kembung yang cukup banyak dan bergizi.
Untuk bahan-bahan yang dibutuhkan mengolah ikan kembung basah atau kering sama seperti membuat gulai "Asam Pedas" tanpa santan. Siapkan bahan-bahan seperti tepung beras, cabe giling secukupnya, ikan kembung basah/kering, bumbu-bumbu serai, sedikit kunyit, sedikit lengkuas sedikit jahe giling, daun salam beberapa lembar, daun kunyit, dan daun jeruk, garam secukupnya serta air, bawang merah dan bawang putih dengan jumlah sesuai adonan.
Panaskan air hingga mendidik dalam kuali, kemudian baru masukkan bumbu-bumbu yang sudah disediakan tadi, bawang merah dan bawang putih, termasuk cabe merah giling, kunyit, jahe dan lengkuas giling, berikut daun salam, daun kunyit dan daun jeruk. Kalau bisa semua bumbu digiling halus.
Setelah air adonan bumbu-bumbu tersebut mendidih masukan ikan kembung kering atau basah, masak hingga matang, sambil membuang tulang-tulang ikan kembung tersebut dari dalam kuali, sisihkan atau gunakan saringan agar masakan diperoleh bersih tanpa tulang ikan.
Langkah berikutnya adalah masukkan tepung beras ke dalam kuali dan aduk hingga air gulai ikan pedas tersebut menyatu dengan tepung, untuk bisa bisa dibuat adonan bola-bola. Setelah adonan bola-bola kecil terbentuk, maka adonan bisa segera digoreng dalam minyak yang telah dipanaskan dalam suhu tinggi.
"Angkat Sala Lauak saat sudah kering, matang, dan berwarna kuning, pindahkan ke wadah penampungan yang memiliki saringan. Jika minyaknya sudah turun, maka Sala Lauak siap disajikan. Selamat mencoba," kata Reza. (*)
Redi bisa memilih Sala Lauak, di sepanjang Jalan Nenas itu, karena terdapat banyak penjual makanan buka puasa, dan harganya masih tetap sama Rp500,- untuk satu butir Sala Lauk. Redi membeli bukan untuk dirinya sendiri saja, tetapi juga untuk ibu, bapak dan saudaranya yang selalu menjadi tradisi tiap Ramadhan dengan makanan pembuka Sala Lauak itu.
"Sala Lauak enak dimakan sebagai makanan awal pembuka puasa. Makanan ini terbuat dari tepung beras berbentuk bulat kecil ini bisa dimasukkan langsung ke mulut dan berbuka puasa makin nikmat bila minum dengan teh hangat, atau es teh," kata Redi.
Sala Lauak, katanya, nikmat dimakan begitu saja, dan bahkan lebih legit lagi bagi orang dewasa jika ingin pedas dicampur dengan cocolan cabe merah.
Sala Lauak, menurut Redi, menjadi jajanan kesukaan keluarganya, bahkan adiknya paling kecil Astri (4) selalu minta dipesan belikan panganan khas di Kota Pekanbaru itu.
Menurut Reza (38), penjual Sala Lauak di Jalan Utama Kota Pekanbaru, setiap hari sebanyak 8.000 butir makanan itu terjual laris, apalagi detik-detik menjelang berbuka pembeli sudah mengantri di tempat dagangannya dengan nama "Sala Lauak Incim" itu.
Pedagang Sala Lauak Incim mematok harga per buah cuma Rp500, dan dilengkapi dengan bungkusan sambal atau cocolan cabe merah sebagai kuahnya.
"Alhamdulillah, dari 8.000 butir lebih penjualan Sala Lauak setiap hari pendapatan bisa mencapai Rp4 juta-an lebih, hingga terpaksa mempekerjakan empat karyawan, untuk membantu melayani pembeli dan menggoreng sala pada empat penggorengan," katanya.
Menurut Reza, makanan Sala Lauak menjadi favorit di Kota Pekanbaru dan sekitarnya, selain harganya terjangkau, hanya Rp500 per buah, bisa mengenyangkan perut jika makan dua hingga lima buah, karena terbuat dari tepung beras dan ikan.
"Makanan ini merupakan khas masyarakat Pariaman, Provinsi Sumbar, akan tetapi bagi orang perantauan asal Sumbar di Kota Pekanbaru memproduksinya kembali dan ternyata cukup laris, selain enak juga mengenyangkan perut," katanya.
Untuk Sala Lauak buatan Sala Lauak Incim ini, katanya lagi, laris manis hingga dibawa ke Mekkah, Kalimantan, Jakarta, sejumlah provinsi tetangga, dan Malaysia, karena selain gampang dibawa tidak basi, bahkan adonan Sala Lauak mentah juga bisa dibuatkan dan dikirim ke luar provinsi.
"Untuk adonan mentah bisa dibuat tergantung seberapa banyak pesanan, bisa ditaruh di dalam kulkas dan ibu rumah tangga bisa menggorengnya kapan saja dan seberapa banyak yang dikehendaki," katanya.
Untuk menyiapkan adonaan sala, kata Reza lagi, dirinya bersama sang istri, Rici (28), saat subuh sudah mulai mengaduk bahan dan pada siang adonan sudah bisa masuk ke dalam penggorengan dengan minyak dalam kondisi panas tinggi.
Bahan-bahan
Reza menyebutkan, dirinya lebih suka membuat adonan Sala Lauak dengan ikan kembung kering, karena aroma ikan kering lebih menguat ketimbang menggunakan ikan kembung basah.
"Saya lebih memilih ikan kembung kering yang dijual di pasar, untuk sekilo harganya bisa mencapai Rp35 ribu hingga Rp36 ribu. Selain ikan kembung basah, bisa juga digunakan ikan tongkol atau ikan tuna basah yang harganya bisa mencapai Rp40-an ribu per kilo itu," katanya.
Pada pembuatan sala, ikan diaduk bersama tepung beras, karena tepung ini merupakan bahan makanan yang bisa dikonsumsi oleh masyarakat kita. Selain itu tepung beras mengandung protein, karbohidrat dan kalsium yang dapat menjadi bahan asupan yang terbaik untuk setiap makanan, ditambah lagi kandungan protein ikan kembung yang cukup banyak dan bergizi.
Untuk bahan-bahan yang dibutuhkan mengolah ikan kembung basah atau kering sama seperti membuat gulai "Asam Pedas" tanpa santan. Siapkan bahan-bahan seperti tepung beras, cabe giling secukupnya, ikan kembung basah/kering, bumbu-bumbu serai, sedikit kunyit, sedikit lengkuas sedikit jahe giling, daun salam beberapa lembar, daun kunyit, dan daun jeruk, garam secukupnya serta air, bawang merah dan bawang putih dengan jumlah sesuai adonan.
Panaskan air hingga mendidik dalam kuali, kemudian baru masukkan bumbu-bumbu yang sudah disediakan tadi, bawang merah dan bawang putih, termasuk cabe merah giling, kunyit, jahe dan lengkuas giling, berikut daun salam, daun kunyit dan daun jeruk. Kalau bisa semua bumbu digiling halus.
Setelah air adonan bumbu-bumbu tersebut mendidih masukan ikan kembung kering atau basah, masak hingga matang, sambil membuang tulang-tulang ikan kembung tersebut dari dalam kuali, sisihkan atau gunakan saringan agar masakan diperoleh bersih tanpa tulang ikan.
Langkah berikutnya adalah masukkan tepung beras ke dalam kuali dan aduk hingga air gulai ikan pedas tersebut menyatu dengan tepung, untuk bisa bisa dibuat adonan bola-bola. Setelah adonan bola-bola kecil terbentuk, maka adonan bisa segera digoreng dalam minyak yang telah dipanaskan dalam suhu tinggi.
"Angkat Sala Lauak saat sudah kering, matang, dan berwarna kuning, pindahkan ke wadah penampungan yang memiliki saringan. Jika minyaknya sudah turun, maka Sala Lauak siap disajikan. Selamat mencoba," kata Reza. (*)