“Oleh karenanya, Kemenperin terus mendorong pengembangan AMMDes sebagai salah satu karya anak bangsa yang perlu diapresiasi karena wujud kemandirian industri nasional,” kata Putu lewat keterangannya yang diterima di Jakarta, Minggu.
Putu memaparkan, komponen lokal AMMDes sudah lebih dari 70 persen, sedangkan muatan penuhnya bisa mencapai 700 kg dan variasi kemiringan 20 hingga 30 derajat.
“AMMDes dilahirkan karena melihat infrastruktur atau jalan desa, sehingga dapat dimanfaatkan di jalan yang sangat ekstrem," paparnya.
Terkait produksi, saat ini PT Kreasi Mandiri Wintor Indonesia (KMWI) memiliki kapasitas produksi sebanyak 3.000 unit per tahun. Rencananya perusahaan akan meningkatkan kapasitas terpasangnya menjadi 12 ribu unit per tahun pada 2020.
Menurut Putu, alat untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat di pedesaan tersebut telah melalui berbagai tahapan pengembangan dan uji coba.
“Mesin diesel yang digunakan pada model ini telah mengalami penyesuaian untuk mendapatkan performa yang lebih baik di medan off roaddan berbukit,” ujarnya.
Model ini juga mengaplikasikan sistem penggerak tunggal yang dirancang dengan kecepatan maksimal 30 km per jam dan kapasitas silinder sebesar 650 cc atau setara dengan 14 HP.
Selain itu, model ini dilengkapi dengan differential lock sebagai fitur pengunci roda belakang sehingga dapat bergerak secara bersamaan untuk menambah traksi saat melintasi jalan yang buruk.
“Saat ini, AMMDes telah diproduksi massal dengan pengembangan aplikasi untuk pertanian, perkebunan, perikanan, kesehatan, dan tanggap darurat bencana,” imbuhnya.
Putu mencontohkan, AMMDes telah dikembangkan dengan dilengkapi alat pengolah air jernih.
Fungsi AMMDes ini sudah dimanfaatkan di tiga wilayah yang terkena dampak gempa di Sulawesi Tengah, beberapa waktu lalu, yakni di Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Donggala melalui bantuan lima unit dari Kemenperin.