Palembang (ANTARA News Sumsel) - Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera) Palembang, Sumatera Selatan menyimpan dokumen perjuangan lima hari lima malam menghadapi agresi militer Belanda II.
Bagi masyarakat yang akan mengetahui sejarah perjuangan rakyat itu bisa mengunjungi monpera yang berada di pusat kota samping Jembatan Ampera, kata pengurus Monpera Palembang Agusti di Palembang, Minggu.
Menurut dia, masyarakat yang masuk ke dalam bangunan utama Monpera, bisa melihat berbagai koleksi sejarah yang berkaitan dengan perjuangan masyarakat Sumatera Selatan dalam menghadapi agresi militer Belanda II.
Koleksi tersebut antara lain berupa foto dokumentasi, pakaian yang pernah digunakan para pejuang, senjata, buku, hingga mata uang yang pernah berlaku di negara ini, katanya.
Dia menjelaskan, pasca proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, berbagai wilayah di nusantara masih mengalami pergolakan dalam serangan agresi militer Belanda II.?
Seperti yang terjadi di Palembang pada Desember 1946, Belanda yang melanggar garis demarkasi menyulut pertempuran karena terdesak perlawanan pejuang nasionalis, mereka meminta bantuan, yang pada akhirnya membuat para pejuang nasionalis tersudut.
Pada Januari 1947, Belanda makin gencar menghancurkan Kota Palembang dengan mengerahkan tank dan artileri.
Penjajah Belanda juga menembaki pejuang nasionalis dari kapal perang dan boat, menjatuhkan bom serta granat.
Pertempuran itu terjadi di hampir seluruh wilayah Kota Palembang selama lima hari lima malam dan menghancurkan sebagian Bumi Sriwijaya itu.
Untuk memperingati peristiwa tersebut, para sesepuh pejuang kemerdekaan RI wilayah Sumatera Selatan yang tergabung dalam Legiun Veteran Sumatera Selatan berinisiatif untuk membangun sebuah monumen peringatan.
Cita-cita tersebut baru terwujud pada 17 Agustus 1975 dengan dilakukannya upacara peletakan batu pertama pembangunan monumen.
Pembangunan monumen selesai pada 1988, yang kemudian diresmikan oleh Alamsyah Ratu Prawiranegara (Menkokesra pada saat itu) dengan nama Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera).
Bentuk bangunan Monpera menyerupai bunga melati bermahkota lima yang menjelaskan melati sebagai simbol kesucian hati para pejuang, sedangkan lima sisi manggambarkan lima wilayah keresidenan yang tergabung dalam Sub Komandemen Sumatera Selatan.
Sedangkan jalur menuju ke bangunan utama Monpera berjumlah sembilan yang ?mengandung makna kebersamaan masyarakat Palembang yang dikenal dengan istilah "Batang Hari Sembilan".
Sementara tinggi bangunan Monpera mencapai 17 meter, memiliki 8 lantai, dan 45 bidang/jalur, angka tersebut mewakili tanggal proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.
Kemudian bangunan Monpera juga terdapat dua relief yang pertama menggambarkan kondisi masyarakat saat pra kemerdekaan, sedangkan relief kedua menggambarkan peristiwa perang 5 hari 5 malam.
Untuk masuk ke Monpera, pengunjung hanya dikenakan tiket masuk Rp1.000 per orang untuk pelajar, Rp2.000 untuk mahasiswa, Rp5.000 untuk umum, dan Rp20.000/orang untuk wisatawan asing, kata pengurus Monpera.
Bagi masyarakat yang akan mengetahui sejarah perjuangan rakyat itu bisa mengunjungi monpera yang berada di pusat kota samping Jembatan Ampera, kata pengurus Monpera Palembang Agusti di Palembang, Minggu.
Menurut dia, masyarakat yang masuk ke dalam bangunan utama Monpera, bisa melihat berbagai koleksi sejarah yang berkaitan dengan perjuangan masyarakat Sumatera Selatan dalam menghadapi agresi militer Belanda II.
Koleksi tersebut antara lain berupa foto dokumentasi, pakaian yang pernah digunakan para pejuang, senjata, buku, hingga mata uang yang pernah berlaku di negara ini, katanya.
Dia menjelaskan, pasca proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, berbagai wilayah di nusantara masih mengalami pergolakan dalam serangan agresi militer Belanda II.?
Seperti yang terjadi di Palembang pada Desember 1946, Belanda yang melanggar garis demarkasi menyulut pertempuran karena terdesak perlawanan pejuang nasionalis, mereka meminta bantuan, yang pada akhirnya membuat para pejuang nasionalis tersudut.
Pada Januari 1947, Belanda makin gencar menghancurkan Kota Palembang dengan mengerahkan tank dan artileri.
Penjajah Belanda juga menembaki pejuang nasionalis dari kapal perang dan boat, menjatuhkan bom serta granat.
Pertempuran itu terjadi di hampir seluruh wilayah Kota Palembang selama lima hari lima malam dan menghancurkan sebagian Bumi Sriwijaya itu.
Untuk memperingati peristiwa tersebut, para sesepuh pejuang kemerdekaan RI wilayah Sumatera Selatan yang tergabung dalam Legiun Veteran Sumatera Selatan berinisiatif untuk membangun sebuah monumen peringatan.
Cita-cita tersebut baru terwujud pada 17 Agustus 1975 dengan dilakukannya upacara peletakan batu pertama pembangunan monumen.
Pembangunan monumen selesai pada 1988, yang kemudian diresmikan oleh Alamsyah Ratu Prawiranegara (Menkokesra pada saat itu) dengan nama Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera).
Bentuk bangunan Monpera menyerupai bunga melati bermahkota lima yang menjelaskan melati sebagai simbol kesucian hati para pejuang, sedangkan lima sisi manggambarkan lima wilayah keresidenan yang tergabung dalam Sub Komandemen Sumatera Selatan.
Sedangkan jalur menuju ke bangunan utama Monpera berjumlah sembilan yang ?mengandung makna kebersamaan masyarakat Palembang yang dikenal dengan istilah "Batang Hari Sembilan".
Sementara tinggi bangunan Monpera mencapai 17 meter, memiliki 8 lantai, dan 45 bidang/jalur, angka tersebut mewakili tanggal proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.
Kemudian bangunan Monpera juga terdapat dua relief yang pertama menggambarkan kondisi masyarakat saat pra kemerdekaan, sedangkan relief kedua menggambarkan peristiwa perang 5 hari 5 malam.
Untuk masuk ke Monpera, pengunjung hanya dikenakan tiket masuk Rp1.000 per orang untuk pelajar, Rp2.000 untuk mahasiswa, Rp5.000 untuk umum, dan Rp20.000/orang untuk wisatawan asing, kata pengurus Monpera.