Jakarta (ANTARA News Sumsel) - Freddie Mercury adalah Queen, begitu juga sebaliknya. Kedua ikon ini memang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya.
Tema inilah yang berupaya diangkat oleh "Bohemian Rhapsody", sebuah film biopik tentang perjalanan band Queen, Freddie Mercury dan lagu-lagunya yang memorable.
Alkisah pada tahun 1970, seorang petugas bagasi bandara keturuanan Persia bernama Farrokh Bulsara memiliki impian untuk menjadi penulis lagu sekaligus pemusik.
Setiap malam dirinya mengunjungi bar tempat band Smile yang dibentuk Brian May (Gwilym Lee) dan Roger Taylor (Ben Hardy) sering manggung. Kebetulan vokalis band tersebut baru saja keluar dan Farrokh direkrut oleh Brian serta May sebagai vokalis barunya.
Band yang kemudian diperkuat oleh pemain gitar bass John Deacon (Joseph Mazzello) ini berupaya membuat album pertamanya dengan single "Killer Queen", menggunakan dana patungan yang berasal dari penjualan mobil milik band.
Band yang kemudian diberi nama Queen ini, kemudian mulai menggelar beberapa konser di sejumlah negara dan menghadapi beberapa tantangan khususnya kala berupaya melahirkan salah satu legendaris "Bohemian Rhapsody".
"Bohemian Rhapsody" yang dinahkodai Bryan Singer ini berupaya tidak hanya menampilkan perjalanan jatuh bangun Queen di belantika musik, namun juga kisah di balik lahirnya lagu-lagu legendaris Queen dan yang paling menonjol adalah kehidupan pribadi sang vokalis Freddie Mercury yang sangat kontroversial.
Mendiang Freddie Mercury memang dikenal sebagai salah satu ikon yang mengakui dirinya adalah seorang LGBTQ dan pengidap AIDS.
Tak heran jika film ini terkena gunting sensor yang sangat keras, mengingat banyaknya adegan mesum dan berbau LGBTQ yang bertebaran di sana-sini dalam film tersebut. Sebuah fakta sejarah yang terkait erat dengan kehidupan flamboyan Freddie.
Terlepas dari kehidupan almarhum yang sangat kontroversial, alasan Freddie Mercury tetap dipuja sebagai legenda hingga sekarang adalah karena semangat hidupnya yang sangat kuat.
Hal ini terlihat saat dirinya tetap bersikeras untuk pentas dalam kondisi demam hebat akibat AIDS, namun berhasil tampil memukau dan menjadikan Queen sebagai bintang utama panggung acara amal Live Aid untuk Afrika tahun 1985.
Tak hanya kehidupan sang legenda yang menjadi motivasi, kisah ikatan kekeluargaan para personel band Queen yang sangat kuat menjadi inspirasi bagi penontonnya.
Saking menginspirasinya, gala premier "Bohemian Rhapsody" di Jakarta sampai dibuat dua gelombang karena banyaknya selebriti Indonesia yang ingin menyaksikan film ini menurut pantauan Antaranews di lokasi.
"Bohemian Rhapsody" yang dibintangi oleh Rami Malek, Gwilym Lee, Ben Hardy, Joseph Mazello dan sederet bintang lainnya ini akan tayang perdana pada 31 Oktober di bioskop-bioskop Indonesia.
Tema inilah yang berupaya diangkat oleh "Bohemian Rhapsody", sebuah film biopik tentang perjalanan band Queen, Freddie Mercury dan lagu-lagunya yang memorable.
Alkisah pada tahun 1970, seorang petugas bagasi bandara keturuanan Persia bernama Farrokh Bulsara memiliki impian untuk menjadi penulis lagu sekaligus pemusik.
Setiap malam dirinya mengunjungi bar tempat band Smile yang dibentuk Brian May (Gwilym Lee) dan Roger Taylor (Ben Hardy) sering manggung. Kebetulan vokalis band tersebut baru saja keluar dan Farrokh direkrut oleh Brian serta May sebagai vokalis barunya.
Band yang kemudian diperkuat oleh pemain gitar bass John Deacon (Joseph Mazzello) ini berupaya membuat album pertamanya dengan single "Killer Queen", menggunakan dana patungan yang berasal dari penjualan mobil milik band.
Band yang kemudian diberi nama Queen ini, kemudian mulai menggelar beberapa konser di sejumlah negara dan menghadapi beberapa tantangan khususnya kala berupaya melahirkan salah satu legendaris "Bohemian Rhapsody".
"Bohemian Rhapsody" yang dinahkodai Bryan Singer ini berupaya tidak hanya menampilkan perjalanan jatuh bangun Queen di belantika musik, namun juga kisah di balik lahirnya lagu-lagu legendaris Queen dan yang paling menonjol adalah kehidupan pribadi sang vokalis Freddie Mercury yang sangat kontroversial.
Mendiang Freddie Mercury memang dikenal sebagai salah satu ikon yang mengakui dirinya adalah seorang LGBTQ dan pengidap AIDS.
Tak heran jika film ini terkena gunting sensor yang sangat keras, mengingat banyaknya adegan mesum dan berbau LGBTQ yang bertebaran di sana-sini dalam film tersebut. Sebuah fakta sejarah yang terkait erat dengan kehidupan flamboyan Freddie.
Terlepas dari kehidupan almarhum yang sangat kontroversial, alasan Freddie Mercury tetap dipuja sebagai legenda hingga sekarang adalah karena semangat hidupnya yang sangat kuat.
Hal ini terlihat saat dirinya tetap bersikeras untuk pentas dalam kondisi demam hebat akibat AIDS, namun berhasil tampil memukau dan menjadikan Queen sebagai bintang utama panggung acara amal Live Aid untuk Afrika tahun 1985.
Tak hanya kehidupan sang legenda yang menjadi motivasi, kisah ikatan kekeluargaan para personel band Queen yang sangat kuat menjadi inspirasi bagi penontonnya.
Saking menginspirasinya, gala premier "Bohemian Rhapsody" di Jakarta sampai dibuat dua gelombang karena banyaknya selebriti Indonesia yang ingin menyaksikan film ini menurut pantauan Antaranews di lokasi.
"Bohemian Rhapsody" yang dibintangi oleh Rami Malek, Gwilym Lee, Ben Hardy, Joseph Mazello dan sederet bintang lainnya ini akan tayang perdana pada 31 Oktober di bioskop-bioskop Indonesia.