Jakarta (ANTARA News Sumsel) - Begadang kerap menjadi solusi untuk menyelesaikan pekerjaan, namun jika kebiasaan itu dibiarkan begitu saja, kadar hormon testosteron seorang pria akan menurun.
Penelitian menemukan bahwa pria yang waktu tidurnya di bawah rata-rata sebanyak 6,9 jam akan kehilangan 1,5 persen hormon testosteron, menurut laporan dailymail, dikutip Rabu.
Para peneliti yang dipimpin oleh University of Miami mengamati rata-rata tidur dari hampir 2.300 pria, yang memiliki waktu tidur antara dua sampai 12 jam setiap malam.
Kendati terjadi penurunan kadar testosteron yang tercatat, itu dalam kisaran normal.
Penelitian juga menemukan bahwa massa tubuh tinggi dan mengonsumsi alkohol menyebabkan kadar testosteron menurun drastis. Tidur dapat mengurangi testosteron dengan menganggu sinyal otak yang mengontrol hormon seks.
Penelitian yang dipresentasikan dalam pertemuan di Denver, mengungkapkan bahwa "kualitas tidur" harus diperhitungkan ketika mempelajari penurunan kadar, yang dapat menyebabkan hilangnya dorongan seksual, depresi, dan kelelahan.
Presiden International Chromosome and Genome Society Profesor Darren Griffin mengatakan bahwa hal itu tidak mengejutkan.
"Kurang tidur memiliki sejumlah efek buruk terhadap kesehatan dan kita semua tahu bahwa betapa buruknya fungsi tubuh ketika kita tidak dapat tidur nyenyak," papar Prof. Griffin.
Penelitian menemukan bahwa pria yang waktu tidurnya di bawah rata-rata sebanyak 6,9 jam akan kehilangan 1,5 persen hormon testosteron, menurut laporan dailymail, dikutip Rabu.
Para peneliti yang dipimpin oleh University of Miami mengamati rata-rata tidur dari hampir 2.300 pria, yang memiliki waktu tidur antara dua sampai 12 jam setiap malam.
Kendati terjadi penurunan kadar testosteron yang tercatat, itu dalam kisaran normal.
Penelitian juga menemukan bahwa massa tubuh tinggi dan mengonsumsi alkohol menyebabkan kadar testosteron menurun drastis. Tidur dapat mengurangi testosteron dengan menganggu sinyal otak yang mengontrol hormon seks.
Penelitian yang dipresentasikan dalam pertemuan di Denver, mengungkapkan bahwa "kualitas tidur" harus diperhitungkan ketika mempelajari penurunan kadar, yang dapat menyebabkan hilangnya dorongan seksual, depresi, dan kelelahan.
Presiden International Chromosome and Genome Society Profesor Darren Griffin mengatakan bahwa hal itu tidak mengejutkan.
"Kurang tidur memiliki sejumlah efek buruk terhadap kesehatan dan kita semua tahu bahwa betapa buruknya fungsi tubuh ketika kita tidak dapat tidur nyenyak," papar Prof. Griffin.