Bengkulu (ANTARA Sumsel) - Pelaksana tugas Gubenur Bengkulu, Rohidin Mersyah menilai bahwa Festival Tabut untuk memperingati Tahun Baru Islam mampu menjadi magnet wisata budaya dan sejarah Provinsi Bengkulu.
"Festival ini yang mampu menyedot ratusan ribu orang Bengkulu untuk menyaksikan puncak acara yaitu arak-arakan tabut," kata Rohidin di Bengkulu, Sabtu.
Festival selama 10 hari yang acara intinya digelar oleh anggota Kerukunan Keluarga Tabut (KKT) untuk memperingati kematian Husein, salah seorang cucu Nabi Muhammad SAW yang gugur dalam perang di Padang Karbala Irak, diisi berbagai lomba, antara lain lomba musik dol dan lomba tari kreasi.
Di arena festival yang dipusatkan di lapangan Tugu Kampung, berhadapan dengan Rumah Dinas Gubernur Bengkulu, juga digelar pameran produk unggulan daerah dari 10 kabupaten dan kota.
"Festival ini juga bisa mendatangkan para perantau asal Bengkulu untuk kembali ke kampung halaman karena festival tabut sudah melegenda bagi masyarakat lokal," katanya.
Rohidin mengatakan festival yang digelar setiap tahun dan sudah masuk dalam kalender pariwisata Kementerian Pariwisata itu tidak hanya menjadi ajang promosi pariwisata daerah, tapi juga menjadi penggerak ekonomi daerah.
Festival tabut kata dia tidak hanya ritual budaya dan religi, tapi juga bagian dari modal pembangunan sektor pariwisata untuk mendukung tahun kunjungan wisata ke Bengkulu pada 2020.
"Karena itu, saya mengapresiasi seluruh panitia yang terlibat menyukseskan festival tahun ini, terutama kepada anggota KKT Bengkulu," ucapnya.
Festival tabut 2017 ditutup pada Jumat (29/9) malam di lapangan Tugu Kampung, Kota Bengkulu dan diakhiri dengan ritual "tabut tebuang" atau pembuangan tabut.
Adapun tahapan ritual Tabot sesuai urutan yakni mengambil tanah, duduk penja, meradai, merajang, arak penja, arak serban, gam atau masa tenang/berkabung dan arak gedang serta tabot terbuang.
Inti dari upacara selama 10 hari terhitung 1 hingga 10 Muharram, adalah mengumpulkan semua bagian tubuh Husein lalu diarak dan dimakamkan di Padang Karbala.
Perayaan tabut di Bengkulu pertama kali dilaksanakan oleh Syeh Burhanuddin yang dikenal sebagai Imam Senggolo pada 1685. Syeh Burhanuddin atau Imam Senggolo pun menikah dengan wanita Bengkulu kemudian keturunannya disebut KKT terus menggelar ritual tabut hingga kini.
"Festival ini yang mampu menyedot ratusan ribu orang Bengkulu untuk menyaksikan puncak acara yaitu arak-arakan tabut," kata Rohidin di Bengkulu, Sabtu.
Festival selama 10 hari yang acara intinya digelar oleh anggota Kerukunan Keluarga Tabut (KKT) untuk memperingati kematian Husein, salah seorang cucu Nabi Muhammad SAW yang gugur dalam perang di Padang Karbala Irak, diisi berbagai lomba, antara lain lomba musik dol dan lomba tari kreasi.
Di arena festival yang dipusatkan di lapangan Tugu Kampung, berhadapan dengan Rumah Dinas Gubernur Bengkulu, juga digelar pameran produk unggulan daerah dari 10 kabupaten dan kota.
"Festival ini juga bisa mendatangkan para perantau asal Bengkulu untuk kembali ke kampung halaman karena festival tabut sudah melegenda bagi masyarakat lokal," katanya.
Rohidin mengatakan festival yang digelar setiap tahun dan sudah masuk dalam kalender pariwisata Kementerian Pariwisata itu tidak hanya menjadi ajang promosi pariwisata daerah, tapi juga menjadi penggerak ekonomi daerah.
Festival tabut kata dia tidak hanya ritual budaya dan religi, tapi juga bagian dari modal pembangunan sektor pariwisata untuk mendukung tahun kunjungan wisata ke Bengkulu pada 2020.
"Karena itu, saya mengapresiasi seluruh panitia yang terlibat menyukseskan festival tahun ini, terutama kepada anggota KKT Bengkulu," ucapnya.
Festival tabut 2017 ditutup pada Jumat (29/9) malam di lapangan Tugu Kampung, Kota Bengkulu dan diakhiri dengan ritual "tabut tebuang" atau pembuangan tabut.
Adapun tahapan ritual Tabot sesuai urutan yakni mengambil tanah, duduk penja, meradai, merajang, arak penja, arak serban, gam atau masa tenang/berkabung dan arak gedang serta tabot terbuang.
Inti dari upacara selama 10 hari terhitung 1 hingga 10 Muharram, adalah mengumpulkan semua bagian tubuh Husein lalu diarak dan dimakamkan di Padang Karbala.
Perayaan tabut di Bengkulu pertama kali dilaksanakan oleh Syeh Burhanuddin yang dikenal sebagai Imam Senggolo pada 1685. Syeh Burhanuddin atau Imam Senggolo pun menikah dengan wanita Bengkulu kemudian keturunannya disebut KKT terus menggelar ritual tabut hingga kini.