Kupang (Antarasumsel.com) - Kebangkitan Yesus Kristus hendaknya dimaknai sebagai momentum dalam menumbuhkan semangat saling menghargai di tengah perbedaan suku, agama dan budaya di Indonesia.
"Indonesia adalah bangsa yang masyakatnya majemuk dan pruralis, namun tetap Bhineka Tunggal Ika dalam menghargai perbedaan tersebut," kata RD Yonas Kamlasi saat memimpin misa Paskah di Kupang, Minggu
Ia mengatakan momentum Kebangkitan Kristus harus juga dimaknai sebagai peluang untuk berdamai dan bersatu dalam upaya membangun masyarakat dan bangsa ke arah yang lebih baik.
"Jangan lagi ada hujat-menghujat di antara sesama kita yang berbeda, jangan lagi ada upaya untuk saling menjatuhkan dan mempertahankan kebenaran sepihak dengan mengabaikan yang lain," katanya.
Untuk saling menghargai dalam perbedaan, kata dia, bisa dapat dilakukan jika di antara masing-masing pihak saling percaya dan tidak saling menjatuhkan.
Romo Yonas kemudian mengisahkan sebuah keluarga yang hidup dalam perbedaan (agama), namun berlangsung langgeng dan aman serta harmonis meski berada di sebuah pulau terdepan Indonesia, Pulau Ndana di Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur.
Pada awalnya memang ada godaan agar sang isteri dan empat orang anaknya harus mengikuti agama sang ayah saat pertama kali tiba di Pulau Ndana dari Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur.
Namun, sang isteri tetap meyakinkan sang suami agar tetap pada jalur keyakinan masing-masing sehingga tercipta rasa keadilan dan saling menghargai satu sama lain.
Dalam konteks Kebangkitan, kata dia, murid-murid Yesus tidak menyangka akan adanya kebangkitan meskipun Yesus sudah berkali-kali mengatakan bahwa Ia akan mengalami penderitaan hebat sampai akhirnya mati di kayu salib.
Namun, ketika murid-muridNya bertemu dengan Yesus yang bangkit, maka seluruh kehidupan mereka berubah 180 derajat.
Thomas, salah satu murid Yesus yang tidak percaya dan skeptis, akhirnya berlutut dan berkata "Engkaulah Tuhanku dan Allahku". Thomas akhirnya percaya dan ikut memberitakan injil sampai akhirnya meninggal di India.
Karena itu, kata Romo Yonas, kesempatan kebangkitan Kristus pada hari Raya Paskah ini, harus menjadi momentum untuk menyatukan siapa pun agar yakin dan percaya dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
"Perayaan Paskah diharapkan dapat membangkitkan umat kristiani dari kebiasaan yang kurang menghargai menjadi saling menghargai, serta rukun dan damai dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat," katanya.
"Indonesia adalah bangsa yang masyakatnya majemuk dan pruralis, namun tetap Bhineka Tunggal Ika dalam menghargai perbedaan tersebut," kata RD Yonas Kamlasi saat memimpin misa Paskah di Kupang, Minggu
Ia mengatakan momentum Kebangkitan Kristus harus juga dimaknai sebagai peluang untuk berdamai dan bersatu dalam upaya membangun masyarakat dan bangsa ke arah yang lebih baik.
"Jangan lagi ada hujat-menghujat di antara sesama kita yang berbeda, jangan lagi ada upaya untuk saling menjatuhkan dan mempertahankan kebenaran sepihak dengan mengabaikan yang lain," katanya.
Untuk saling menghargai dalam perbedaan, kata dia, bisa dapat dilakukan jika di antara masing-masing pihak saling percaya dan tidak saling menjatuhkan.
Romo Yonas kemudian mengisahkan sebuah keluarga yang hidup dalam perbedaan (agama), namun berlangsung langgeng dan aman serta harmonis meski berada di sebuah pulau terdepan Indonesia, Pulau Ndana di Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur.
Pada awalnya memang ada godaan agar sang isteri dan empat orang anaknya harus mengikuti agama sang ayah saat pertama kali tiba di Pulau Ndana dari Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur.
Namun, sang isteri tetap meyakinkan sang suami agar tetap pada jalur keyakinan masing-masing sehingga tercipta rasa keadilan dan saling menghargai satu sama lain.
Dalam konteks Kebangkitan, kata dia, murid-murid Yesus tidak menyangka akan adanya kebangkitan meskipun Yesus sudah berkali-kali mengatakan bahwa Ia akan mengalami penderitaan hebat sampai akhirnya mati di kayu salib.
Namun, ketika murid-muridNya bertemu dengan Yesus yang bangkit, maka seluruh kehidupan mereka berubah 180 derajat.
Thomas, salah satu murid Yesus yang tidak percaya dan skeptis, akhirnya berlutut dan berkata "Engkaulah Tuhanku dan Allahku". Thomas akhirnya percaya dan ikut memberitakan injil sampai akhirnya meninggal di India.
Karena itu, kata Romo Yonas, kesempatan kebangkitan Kristus pada hari Raya Paskah ini, harus menjadi momentum untuk menyatukan siapa pun agar yakin dan percaya dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
"Perayaan Paskah diharapkan dapat membangkitkan umat kristiani dari kebiasaan yang kurang menghargai menjadi saling menghargai, serta rukun dan damai dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat," katanya.