Berbeda dengan kondisi cuaca di Pulau Jawa yang diguyur hujan sepanjang
hari dan menyebabkan banjir di sejumlah daerah beberapa waktu, cuaca di
Pulau Sumatera, mulai dari Lampung sampai Sumatera Barat justru cerah.
Mengawali perjalanan darat dari pelabuhan Bakauheni, Lampung menyusuri Lintas Barat Sumatera dengan tujuan akhir di Padang sepanjang sekitar 1.200 km, cuaca cukup bersahabat dan matahari bersinar penuh.
Setelah melewati Ibukota Bandar Lampung, perjalanan menyusuri Lintas Barat Sumatera diawali dari ruas jalan Kota Agung-Krui yang melintas Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sejauh sekitar 150 km.
Di sepanjang jalan tersebut, sama sekali tidak ada pemukiman penduduk karena yang ada di kiri kanan adalah hutan. Karena di sepanjang jalur tersebut tidak dijumpai pom bensin, pengendara harus benar-benar mengisi penuh bahan bakar sebelum melintas kawasan tersebut.
Meskipun keadaan jalan sebagian mulus dan sepi, kondisi jalan yang berkelok-kelok dan naik turun bukit membuat kendaraan tidak bisa melaju kencang dan pengendara harus ekstra hati-hati. Dalam keadaan normal, Kota Agung - Krui, biasanya ditempuh dalam waktu antara tiga sampai empat jam.
Pengendara asal Jakarta yang terbiasa dengan suasana jalanan macet, tanpa sadar akan memacu kendaraan karena lalu lintas yang sepi. Tapi kondisi jalan yang sepi justru bisa mendatangkan bencana karena secara tidak terduga akan bertemu ternak sapi atau kambing yang dengan bebas melenggang berkeliaran di jalan, tanpa pengawasan pemiliknya.
Jika sempat menabrak ternak sampai mati atau catat, dipastikan akan panjang urusannya dengan pemilik yang sering meminta kerugian dengan jumah yang tidak masuk akal.
"Pemilik beralasan kalau kambingnya akan beranak dan itu dihitung dalam jumlah yang harus ditebus, sehingga jumlah uang ganti rugi akan berlipat-lipat," kata Syafrudin, salah seorang pengemudi truk jurusan Lampung-Bengkulu yang ditemui sedang istirahat di sebuah rumah makan di Krui, Lampung Barat.
Pada malam hari, pengendara juga harus ekstra hati-hati karena akan banyak ditemui anak-anak muda memacu motor dari arah berlawanan tanpa lampu dan helm. Juga akan banyak ditemui remaja tanggung yang "hangout" di jembatan sambil memainkan telepon genggam.
Di beberapa desa yang dilewati, beberapa kali ditemui pesta pernikahan warga yang mengambil sebagian badan jalan untuk dijadikan arena menyambut tamu. Tampaknya mengadakan pesta di pinggir jalan merupakan sebuah kebiasaan bagi warga setempat mengingat tidaknya adanya sarana gedung pertemuan seperti di kota.
Di antara Kota Agung dan Krui, terdapat Masjid Imaduddin yang tidak hanya sekedar tempat ibadah, tapi juga tempat peristirahatan yang aman dan nyaman. Di sini, selain tempat parkirnya luas dan kamar mandinya banyak, pengurus masjid juga menyediakan kopi, gula, teh, dan air panas gratis.
Yang harus diwaspadai di ruas jalan Kota Agung-Krui tersebut adalah perjalanan pada malam hari saat melintasi jalan yang sempit, banyak tikungan tajam dan lobang yang dalam menganga.
Pengendara yang sedang asyik melaju kencang tiba-tiba akan berhadapan dengan jalan berlobang dengan diameter yang bervariasi, antara 50 cm sampai 100 cm sedalam sekitar 30 cm dan akan membuat kendaraan terpental tanpa sempat mengerem mendadak atau menghindar.
Ruas jalan antara Kota Agung dan Krui adalah yang paling menantang dan membangkitkan adrenalin karena banyak ditemui pendakian dengan tikungan tajam, sementara di kiri kanan terdapat hutan lebat dengan aneka flora dan fauna yang menyejukkan mata.
Secara umum, jalur trans lintas barat Sumatera yang membentang dari Kota Agung menyusuri Krui, Bengkulu, Muko Muko sampai Padang sepanjang hampir 1000km, didominasi oleh jalur berkelok-kelok.
Sulit untuk menemukan jalan yang membentang lurus sepanjang lebih dari sepuluh kilometer. Jalan yang sempit diperparah dengan kondisi rusak dengan aspal terkelupas dan berlobang, membuat perjalanan menjadi lebih lama dibanding dengan Jalur Lintas Timur (Jalintim) dan Jalur Lintas Tengah (Jalinteng).
Kondisi jalan terparah terdapat di Kabupaten Bengkulu Utara, saat ditemukan jalan yang menyerupai kolam ikan, membuat kendaraan jenis sedang harus sangat hati-hati agar tidak terperosok ke dalam lobang yang dalam.
Di pinggir jalan rusak tersebut, terpampang papan pengumuman dari Dinas Perhubungan Kabupaten Bengkulu Utara yang bertuliskan " Jalan Lintas Barat Sumatera, Status: Jalan Nasional, Kewenangan Pemerintah Pusat."
Tampaknya pengumuman tersebut sengaja dibuat agar pengguna jalan yang telah membayar pajak kendaraan tidak menyalahkan pemerintah daerah setempat atas buruknya kondisi jalan.
Terlepas dari kondisi jalan yang rusak parah di beberapa lokasi, Jalur Lintas Barat Sumatera tersebut ibarat surga yang tersembunyi karena menyuguhkan keindahan alam berupa pantai berpasir putih yang menyejukan mata pelintas.
Pengendara kendaraan pribadi akan tergoda untuk menepi dan menikmati deburan ombak di pantai, terutama saat matahari akan tenggelam dan memancarkan cahaya keemasan.
Tapi berdasarkan pemantauan Antara yang melewati jalur tersebut beberapa waktu lalu, potensi keindahan alam di sepanjang pantai tersebut, terutama Krui di Pesisir Barat Lampung, masih belum dikembangkan secara maksimal.
Pengguna jalan yang melintas jalur tersebut, sebenarnya bisa singgah untuk melepas lelah dan bermalam sambil menikmati keindahan panorama pantai.
Sekitar 17 km sebelah utara Krui, terdapat sebuah tempat yang tidak kalah indah, yaitu pantai Tembakak yang berhadapan langsung engan Pulau Pisang, hanya berjarak sekitar 1 km dari bibir pantai.
Pada bulan April sampai September, yaitu saat yang tepat untuk bermain surfing, kawasan pantai tersebut kedatangan banyak turis dari berbagai negara.
Tapi di sekitar kawasan Pantai Tembakak, tidak terlihat hotel atau restoran yang representatif, hanya warung-warung kecil yang menawarkan bakso atau kelapa muda.
Melihat kondisi jalan secara umum, adalah hal yang wajar bila banyak pengendara yang melakukan perjalanan darat dari Jawa ke Sumatera atau sebaliknya, belum menjadikan Lintas Barat Sumatera sebagai pilihan.
Mengawali perjalanan darat dari pelabuhan Bakauheni, Lampung menyusuri Lintas Barat Sumatera dengan tujuan akhir di Padang sepanjang sekitar 1.200 km, cuaca cukup bersahabat dan matahari bersinar penuh.
Setelah melewati Ibukota Bandar Lampung, perjalanan menyusuri Lintas Barat Sumatera diawali dari ruas jalan Kota Agung-Krui yang melintas Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sejauh sekitar 150 km.
Di sepanjang jalan tersebut, sama sekali tidak ada pemukiman penduduk karena yang ada di kiri kanan adalah hutan. Karena di sepanjang jalur tersebut tidak dijumpai pom bensin, pengendara harus benar-benar mengisi penuh bahan bakar sebelum melintas kawasan tersebut.
Meskipun keadaan jalan sebagian mulus dan sepi, kondisi jalan yang berkelok-kelok dan naik turun bukit membuat kendaraan tidak bisa melaju kencang dan pengendara harus ekstra hati-hati. Dalam keadaan normal, Kota Agung - Krui, biasanya ditempuh dalam waktu antara tiga sampai empat jam.
Pengendara asal Jakarta yang terbiasa dengan suasana jalanan macet, tanpa sadar akan memacu kendaraan karena lalu lintas yang sepi. Tapi kondisi jalan yang sepi justru bisa mendatangkan bencana karena secara tidak terduga akan bertemu ternak sapi atau kambing yang dengan bebas melenggang berkeliaran di jalan, tanpa pengawasan pemiliknya.
Jika sempat menabrak ternak sampai mati atau catat, dipastikan akan panjang urusannya dengan pemilik yang sering meminta kerugian dengan jumah yang tidak masuk akal.
"Pemilik beralasan kalau kambingnya akan beranak dan itu dihitung dalam jumlah yang harus ditebus, sehingga jumlah uang ganti rugi akan berlipat-lipat," kata Syafrudin, salah seorang pengemudi truk jurusan Lampung-Bengkulu yang ditemui sedang istirahat di sebuah rumah makan di Krui, Lampung Barat.
Pada malam hari, pengendara juga harus ekstra hati-hati karena akan banyak ditemui anak-anak muda memacu motor dari arah berlawanan tanpa lampu dan helm. Juga akan banyak ditemui remaja tanggung yang "hangout" di jembatan sambil memainkan telepon genggam.
Di beberapa desa yang dilewati, beberapa kali ditemui pesta pernikahan warga yang mengambil sebagian badan jalan untuk dijadikan arena menyambut tamu. Tampaknya mengadakan pesta di pinggir jalan merupakan sebuah kebiasaan bagi warga setempat mengingat tidaknya adanya sarana gedung pertemuan seperti di kota.
Di antara Kota Agung dan Krui, terdapat Masjid Imaduddin yang tidak hanya sekedar tempat ibadah, tapi juga tempat peristirahatan yang aman dan nyaman. Di sini, selain tempat parkirnya luas dan kamar mandinya banyak, pengurus masjid juga menyediakan kopi, gula, teh, dan air panas gratis.
Yang harus diwaspadai di ruas jalan Kota Agung-Krui tersebut adalah perjalanan pada malam hari saat melintasi jalan yang sempit, banyak tikungan tajam dan lobang yang dalam menganga.
Pengendara yang sedang asyik melaju kencang tiba-tiba akan berhadapan dengan jalan berlobang dengan diameter yang bervariasi, antara 50 cm sampai 100 cm sedalam sekitar 30 cm dan akan membuat kendaraan terpental tanpa sempat mengerem mendadak atau menghindar.
Ruas jalan antara Kota Agung dan Krui adalah yang paling menantang dan membangkitkan adrenalin karena banyak ditemui pendakian dengan tikungan tajam, sementara di kiri kanan terdapat hutan lebat dengan aneka flora dan fauna yang menyejukkan mata.
Secara umum, jalur trans lintas barat Sumatera yang membentang dari Kota Agung menyusuri Krui, Bengkulu, Muko Muko sampai Padang sepanjang hampir 1000km, didominasi oleh jalur berkelok-kelok.
Sulit untuk menemukan jalan yang membentang lurus sepanjang lebih dari sepuluh kilometer. Jalan yang sempit diperparah dengan kondisi rusak dengan aspal terkelupas dan berlobang, membuat perjalanan menjadi lebih lama dibanding dengan Jalur Lintas Timur (Jalintim) dan Jalur Lintas Tengah (Jalinteng).
Kondisi jalan terparah terdapat di Kabupaten Bengkulu Utara, saat ditemukan jalan yang menyerupai kolam ikan, membuat kendaraan jenis sedang harus sangat hati-hati agar tidak terperosok ke dalam lobang yang dalam.
Di pinggir jalan rusak tersebut, terpampang papan pengumuman dari Dinas Perhubungan Kabupaten Bengkulu Utara yang bertuliskan " Jalan Lintas Barat Sumatera, Status: Jalan Nasional, Kewenangan Pemerintah Pusat."
Tampaknya pengumuman tersebut sengaja dibuat agar pengguna jalan yang telah membayar pajak kendaraan tidak menyalahkan pemerintah daerah setempat atas buruknya kondisi jalan.
Terlepas dari kondisi jalan yang rusak parah di beberapa lokasi, Jalur Lintas Barat Sumatera tersebut ibarat surga yang tersembunyi karena menyuguhkan keindahan alam berupa pantai berpasir putih yang menyejukan mata pelintas.
Pengendara kendaraan pribadi akan tergoda untuk menepi dan menikmati deburan ombak di pantai, terutama saat matahari akan tenggelam dan memancarkan cahaya keemasan.
Tapi berdasarkan pemantauan Antara yang melewati jalur tersebut beberapa waktu lalu, potensi keindahan alam di sepanjang pantai tersebut, terutama Krui di Pesisir Barat Lampung, masih belum dikembangkan secara maksimal.
Pengguna jalan yang melintas jalur tersebut, sebenarnya bisa singgah untuk melepas lelah dan bermalam sambil menikmati keindahan panorama pantai.
Sekitar 17 km sebelah utara Krui, terdapat sebuah tempat yang tidak kalah indah, yaitu pantai Tembakak yang berhadapan langsung engan Pulau Pisang, hanya berjarak sekitar 1 km dari bibir pantai.
Pada bulan April sampai September, yaitu saat yang tepat untuk bermain surfing, kawasan pantai tersebut kedatangan banyak turis dari berbagai negara.
Tapi di sekitar kawasan Pantai Tembakak, tidak terlihat hotel atau restoran yang representatif, hanya warung-warung kecil yang menawarkan bakso atau kelapa muda.
Melihat kondisi jalan secara umum, adalah hal yang wajar bila banyak pengendara yang melakukan perjalanan darat dari Jawa ke Sumatera atau sebaliknya, belum menjadikan Lintas Barat Sumatera sebagai pilihan.