London (Antarasumsel.com) - Intelektual Islam dan juga Budayawan Muhammad Ainun Nadjib menilai ada kebingungan di masyarakat muslim Indonesia dalam menghadapi situasi terkini dan terdapat kecenderungan atau indikasi penyempitan makna ajaran Islam.
Hal itu diungkapkan Muhammad Ainun Nadjib yang lebih dikenal dengan Cak Nun dalam diskusi kebudayaan dalam memeriahkan Maulid Muhammad SAW di Brussel, demikian Ketua Keluarga Pengajian Muslimin Indonesia (KPMI) Brusel, Lanang Seputro kepada Antara London, Senin.
Diskusi diadakan di Aula KBRI Brussel dihadiri Dubes RI untuk Brusel Yuri O. Thamrin. Acara itu terlaksana berkat kerjasama PPI Belgia, Keluarga Pengajian Muslimin Indonesia (KPMI) Belgia, PCINU Belgia dan didukung KBRI Brussel.
Cak Nun melakukan perjalanan di lima kota di Eropa
yaitu Hannover, Frankfurt, Brussels, Amsterdam & Den Haag dalam rangka diskusi kebudayaan memeriahkan Maulid Nabi. Ia datang bersama istrinya, Novia Kolopaking atas kerjasama antara alumni Gontor di Eropa, PPI Jerman, Belgia, Belanda & PCI NU.
Cak Nun dalam diskusi yang berlangsung hangat dalam udara Eropa musim dingin - mengatakan, masyarakat Indonesia cenderung menghakimi umat agama lain ataupun umat muslim lainnya dengan pemahaman yang dangkal.
Misalnya yang tidak ikut demo 212 bukan muslim atau nasionalis dan kalo nasionalis berarti tidak Islam. "Jadi, ada perasaan sentimen "kami atau mereka, kalo nggak sama dengan kami berarti mereka berarti musuh," ujar Cak Nun.
Dikatakannya, perilaku seperti ini juga dinilai berkontribusi terhadap citra masyarakat muslim dan Islam di mata internasional yang dianggap brutal. Padahal Islam menurut Cak Nun, adalah tenaga di pikiran dan cahaya di hati dan jika itu dipahami dan diterapkan dengan baik maka Islam sebagai Rahmatan lil Alamin dapat tercapai.
Cak Nun juga menilai pemahaman isi atau 'content' seringkali dilupakan. Orang sudah sombong dengan pengetahuan sebatas kulit. Ia juga meliat potret Islam yang dilihat masyarakat internasional juga kurang pas karena umat Islam sendiri belum sempat memunculkan Islam yang benar dalam konteks Indonesia.
Pemahaman Islam yang utuh juga tidak sempat berlanjut ketika upaya para Wali Sembilan tidak berlanjut. Keburu terjadi pertikaian politik yang akhirnya juga mengkotak-kotakkan masyarakat muslim Indonesia. Selain itu terdapat pemahaman Islam sekedar budaya dan masyarakat cenderung mengikuti ajaran Islam secara kaku.
Padahal dalam ajaran Islam yang ada di Al-Quran, isinya 3,5 persen akidah, dan 96,5 persen adalah ibadah muamalah. Kebanyakan masyarakat muslim sendiri terpaku pada 3,5 persen itu dan kadang-kadang tanpa pengetahuan dan pemahaman yang kuat, ujarnya menambahka, ada yang dengan gampang mengharamkan suatu tindakan. Padahal yang bisa mengharamkan sesuatu adalah Allah.
Sebagian masyarakat muslim memahami Islam itu datang bersama Nabi Muhammad, padahal sesungguhnya Islam ada sejak Allah mencipatakan alam semesta.
Cak Nun juga menyitir surat Al Maidah ayat 54 yang dikatakan ada penerjemahan yang kurang pas di ayat tersebut diterjemahkan sebagai berlaku lah adil kepada kaum muslimin dan bersikap keras terhadap umat lain.
Menurut Cak Nun seharusnya "bersikaplah adil kepada kaum muslimin dan besikap sayang, sorry atau aziz kepada umat lain," maksudnya sayang atau sorry terhadap umat bukan Islam karena sesungguhnya Islam adalah untuk seluruh umat dan alam semesta seharusnya umat Islam menunjukkan kepada umat lain tersebut kepada kebenaran dengan cara-cara yang baik.
Mengajak ke yang benar itu pakai cara persuasif sehingga orang akan simpati dan senang seperti yang dilakukan oleh Nabi Muhammad.
Citra Islam
Sementara itu Dubes Yuri Thamrin menilai seandainya pemikiran Cak Nun ini dipahami masyarakat internasional mungkin akan bisa memberikan alternatif terhadap citra Islam.
Menurut Minister Counsellor Fungsi Politik KBRI Brusel, Lanang Seputro, secara substansi materi diskusi yang dibahas Cak Nun sangat bagus dan konsisten dengan pemikiran Cak Nun selama ini.
Dalam sesi tanya jawab berlangsung dengan aktif membuat acara menjadi molor berlangsung sekitar dua jam lebih.
Terkait kunjungan Cak Nun di tiga negara di Eropa yaitu Jerman, Belgia dan Belanda dari 22 hingga 28 Desember mendatang, adalah dalam rangka persiapan Cak Nun dengan Kiai Kanjeng yang ikut memeriahkan Festival Europalia dimana Indonesia sebagai partner country pada tahun 2017.
Sayangnya selama di Brussel, Novia Kolopaking yang juga seorang penyanyi tidak sempat tampil, walaupun rencananya akan tampil sayang waktu yang terbatas, demikian Lanang Seputro.
(ZG)
Hal itu diungkapkan Muhammad Ainun Nadjib yang lebih dikenal dengan Cak Nun dalam diskusi kebudayaan dalam memeriahkan Maulid Muhammad SAW di Brussel, demikian Ketua Keluarga Pengajian Muslimin Indonesia (KPMI) Brusel, Lanang Seputro kepada Antara London, Senin.
Diskusi diadakan di Aula KBRI Brussel dihadiri Dubes RI untuk Brusel Yuri O. Thamrin. Acara itu terlaksana berkat kerjasama PPI Belgia, Keluarga Pengajian Muslimin Indonesia (KPMI) Belgia, PCINU Belgia dan didukung KBRI Brussel.
Cak Nun melakukan perjalanan di lima kota di Eropa
yaitu Hannover, Frankfurt, Brussels, Amsterdam & Den Haag dalam rangka diskusi kebudayaan memeriahkan Maulid Nabi. Ia datang bersama istrinya, Novia Kolopaking atas kerjasama antara alumni Gontor di Eropa, PPI Jerman, Belgia, Belanda & PCI NU.
Cak Nun dalam diskusi yang berlangsung hangat dalam udara Eropa musim dingin - mengatakan, masyarakat Indonesia cenderung menghakimi umat agama lain ataupun umat muslim lainnya dengan pemahaman yang dangkal.
Misalnya yang tidak ikut demo 212 bukan muslim atau nasionalis dan kalo nasionalis berarti tidak Islam. "Jadi, ada perasaan sentimen "kami atau mereka, kalo nggak sama dengan kami berarti mereka berarti musuh," ujar Cak Nun.
Dikatakannya, perilaku seperti ini juga dinilai berkontribusi terhadap citra masyarakat muslim dan Islam di mata internasional yang dianggap brutal. Padahal Islam menurut Cak Nun, adalah tenaga di pikiran dan cahaya di hati dan jika itu dipahami dan diterapkan dengan baik maka Islam sebagai Rahmatan lil Alamin dapat tercapai.
Cak Nun juga menilai pemahaman isi atau 'content' seringkali dilupakan. Orang sudah sombong dengan pengetahuan sebatas kulit. Ia juga meliat potret Islam yang dilihat masyarakat internasional juga kurang pas karena umat Islam sendiri belum sempat memunculkan Islam yang benar dalam konteks Indonesia.
Pemahaman Islam yang utuh juga tidak sempat berlanjut ketika upaya para Wali Sembilan tidak berlanjut. Keburu terjadi pertikaian politik yang akhirnya juga mengkotak-kotakkan masyarakat muslim Indonesia. Selain itu terdapat pemahaman Islam sekedar budaya dan masyarakat cenderung mengikuti ajaran Islam secara kaku.
Padahal dalam ajaran Islam yang ada di Al-Quran, isinya 3,5 persen akidah, dan 96,5 persen adalah ibadah muamalah. Kebanyakan masyarakat muslim sendiri terpaku pada 3,5 persen itu dan kadang-kadang tanpa pengetahuan dan pemahaman yang kuat, ujarnya menambahka, ada yang dengan gampang mengharamkan suatu tindakan. Padahal yang bisa mengharamkan sesuatu adalah Allah.
Sebagian masyarakat muslim memahami Islam itu datang bersama Nabi Muhammad, padahal sesungguhnya Islam ada sejak Allah mencipatakan alam semesta.
Cak Nun juga menyitir surat Al Maidah ayat 54 yang dikatakan ada penerjemahan yang kurang pas di ayat tersebut diterjemahkan sebagai berlaku lah adil kepada kaum muslimin dan bersikap keras terhadap umat lain.
Menurut Cak Nun seharusnya "bersikaplah adil kepada kaum muslimin dan besikap sayang, sorry atau aziz kepada umat lain," maksudnya sayang atau sorry terhadap umat bukan Islam karena sesungguhnya Islam adalah untuk seluruh umat dan alam semesta seharusnya umat Islam menunjukkan kepada umat lain tersebut kepada kebenaran dengan cara-cara yang baik.
Mengajak ke yang benar itu pakai cara persuasif sehingga orang akan simpati dan senang seperti yang dilakukan oleh Nabi Muhammad.
Citra Islam
Sementara itu Dubes Yuri Thamrin menilai seandainya pemikiran Cak Nun ini dipahami masyarakat internasional mungkin akan bisa memberikan alternatif terhadap citra Islam.
Menurut Minister Counsellor Fungsi Politik KBRI Brusel, Lanang Seputro, secara substansi materi diskusi yang dibahas Cak Nun sangat bagus dan konsisten dengan pemikiran Cak Nun selama ini.
Dalam sesi tanya jawab berlangsung dengan aktif membuat acara menjadi molor berlangsung sekitar dua jam lebih.
Terkait kunjungan Cak Nun di tiga negara di Eropa yaitu Jerman, Belgia dan Belanda dari 22 hingga 28 Desember mendatang, adalah dalam rangka persiapan Cak Nun dengan Kiai Kanjeng yang ikut memeriahkan Festival Europalia dimana Indonesia sebagai partner country pada tahun 2017.
Sayangnya selama di Brussel, Novia Kolopaking yang juga seorang penyanyi tidak sempat tampil, walaupun rencananya akan tampil sayang waktu yang terbatas, demikian Lanang Seputro.
(ZG)