Pekanbaru (Antarasumsel.com) - Para penikmat kopi di Tanah Air mengaku masih kesulitan dalam menemukan kopi liberika yang berasal dari Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau.

"Liberika itu bisa dibilang masih langka kita temukan di Pekanbaru ini, baik itu di warung, kedai kopi, maupun kafe," kata Azhari (37), warga Jalan Paus Ujung, di Pekanbaru, Selasa.

Ia mengaku belum mengetahui kenapa sangat sulit menemukan kopi liberika di Kepulauan Meranti apakah terjadi kelangkaan atau memang permintaan terhadap liberika yang masih kurang.

Kalau di kota-kota besar seperti Medan, dan Jakarta, kata dia, relatif lebih mudah menemukan jenis kopi tersebut. Bahkan, kini sudah ada kedai kopi khusus jual liberika, seperti di Bandara Internasional Kuala Namu.

Padahal, lanjut Azhari, kopi liberika Kepulauan Meranti bisa menjadi ikon pariwisata karena memiliki daya tarik tersendiri, terutama bagi wisatawan, baik domestik maupun turis asing.

"Riau ini punya liberika. 'Kan kita yang tinggal di Pekanbaru jadi bangga ternyata di Meranti salah satu penghasil kopi yang langka itu (liberika)," terang Azhari.

Ramadhani (29), penikmat kopi lainnya, mengatakan bahwa liberika Meranti memiliki ciri khas dari cita rasa yang tidak telalu asam, seperti tanaman kopi yang tumbuh di dataran tinggi.

Varietas kopi liberika menghasilkan buah paling besar dibanding arabika dan robusta, dengan memiliki rasa dan warna yang sangat kuat.

Keunggulan lain kopi liberica sangat tahan terhadap kekeringan sehingga cocok bagi wilayah Kepulauan Meranti yang berlahan gambut dengan 1 hektare bisa menghasilkan sekitar 1.000 kilogram per tahun.

"Rasanya itu (liberika) tidak terlalu asam karena dapat terjadi asam lambung, terutama bagi yang suka minum kopi," ungkapnya.

Muhammad Firdaus, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Riau, pertengahan tahun ini berjanji akan membantu pemasaran kopi liberika produk para petani di Pulau Rangsang, Kepulauan Meranti.

"Kami ingin 'branding'-kan nama kopi liberika, ini dahulu. Rencananya pertengahan Juni ini, kami turun. Kami ingin lihat sejauh mana pengolahannya," kata Muhammad.

Pewarta : Muhammad Said
Editor : Ujang
Copyright © ANTARA 2024