Jakarta (ANTARA Sumsel) - Total merupakan salah satu perusahaan minyak terbesar di dunia yang berbasis di negara Prancis. Di Indonesia Total juga menempatkan anak perusahaannya melalui Total E&P Indonesie (TEPI).
TEPI melakukan eksplorasi serta produksi minyak di salah satu kawasan di Kalimantan Timur, biasa disebut dengan Blok Mahakam selama 43 tahun (1974 s.d. 2017) terhitung dari pertama kali produksi minyak.
Blok Mahakam memiliki luas wilayah kerja selebar 2.738,51 kilometer persegi. Sumur minyak dan gas dengan panjang garis wilayah sekitar jarak Jakarta hingga Sukabumi tersebut memiliki cadangan minyak dan gas yang besar. Oleh karena itu, kontrak bagi hasil Blok Mahakam ditandatangani pada tahun 1967.
Kontrak tersebut diperpanjang pada tahun 1997 dengan jangka waktu 20 tahun, sampai 2017, dan tidak lagi diperpanjang oleh pemerintah Indonesia. Hasil dari eksplorasi yang dilakukan pada tahun 1967 telah mencetak penemuan cadangan minyak dan gas bumi di Blok Mahakam dalam jumlah yang relatif cukup besar. Pada waktu itu ditemukan hasil gabungan cadangan terbukti serta cadangan potensial atau dikenal dengan istilah 2P sebesar 1,68 miliar barel minyak dan gas bumi sebesar 21,2 triliun kaki kubik (TCF). Dari penemuan itu, blok tersebut mulai pertama kali diproduksikan dari lapangan Bekapai pada tahun 1974.
Dengan produksi minyak pertama kali pada tahun 1974 dari lapangan Bekapai masih di bawah angka 100.000 barel per hari. Produksi dan pengurasan sumber daya alam secara besar-besaran tersebut sempat membuat Indonesia menjadi eksportir LNG terbesar di dunia pada tahun 1980 s.d. 2000 menurut data dari SKK Migas.
Sampai akhirnya produksi TEPI mulai berakhir karena perpanjangan kontrak setelah 2017 dari TEPI yang ditawarkan kepada pemerintah Indonesia tidak lagi diperpanjang.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menyatakan bahwa PT Pertamina akan mengelola sepenuhnya Blok Mahakam mulai 2018 menyusul telah selesainya pengalihan blok migas itu.
"Saya dan Pak Archandra melaporkan bahwa penyelesaian pengalihan pengelolaan Blok Mahakam ke Pertamina sudah selesai sehingga pada tahun 2018 akan dikelola sepenuhnya oleh Pertamina," kata Jonan.
Ia mengatakan bahwa penyelesaian pengalihan blok migas itu merupakan arahan Presiden Jokowi saat dirinya baru bertugas menjadi Menteri ESDM.
"Kementerian ESDM harus menyelesaikan pengalihan pengelolaan Blok Mahakam. Itu yang dilaporkan kepada Presiden," katanya.
Fakta TEPI
Produksi minyak tertinggi TEPI dari Blok Mahakam terjadi pada tahun 1977 dengan jumlah lebih dari 200.000 barel per hari secara rata-rata. Sejak 1982, produksi gas mulai dimaksimalkan hasilnya dengan mencatatkan gas mendekati 200.000 barel/hari. Namun, setelah 1977, produksi minyak justru makin menurun. Akan tetapi, berbanding terbalik dengan produksi gas atau LNG yang makin meningkat.
Puncak produksi gas dari TEPI terjadi pada tahun 2005 hingga 2007 yang memhasilkan rata-rata mendekati 600.000 barel/hari. Blok Mahakam hasil operasi TEPI terdiri atas tujuh wilayah lapangan. Wilayah yang terdapat di rawa adalah Tunu, Tambora, dan Handil, sedangkan yang berada di wilayah offshore atau lepas pantai adalah Bekapai, Peciko, Sisi Nubi, dan South Mahakam.
TEPI dan Mahakam telah menghasilkan sebanyak 876 sumur aktif dan lebih dari 2.117 pengeboran sumur telah dilakukan. Sebesar 31 persen produksi gas domestik dihasilkan dari Blok Mahakam dengan kapasitas produksi gasnya adalah 3.000 MMSCFD.
TEPI memiliki karyawan sebanyak 3.646 dan telah menghasilkan produksi gas sebanyak 18 triliun kaki kubik hingga data 2015 serta minyak dan kondensat 1,46 miliar barel.
Minyak terbesar dihasilkan dari sumur Bekapai pada tahun 1978, sebesar 58.000 BOPD, sedangkan produksi minyak dan gas tertinggi ada di sumur Handil pada tahun 1977 sebanyak 194.000 BOPD. Pengeluaran biaya dari keseluruhan operasi di Mahakam sebesar 2,6 miliar dolar AS/tahun untuk menghidupi sembilan rig pengeboran yang dioperasikan.
Seiring dengan penyerahan Blok Mahakam kepada perusahaan gas nasional (Pertamina) setelah kontrak berakhir, Total E&P Indonesia (TEPI) masih mempertimbangkan pembelian saham atas Blok Mahakam yang telah ditawarkan oleh Pertamina sebagai operator utama.
"Saat ini masih belum pasti karena yang namanya pembelian saham perlu pertimbangan jangka panjang sebab minyak dan gas adalah bisnis padat modal," kata Kepala Departemen Humas TEPI Kristanto Hartadi.
Menurut informasi yang disampaikan oleh Kristanto, Pertamina sebagai pengoperasi Blok Mahakam secara 100 persen telah menawarkan kepada Total untuk membeli saham sebesar 30 persen.
TEPI dan Inpex sebagai pengelola sebelumnya ditawarkan atas saham dari Pertamina sebesar 30 persen yang dibagi dua dengan Inpex karena 10 persennya milik pemerintah daerah.
"Tidak menutup kemungkinan akan diambil juga. Namun, saya kira ini tidak ada batasan waktu. Kalaupun sudah telanjur dibeli oleh pihak lain, itu juga menjadi hak dari Pertamina, jadi sah saja tidak masalah," kata Kristanto.
Pertimbangan TEPI, menurut dia, adalah kepastian dan tren dalam penggunaan energi pada saat ini tidak memfokuskan pada minyak dan gas, banyak energi alternatif lainnya yang sedang menjadi pilihan karena bisa jadi lebih efisien.
Ia juga menampik pendapat bahwa Blok Mahakam sudah bukan lagi menjadi potensi utama dalam pengeboran minyak. Blok Mahakam masih menjadi salah satu terbaik yang pernah dimiliki TEPI serta masih potensi terbesar di Indonesia.
TEPI melakukan eksplorasi serta produksi minyak di salah satu kawasan di Kalimantan Timur, biasa disebut dengan Blok Mahakam selama 43 tahun (1974 s.d. 2017) terhitung dari pertama kali produksi minyak.
Blok Mahakam memiliki luas wilayah kerja selebar 2.738,51 kilometer persegi. Sumur minyak dan gas dengan panjang garis wilayah sekitar jarak Jakarta hingga Sukabumi tersebut memiliki cadangan minyak dan gas yang besar. Oleh karena itu, kontrak bagi hasil Blok Mahakam ditandatangani pada tahun 1967.
Kontrak tersebut diperpanjang pada tahun 1997 dengan jangka waktu 20 tahun, sampai 2017, dan tidak lagi diperpanjang oleh pemerintah Indonesia. Hasil dari eksplorasi yang dilakukan pada tahun 1967 telah mencetak penemuan cadangan minyak dan gas bumi di Blok Mahakam dalam jumlah yang relatif cukup besar. Pada waktu itu ditemukan hasil gabungan cadangan terbukti serta cadangan potensial atau dikenal dengan istilah 2P sebesar 1,68 miliar barel minyak dan gas bumi sebesar 21,2 triliun kaki kubik (TCF). Dari penemuan itu, blok tersebut mulai pertama kali diproduksikan dari lapangan Bekapai pada tahun 1974.
Dengan produksi minyak pertama kali pada tahun 1974 dari lapangan Bekapai masih di bawah angka 100.000 barel per hari. Produksi dan pengurasan sumber daya alam secara besar-besaran tersebut sempat membuat Indonesia menjadi eksportir LNG terbesar di dunia pada tahun 1980 s.d. 2000 menurut data dari SKK Migas.
Sampai akhirnya produksi TEPI mulai berakhir karena perpanjangan kontrak setelah 2017 dari TEPI yang ditawarkan kepada pemerintah Indonesia tidak lagi diperpanjang.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menyatakan bahwa PT Pertamina akan mengelola sepenuhnya Blok Mahakam mulai 2018 menyusul telah selesainya pengalihan blok migas itu.
"Saya dan Pak Archandra melaporkan bahwa penyelesaian pengalihan pengelolaan Blok Mahakam ke Pertamina sudah selesai sehingga pada tahun 2018 akan dikelola sepenuhnya oleh Pertamina," kata Jonan.
Ia mengatakan bahwa penyelesaian pengalihan blok migas itu merupakan arahan Presiden Jokowi saat dirinya baru bertugas menjadi Menteri ESDM.
"Kementerian ESDM harus menyelesaikan pengalihan pengelolaan Blok Mahakam. Itu yang dilaporkan kepada Presiden," katanya.
Fakta TEPI
Produksi minyak tertinggi TEPI dari Blok Mahakam terjadi pada tahun 1977 dengan jumlah lebih dari 200.000 barel per hari secara rata-rata. Sejak 1982, produksi gas mulai dimaksimalkan hasilnya dengan mencatatkan gas mendekati 200.000 barel/hari. Namun, setelah 1977, produksi minyak justru makin menurun. Akan tetapi, berbanding terbalik dengan produksi gas atau LNG yang makin meningkat.
Puncak produksi gas dari TEPI terjadi pada tahun 2005 hingga 2007 yang memhasilkan rata-rata mendekati 600.000 barel/hari. Blok Mahakam hasil operasi TEPI terdiri atas tujuh wilayah lapangan. Wilayah yang terdapat di rawa adalah Tunu, Tambora, dan Handil, sedangkan yang berada di wilayah offshore atau lepas pantai adalah Bekapai, Peciko, Sisi Nubi, dan South Mahakam.
TEPI dan Mahakam telah menghasilkan sebanyak 876 sumur aktif dan lebih dari 2.117 pengeboran sumur telah dilakukan. Sebesar 31 persen produksi gas domestik dihasilkan dari Blok Mahakam dengan kapasitas produksi gasnya adalah 3.000 MMSCFD.
TEPI memiliki karyawan sebanyak 3.646 dan telah menghasilkan produksi gas sebanyak 18 triliun kaki kubik hingga data 2015 serta minyak dan kondensat 1,46 miliar barel.
Minyak terbesar dihasilkan dari sumur Bekapai pada tahun 1978, sebesar 58.000 BOPD, sedangkan produksi minyak dan gas tertinggi ada di sumur Handil pada tahun 1977 sebanyak 194.000 BOPD. Pengeluaran biaya dari keseluruhan operasi di Mahakam sebesar 2,6 miliar dolar AS/tahun untuk menghidupi sembilan rig pengeboran yang dioperasikan.
Seiring dengan penyerahan Blok Mahakam kepada perusahaan gas nasional (Pertamina) setelah kontrak berakhir, Total E&P Indonesia (TEPI) masih mempertimbangkan pembelian saham atas Blok Mahakam yang telah ditawarkan oleh Pertamina sebagai operator utama.
"Saat ini masih belum pasti karena yang namanya pembelian saham perlu pertimbangan jangka panjang sebab minyak dan gas adalah bisnis padat modal," kata Kepala Departemen Humas TEPI Kristanto Hartadi.
Menurut informasi yang disampaikan oleh Kristanto, Pertamina sebagai pengoperasi Blok Mahakam secara 100 persen telah menawarkan kepada Total untuk membeli saham sebesar 30 persen.
TEPI dan Inpex sebagai pengelola sebelumnya ditawarkan atas saham dari Pertamina sebesar 30 persen yang dibagi dua dengan Inpex karena 10 persennya milik pemerintah daerah.
"Tidak menutup kemungkinan akan diambil juga. Namun, saya kira ini tidak ada batasan waktu. Kalaupun sudah telanjur dibeli oleh pihak lain, itu juga menjadi hak dari Pertamina, jadi sah saja tidak masalah," kata Kristanto.
Pertimbangan TEPI, menurut dia, adalah kepastian dan tren dalam penggunaan energi pada saat ini tidak memfokuskan pada minyak dan gas, banyak energi alternatif lainnya yang sedang menjadi pilihan karena bisa jadi lebih efisien.
Ia juga menampik pendapat bahwa Blok Mahakam sudah bukan lagi menjadi potensi utama dalam pengeboran minyak. Blok Mahakam masih menjadi salah satu terbaik yang pernah dimiliki TEPI serta masih potensi terbesar di Indonesia.