Montreal (ANTARA Sumsel) - Ratusan delegasi dari berbagai negara memenuhi setiap sudut ruang sidang Markas Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) di 999 Boulevard Robert-Bourassa, Montreal, Quebec, Kanada.
Selain menghadiri agenda Sidang Pleno, di antara para delegasi itu pun berlomba untuk menarik dukungan keterwakilan Anggota Dewan ICAO periode 2016-2019 dalam ICAO General Assembly ke-39.
Indonesia merupakan salah satu negara yang turut mencalonkan diri menjadi Anggota Dewan ICAO kategori III untuk masa periode tiga tahun ke depan.
Untuk itu, diperlukan dukungan setidaknya 125 suara dari negara-negara anggota ICAO untuk menduduki kursi bergengsi yang bisa menentukan kebijakan penerbangan dunia.
Penggalangan dukungan telah dimulai tiga hari setelah pernyataan keterlibatan Indonesia dalam pencalonan Anggota Dewan ICAO, yaitu 6 November 2015 dan terus dilakukan hingga detik ini.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menilai kali ini langkah untuk maju sebagai calon Anggota Dewan ICAO semakin mantap dengan persiapan yang jauh lebih matang.
"Untuk pemilihan saat ini kita tidak boleh asal-asalan dalam menggalang dukungan, harus bisa berdiplomasi, harus bisa mengomunikasikan kalau kita punya potensi," katanya.
Tidak tanggung-tanggung, pemerintah Indonesia yang diwakili Kemenhub memboyong sejumlah pemangku kepentingan terkait untuk menarik dukungan bukan hanya dalam lingkup pemerintah (government to government) tetapi juga menyeluruh hingga menyentuh sektor industri (business to business).
Untuk itu, Menhub Budi mengerahkan empat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang perhubungan, yaitu PT Garuda Indonesia (Persro) Tbk, PT Angkasa Pura I, PT Angkasa Pura II dan Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI/ Airnav Indonesia) untuk turut menabung pundi-pundi dukungan.
Sejumlah atase perhubungan dari sejumlah negara juga turut didatangkan, seperti dari Malaysia, Washington, Singapura, London, Amsterdam, dan Jeddah.
Budi menilai pencalonan kali ini tidak main-main karena Indonesia tidak mau lagi terjatuh di lubang yang sama, yaitu gagal dalam pemilihan sebanyak empat kali.
Padahal sejak 1962 hingga 2001, Indonesia merupakan salah satu Anggota Dewan ICAO yang hanya terdiri dari 36 negara.
Merapatkan Barisan
Dalam hampir satu tahun belakangan ini, pemerintah yang diwakili oleh Utusan Khusus Menteri Perhubungan untuk ICAO Indroyono Soesilo telah melakukan pertemuan-pertemuan bilateral dengan mengumpulkan sejumlah duta besar atau perwakilan negara lainnya.
Pertemuan-pertemuan tersebut, di antaranya pertemuan dengan Deputi Direktur Federal Administration John Barbagallo di Wasington DC pada 6 Feberuari 2016, penggalangan dukungan di Singapura dengan mengadakan resepsi diplomatik pada 22 April 2016, menjadi tuan rumah untuk pertemuan setingkat menteri di Bali dengan mengumpulkan sejumlah negara-negara berkembang baik Asia, Afrika maupun Amerika Selatan dan sebagainya.
Dari pertemuan negara-negara berkembang tersebut, setidaknya separuh dukungan atau 25 suara telah terkumpul.
Namun, Indroyono menilai sejumlah upaya tersebut belum cukup untuk memastikan dukungan yang terkumpul dalam pemilihan Anggota Dewan ICAO Kategori III pada 4 Oktober 2016.
Anggota Dewan ICAO Kategori III adalah representasi negara-negara berpengaruh dalam hal kewilayahan ruang udara.
Pencalonan tersebut bukan tanpa alasan, yaitu Indonesia mengendalikan tiga dari delapan rute utama dunia, yaitu rute Asia-Australia-Afrika, rute Asia-Australia, dan rute Eropa-Asia-Australia via selatan Himalaya, termasuk di antaranya rute dari Asia Tenggara, China, Korea dan Jepang untuk menuju Australia dan Selandia Baru.
Ditambah, ruang udara Indonesia membentang panjang di antara Australia dan Asia. Penerbangan dari Australia menuju Asia, yang paling singkat harus melewati Indonesia.
Begitu pula sebaliknya, terutama dari negara di Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia, dan Brunei, harus melewati Indonesia agar penerbangan lebih efisien.
Ruang udara Indonesia saat ini dilayani oleh dua Flight Information Region (FIR) yaitu FIR Jakarta dan FIR Ujung Pandang/ Makassar dengan teknologi terkini, seperti misalnya FIR Ujung Pandang/ Makassar sudah menggunakan sistem Top Sky yang sangat modern.
Dilihat dari sisi geografis, Indroyono menyebutkan Indonesia merupakan rumah bagi 250 juta penduduk dengan 17.000 pulau yang terbentang dari Sabang ke Merauke, Rote ke Talaud di mana transportasi udara sangat dibutuhkan dan memiliki peran yang sangat penting.
Selain itu Indonesia tercatat memiliki 237 bandara, termasuk 27 bandara yang melayani penerbangan internasional dengan Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang dinobatkan sebagai 10 bandara tersibuk di dunia oleh Dewan Bandara Internasional (Aiport Council Internasional).
Untuk itu, ia bersikeras tahun ini Indonesia harus bisa merebut kembali kursi tersebut sebagai Anggota Dewan ICAO setelah empat kali kalah.
Sejumlah pertemuan pun dilakukan di tengah-tengah serangkaian kegiatan ICAO sebelum hari H pemilihan, di antaranya mengajak sejumlah delegasi dalam sebuah pembicaraan yang intens terkait industri penerbangan.
Bukan hanya itu, juga dilakukan diskusi terkait potensi kerja sama di bidang lain, seperti pariwisata.
Indroyono menyebutkan pada 2013 lalu sebelum pemilihan, Indonesia hanya mengantongi 20 suara, sementara kali ini ketika tiba di Montreal sudah mendapatkan 90 suara dan terus bertambah.
Dia mengaku optimistis bisa melampaui syarat dukungan suara tersebut, meskipun di tengah persaingan yang sangat ketat, terutama dengan negara-negara di kateogri yang sama, yakni Malaysia dan Korea Selatan.
"Untuk kali ini kami merasa yakin karena seluruh upaya sudah kami lakukan sebagaimana mestinya," katanya.
Menjaga Optimisme
Direktur Utama PT Garuda Indoensia M Arif Wibowo juga menilai upaya pemerintah kali ini lebih maksimal dengan mendorong operator untuk bergerak menjaring dukungan dari sesama pelaku bisnis yang dinilai juga berpengaruh.
Ia telah melakukan pertemuan dengan Asosasi Transportasi Udara Internasional (IATA) serta dari pihak manufaktur pesawat, seperti Airbus dan Boeing.
Selain itu juga dilakuKan pertemuan dengan Asosiasi Transportasi Kargo Udara (TIACA) oleh Direktur Utama Cardig Air Boyke Soebroto.
"Saya kira kalau dengan usaha semua ini bergerak, akan meminimalisasi kegagalan," katanya.
Ditemui di sela-sela kegiatan ICAO, Senior Aviation Advisor National Focal Point to ICAO Kementerian Transportasi dan Penerbangan Sipil Somalia Mohamed Khalif Jama sudah menyatakan akan mendukung Indonesia dalam pemilihan Anggota Dewan ICAO 4 Oktober mendatang.
Direktur Divisi Pelayanan Perusahaan Kementerian Infrastruktur Tonga Kisione Taufan dan Direktur Hubungan Internasional dan Hukum Penerbangan Sipil Kamboja Sarin Kunakor juga menyatakan hal yang sama, berjanji akan menyumbangkan suaranya kepada Indonesia.
"Kami 'teman dekat' satu wilayah ASEAN, jadi kami mendukung,"kata Sarin.
Selain itu, menurut Badan Transportasi dan Konstruksi Denmark carsten Falk Hansen menilai industri penerbangan sipil di Indonesia berkembang pesat.
Ditambah, Vice Precident Asosiasi Industri Penerbangan Ali Bahrami mengatakan penerbangan Indonesia merupakan salah satu yang berpengaruh di ASEAN dan Asia.
Dukungan juga sebelumnya telah terkumpulkan dari sejumlah negara, terutama negara-negara Afrika karena dalam dua tahun terkahir ini, Indonesia konsisten dalam memberikan bantuan pengembangan sumber daya manusia (SDM) berupa pelatihan dan pendidikan hingga 150.000 dolar AS per tahun.
Selain menghadiri agenda Sidang Pleno, di antara para delegasi itu pun berlomba untuk menarik dukungan keterwakilan Anggota Dewan ICAO periode 2016-2019 dalam ICAO General Assembly ke-39.
Indonesia merupakan salah satu negara yang turut mencalonkan diri menjadi Anggota Dewan ICAO kategori III untuk masa periode tiga tahun ke depan.
Untuk itu, diperlukan dukungan setidaknya 125 suara dari negara-negara anggota ICAO untuk menduduki kursi bergengsi yang bisa menentukan kebijakan penerbangan dunia.
Penggalangan dukungan telah dimulai tiga hari setelah pernyataan keterlibatan Indonesia dalam pencalonan Anggota Dewan ICAO, yaitu 6 November 2015 dan terus dilakukan hingga detik ini.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menilai kali ini langkah untuk maju sebagai calon Anggota Dewan ICAO semakin mantap dengan persiapan yang jauh lebih matang.
"Untuk pemilihan saat ini kita tidak boleh asal-asalan dalam menggalang dukungan, harus bisa berdiplomasi, harus bisa mengomunikasikan kalau kita punya potensi," katanya.
Tidak tanggung-tanggung, pemerintah Indonesia yang diwakili Kemenhub memboyong sejumlah pemangku kepentingan terkait untuk menarik dukungan bukan hanya dalam lingkup pemerintah (government to government) tetapi juga menyeluruh hingga menyentuh sektor industri (business to business).
Untuk itu, Menhub Budi mengerahkan empat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang perhubungan, yaitu PT Garuda Indonesia (Persro) Tbk, PT Angkasa Pura I, PT Angkasa Pura II dan Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI/ Airnav Indonesia) untuk turut menabung pundi-pundi dukungan.
Sejumlah atase perhubungan dari sejumlah negara juga turut didatangkan, seperti dari Malaysia, Washington, Singapura, London, Amsterdam, dan Jeddah.
Budi menilai pencalonan kali ini tidak main-main karena Indonesia tidak mau lagi terjatuh di lubang yang sama, yaitu gagal dalam pemilihan sebanyak empat kali.
Padahal sejak 1962 hingga 2001, Indonesia merupakan salah satu Anggota Dewan ICAO yang hanya terdiri dari 36 negara.
Merapatkan Barisan
Dalam hampir satu tahun belakangan ini, pemerintah yang diwakili oleh Utusan Khusus Menteri Perhubungan untuk ICAO Indroyono Soesilo telah melakukan pertemuan-pertemuan bilateral dengan mengumpulkan sejumlah duta besar atau perwakilan negara lainnya.
Pertemuan-pertemuan tersebut, di antaranya pertemuan dengan Deputi Direktur Federal Administration John Barbagallo di Wasington DC pada 6 Feberuari 2016, penggalangan dukungan di Singapura dengan mengadakan resepsi diplomatik pada 22 April 2016, menjadi tuan rumah untuk pertemuan setingkat menteri di Bali dengan mengumpulkan sejumlah negara-negara berkembang baik Asia, Afrika maupun Amerika Selatan dan sebagainya.
Dari pertemuan negara-negara berkembang tersebut, setidaknya separuh dukungan atau 25 suara telah terkumpul.
Namun, Indroyono menilai sejumlah upaya tersebut belum cukup untuk memastikan dukungan yang terkumpul dalam pemilihan Anggota Dewan ICAO Kategori III pada 4 Oktober 2016.
Anggota Dewan ICAO Kategori III adalah representasi negara-negara berpengaruh dalam hal kewilayahan ruang udara.
Pencalonan tersebut bukan tanpa alasan, yaitu Indonesia mengendalikan tiga dari delapan rute utama dunia, yaitu rute Asia-Australia-Afrika, rute Asia-Australia, dan rute Eropa-Asia-Australia via selatan Himalaya, termasuk di antaranya rute dari Asia Tenggara, China, Korea dan Jepang untuk menuju Australia dan Selandia Baru.
Ditambah, ruang udara Indonesia membentang panjang di antara Australia dan Asia. Penerbangan dari Australia menuju Asia, yang paling singkat harus melewati Indonesia.
Begitu pula sebaliknya, terutama dari negara di Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia, dan Brunei, harus melewati Indonesia agar penerbangan lebih efisien.
Ruang udara Indonesia saat ini dilayani oleh dua Flight Information Region (FIR) yaitu FIR Jakarta dan FIR Ujung Pandang/ Makassar dengan teknologi terkini, seperti misalnya FIR Ujung Pandang/ Makassar sudah menggunakan sistem Top Sky yang sangat modern.
Dilihat dari sisi geografis, Indroyono menyebutkan Indonesia merupakan rumah bagi 250 juta penduduk dengan 17.000 pulau yang terbentang dari Sabang ke Merauke, Rote ke Talaud di mana transportasi udara sangat dibutuhkan dan memiliki peran yang sangat penting.
Selain itu Indonesia tercatat memiliki 237 bandara, termasuk 27 bandara yang melayani penerbangan internasional dengan Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang dinobatkan sebagai 10 bandara tersibuk di dunia oleh Dewan Bandara Internasional (Aiport Council Internasional).
Untuk itu, ia bersikeras tahun ini Indonesia harus bisa merebut kembali kursi tersebut sebagai Anggota Dewan ICAO setelah empat kali kalah.
Sejumlah pertemuan pun dilakukan di tengah-tengah serangkaian kegiatan ICAO sebelum hari H pemilihan, di antaranya mengajak sejumlah delegasi dalam sebuah pembicaraan yang intens terkait industri penerbangan.
Bukan hanya itu, juga dilakukan diskusi terkait potensi kerja sama di bidang lain, seperti pariwisata.
Indroyono menyebutkan pada 2013 lalu sebelum pemilihan, Indonesia hanya mengantongi 20 suara, sementara kali ini ketika tiba di Montreal sudah mendapatkan 90 suara dan terus bertambah.
Dia mengaku optimistis bisa melampaui syarat dukungan suara tersebut, meskipun di tengah persaingan yang sangat ketat, terutama dengan negara-negara di kateogri yang sama, yakni Malaysia dan Korea Selatan.
"Untuk kali ini kami merasa yakin karena seluruh upaya sudah kami lakukan sebagaimana mestinya," katanya.
Menjaga Optimisme
Direktur Utama PT Garuda Indoensia M Arif Wibowo juga menilai upaya pemerintah kali ini lebih maksimal dengan mendorong operator untuk bergerak menjaring dukungan dari sesama pelaku bisnis yang dinilai juga berpengaruh.
Ia telah melakukan pertemuan dengan Asosasi Transportasi Udara Internasional (IATA) serta dari pihak manufaktur pesawat, seperti Airbus dan Boeing.
Selain itu juga dilakuKan pertemuan dengan Asosiasi Transportasi Kargo Udara (TIACA) oleh Direktur Utama Cardig Air Boyke Soebroto.
"Saya kira kalau dengan usaha semua ini bergerak, akan meminimalisasi kegagalan," katanya.
Ditemui di sela-sela kegiatan ICAO, Senior Aviation Advisor National Focal Point to ICAO Kementerian Transportasi dan Penerbangan Sipil Somalia Mohamed Khalif Jama sudah menyatakan akan mendukung Indonesia dalam pemilihan Anggota Dewan ICAO 4 Oktober mendatang.
Direktur Divisi Pelayanan Perusahaan Kementerian Infrastruktur Tonga Kisione Taufan dan Direktur Hubungan Internasional dan Hukum Penerbangan Sipil Kamboja Sarin Kunakor juga menyatakan hal yang sama, berjanji akan menyumbangkan suaranya kepada Indonesia.
"Kami 'teman dekat' satu wilayah ASEAN, jadi kami mendukung,"kata Sarin.
Selain itu, menurut Badan Transportasi dan Konstruksi Denmark carsten Falk Hansen menilai industri penerbangan sipil di Indonesia berkembang pesat.
Ditambah, Vice Precident Asosiasi Industri Penerbangan Ali Bahrami mengatakan penerbangan Indonesia merupakan salah satu yang berpengaruh di ASEAN dan Asia.
Dukungan juga sebelumnya telah terkumpulkan dari sejumlah negara, terutama negara-negara Afrika karena dalam dua tahun terkahir ini, Indonesia konsisten dalam memberikan bantuan pengembangan sumber daya manusia (SDM) berupa pelatihan dan pendidikan hingga 150.000 dolar AS per tahun.