Bandarlampung (ANTARA Sumsel) - Penyair Lampung Isbedy Stiawan ZS meluncurkan kitab cerpen berjudul "Perempuan di Rumah Panggung" setebal 151 halaman, dan menghimpun 14 buah cerpen yang dibuat dari tahun 2012 hingga 2013. yang diterbitkan oleh Siger Publisher-Lamban Sastra Oktober 2013.
Menurut Isbedy, sastrawan Indonesia asal Lampung, di Bandarlampung, Jumat, menjelaskan bahwa buku cerpen ini diterbitkan oleh Siger Publisher-Lamban Sastra Oktober 2013 yang merupakan kerja sama antara Pemerintah Kabupaten Tulangbawang Barat dan politisi PKS asal Lampung Al-Muzzammil Yusuf.
"Mayoritas cerpen dalam kitab cerpen ini memang berwarna lokal dan menekankan kearifan lokal ke-Lampung-an," ujar Isbedy pula.
Dia menyebutkan seperti dalam cerpen 'Rindang Sedayu' yang akrab bagi masyarakat Kotabumi, lalu 'Pati Pejurit', 'Aku Jimou Pagardewa' serta 'Ambulan Menyeruak Kampung' yang bernuansa dan seting Pagardewa.
Bahkan 'Perempuan di Rumah Panggung' sangat kental warna lokalnya, ujarnya lagi.
Sastrawan berjuluk 'Paus Sastra Lampung' ini, menyatakan pula, cerpen lainnya yaitu 'Bujang Lapok', 'Karena Ibu' amat kental budaya atau nuansa Lampung.
Pada kitab cerpen ini, juga terdapat cerita berseting Kafe Digger ('Pengunjung Kafe Digger Tiap Malam Minggu') atau pun Pulau Pahawang ('Ke Pahawang Kita Bermalam'). "Local genius dan local wisdom memang mewarnai cerpen saya di kitab ini," ujar dia lagi.
Perhatian pada warna lokal memang kerinduan saya pada budaya Lampung, karena jarang disentuh oleh sastrawan modern bahasa Indonesia, kata Isbedy.
Ia mengakui, cerpen-cerpen berwarna lokal Lampung itu merupakan buah dari perjalanan jurnalistiknya menggarap 'EnsikLampung' di Lampung TV berkeliling ke sejumlah daerah di Lampung.
"Tiba-tiba saya berpikir kenapa tidak saya buat cerpen, rasanya asyik dan menantang," katanya pula.
Lebih jauh Isbedy mejelaskan, kitab cerpen terbarunya ini rencananya secara resmi akan diluncurkan di Tulangbawang Barat, November 2013.
Pada peluncuran ini, akan diadakan bedah dan diskusi cerpen-cerpen Isbedy ini bersama cerpenis Arman AZ dan sastrawan Syaiful Irba Tanpaka.
Setelah itu, dirangkai dengan Lomba Baca Puisi Tingkat SMA/SMK se-Tulangbawang Barat dalam tajuk Gempita Sastra Pelajar Tulangbawang Barat.
"Tapi sampai kini belum dapat tanggapan positif dari pemkab setempat untuk kerja sama demi menumbuhkan kecintaan bersastra di kalangan pelajar. Saya masih menunggu kabar dari Pemkab Tulangbawang Barat," ujar Isbedy lagi.
Kitab Cerpen Perempuan di Rumah Panggung ini diberi endorsemen oleh Maman S Mahayana, kritikus sastra dan pengajar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia yang kini dosen tamu di Hankuk University of Foreign Studies Seoul, Korea Selatan.
Menurut Maman S Mahayaha dalam komentarnya itu, cerpen-cerpen Isbedy Stiawan ZS ini layaknya tarik menarik model naratif yang berkisah dan ekspresi puitik yang metaforis.
"Kita akan menemukan banyak gugatan pada tradisi atau peristiwa sosio-budaya yang seolah-olah sudah semestinya begitu: take for granted. Atau, setidak-tidaknya, banyak peristiwa yang terjadi di sekeliling kita yang seyogianya dipikirkan kembali. Serangkaian gagasan yang cerdas: menarik-mengasyikkan!" kata Maman.
Menurut Isbedy, sastrawan Indonesia asal Lampung, di Bandarlampung, Jumat, menjelaskan bahwa buku cerpen ini diterbitkan oleh Siger Publisher-Lamban Sastra Oktober 2013 yang merupakan kerja sama antara Pemerintah Kabupaten Tulangbawang Barat dan politisi PKS asal Lampung Al-Muzzammil Yusuf.
"Mayoritas cerpen dalam kitab cerpen ini memang berwarna lokal dan menekankan kearifan lokal ke-Lampung-an," ujar Isbedy pula.
Dia menyebutkan seperti dalam cerpen 'Rindang Sedayu' yang akrab bagi masyarakat Kotabumi, lalu 'Pati Pejurit', 'Aku Jimou Pagardewa' serta 'Ambulan Menyeruak Kampung' yang bernuansa dan seting Pagardewa.
Bahkan 'Perempuan di Rumah Panggung' sangat kental warna lokalnya, ujarnya lagi.
Sastrawan berjuluk 'Paus Sastra Lampung' ini, menyatakan pula, cerpen lainnya yaitu 'Bujang Lapok', 'Karena Ibu' amat kental budaya atau nuansa Lampung.
Pada kitab cerpen ini, juga terdapat cerita berseting Kafe Digger ('Pengunjung Kafe Digger Tiap Malam Minggu') atau pun Pulau Pahawang ('Ke Pahawang Kita Bermalam'). "Local genius dan local wisdom memang mewarnai cerpen saya di kitab ini," ujar dia lagi.
Perhatian pada warna lokal memang kerinduan saya pada budaya Lampung, karena jarang disentuh oleh sastrawan modern bahasa Indonesia, kata Isbedy.
Ia mengakui, cerpen-cerpen berwarna lokal Lampung itu merupakan buah dari perjalanan jurnalistiknya menggarap 'EnsikLampung' di Lampung TV berkeliling ke sejumlah daerah di Lampung.
"Tiba-tiba saya berpikir kenapa tidak saya buat cerpen, rasanya asyik dan menantang," katanya pula.
Lebih jauh Isbedy mejelaskan, kitab cerpen terbarunya ini rencananya secara resmi akan diluncurkan di Tulangbawang Barat, November 2013.
Pada peluncuran ini, akan diadakan bedah dan diskusi cerpen-cerpen Isbedy ini bersama cerpenis Arman AZ dan sastrawan Syaiful Irba Tanpaka.
Setelah itu, dirangkai dengan Lomba Baca Puisi Tingkat SMA/SMK se-Tulangbawang Barat dalam tajuk Gempita Sastra Pelajar Tulangbawang Barat.
"Tapi sampai kini belum dapat tanggapan positif dari pemkab setempat untuk kerja sama demi menumbuhkan kecintaan bersastra di kalangan pelajar. Saya masih menunggu kabar dari Pemkab Tulangbawang Barat," ujar Isbedy lagi.
Kitab Cerpen Perempuan di Rumah Panggung ini diberi endorsemen oleh Maman S Mahayana, kritikus sastra dan pengajar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia yang kini dosen tamu di Hankuk University of Foreign Studies Seoul, Korea Selatan.
Menurut Maman S Mahayaha dalam komentarnya itu, cerpen-cerpen Isbedy Stiawan ZS ini layaknya tarik menarik model naratif yang berkisah dan ekspresi puitik yang metaforis.
"Kita akan menemukan banyak gugatan pada tradisi atau peristiwa sosio-budaya yang seolah-olah sudah semestinya begitu: take for granted. Atau, setidak-tidaknya, banyak peristiwa yang terjadi di sekeliling kita yang seyogianya dipikirkan kembali. Serangkaian gagasan yang cerdas: menarik-mengasyikkan!" kata Maman.