Palembang (ANTARA Sumsel) - Celimpungan dan laksan menjadi salah satu pilihan berbuka lezat khas Palembang yang sangat mudah dicari saat bulan Ramadhan.
Betapa tidak di setiap pasar bedug atau keramaian yang menjual penganan berbuka kedua menu ini pasti bisa ditemui selama Ramadhan.
Laksan Celimpungan sendiri adalah penganan berupa pempek dilengkapi kuah santan.
Meski sama-sama berkuah santan keduanya memiliki ciri khas masing-masing. Keduanya memiliki racikan bumbu berbeda dan sajian yang berbeda pula.
Salah satu pembuat laksan dan celimpungan yang cukup laris di Kota Palembang, Bunyamin atau yang dikenal dengan Wak Abba bercerita keduanya adalah makanan serupa namun tak sama.
Laksan merupakan pempek yang berbentuk lenjar panjang dipotong-potong dengan kuah merah santan.
"Kuahnya yang bercabai dan mengandung udang lebih banyak disukai pembeli," ujar dia.
Sementara Celimpungan memiliki bentuk bulat yang tak sempurna dengan kuah santan kunyit kekuningan.
Ciri khas pempek celimpungan yang bulat tak sempurna, Wak Abba menyebutnya dengan "ciring" atau tidak rata merupakan tradisi selalu dipegang dalam pembuatan celimpungan.
Kedua macam hidangan yang serupa namun tak sama itu dibuatnya dengan bahan-bahan terpilih.
"Bahan baku selain tepung terigu juga harus pakai ikan sungai jenis gabus atau ikan delek," ujar dia.
Ikan sungai dipilih karena tradisi pempek Palembang yang memang aslinya dibuat dari ikan sungai. Selain itu juga ikan sungai dikenal dengan rasanya gurih namun tidak terlalu amis.
Untuk racikan bumbu kuah Wak Abba memilih sendiri ketimbang menggunakan jasa peracik bumbu.
"Bumbu takaran sendiri dan kita giling sendiri," jelas dia.
Untuk kesemua proses pembuatan Celimpungan dan laksan, Wak Abba memang sangat menjaga kualitas baik bumbu maupun pempek kedua hidangan tersebut.
Untuk hasilnya memang sangat memuaskan, siapa saja yang mencicipi celimpungan dan laksan Wak Abba pasti sangat sayang untuk tidak menghabiskan kuahnya.
Untuk menjaga keawetan kuah santan yang notabene mudah asam itu, pegawai kedai Wak Abba sendiri mulai memasak pukul 14.00 Wib dan langsung digelar untuk dijual.
Setiap harinya wak Abba sendiri memproduksi 800 biji Celimpungan dan laksan di kedai pempeknya di Jalan Srijaya Negara tak jauh dari kantor LKBN Antara.
meski harganya tergolong sedikit lebih tinggi dari kebanyakan penjual yaitu Rp2.500 Celimpungan dan Laksan selalu ludes jauh sebelum adzan maghrib tiba.
Betapa tidak di setiap pasar bedug atau keramaian yang menjual penganan berbuka kedua menu ini pasti bisa ditemui selama Ramadhan.
Laksan Celimpungan sendiri adalah penganan berupa pempek dilengkapi kuah santan.
Meski sama-sama berkuah santan keduanya memiliki ciri khas masing-masing. Keduanya memiliki racikan bumbu berbeda dan sajian yang berbeda pula.
Salah satu pembuat laksan dan celimpungan yang cukup laris di Kota Palembang, Bunyamin atau yang dikenal dengan Wak Abba bercerita keduanya adalah makanan serupa namun tak sama.
Laksan merupakan pempek yang berbentuk lenjar panjang dipotong-potong dengan kuah merah santan.
"Kuahnya yang bercabai dan mengandung udang lebih banyak disukai pembeli," ujar dia.
Sementara Celimpungan memiliki bentuk bulat yang tak sempurna dengan kuah santan kunyit kekuningan.
Ciri khas pempek celimpungan yang bulat tak sempurna, Wak Abba menyebutnya dengan "ciring" atau tidak rata merupakan tradisi selalu dipegang dalam pembuatan celimpungan.
Kedua macam hidangan yang serupa namun tak sama itu dibuatnya dengan bahan-bahan terpilih.
"Bahan baku selain tepung terigu juga harus pakai ikan sungai jenis gabus atau ikan delek," ujar dia.
Ikan sungai dipilih karena tradisi pempek Palembang yang memang aslinya dibuat dari ikan sungai. Selain itu juga ikan sungai dikenal dengan rasanya gurih namun tidak terlalu amis.
Untuk racikan bumbu kuah Wak Abba memilih sendiri ketimbang menggunakan jasa peracik bumbu.
"Bumbu takaran sendiri dan kita giling sendiri," jelas dia.
Untuk kesemua proses pembuatan Celimpungan dan laksan, Wak Abba memang sangat menjaga kualitas baik bumbu maupun pempek kedua hidangan tersebut.
Untuk hasilnya memang sangat memuaskan, siapa saja yang mencicipi celimpungan dan laksan Wak Abba pasti sangat sayang untuk tidak menghabiskan kuahnya.
Untuk menjaga keawetan kuah santan yang notabene mudah asam itu, pegawai kedai Wak Abba sendiri mulai memasak pukul 14.00 Wib dan langsung digelar untuk dijual.
Setiap harinya wak Abba sendiri memproduksi 800 biji Celimpungan dan laksan di kedai pempeknya di Jalan Srijaya Negara tak jauh dari kantor LKBN Antara.
meski harganya tergolong sedikit lebih tinggi dari kebanyakan penjual yaitu Rp2.500 Celimpungan dan Laksan selalu ludes jauh sebelum adzan maghrib tiba.