Beijing (Antara/AFP) - Seorang biksuni asal Tibet membakar diri sebagai aksi protes terhadap pemerintahan China pekan lalu, lembaga penyiaran yang berpusat di Amerika Serikat dan kelompok Hak Asasi Manusia melaporkan.

Perempuan itu menyulut api pada dirinya sendiri tanggal 11 Juni di dekat biara Nyitso-- tempat aksi serupa sering dilakukan-- di daerah Daofu, Provinsi Sichuan, sebagai aksi protes, Radio Free Asia (FRA) yang berusat di Washington melaporkan pada laman mereka.

Wangchen Dolma (31) meninggal di rumah sakit pada Jumat dan telah dikremasi secara diam-diam, lapor FRA, mengutip Administrasi Pusat Tibet - pusat pemerintahan pengasingan di India -- membenarkan kabar kematian tersebut.

Kelompok HAM Kampanye Internasional bagi Tibet (ICT) yang berkantor di AS mengatakan bahwa biarawati itu sempat dibawa polisi setelah membakar diri dalam aksi kumpul bersama ribuan biksu dan biksuni lainnya.

FRA melaporkan pihak berwajib China menghadang demonstran yang mendukung aksi biksuni tersebut.

ICT mengatakan bahwa komunikasi sangat dibatasi dan para biksu diawasi  di kawasan biara Nyitso setelah aksi bakar diri tersebut.

Kelompok pegiat HAM sering mengkhawatirkan masalah pengawasan di wilayah orang-orang Tibet.

Sementara itu media resmi China, Harian Global Times pada Kamis melaporkan bahwa seluruh pengguna jaringan internet, sambungan telepon dan telepon genggam di kawasan Tibet disediakan layanan melalui operator yang mendata seluruh nama asli mereka sebagai upaya pemerintah --oleh petugas daerah disebut untuk membantu mengekang informasi yang mengganggu.

Peraturan daerah ditetapkan pada November 2011 untuk "membantu mengatasi masalah, termasuk peredaran kasak-kusuk di dunia maya, pornografi dan pesan-pesan spam," kata petugas daerah Dai Jianguo seperti dikutip dalam siaran itu.

RFA mengatakan, biksuni tersebut adalah orang ke 120 yang membakar diri sejak Februari 2009 dalam gelombang protes warga Tibet menentang --pendapat mereka -- penindasan China. Kebanyakan mereka akhirnya meninggal.

Pembakaran diri memuncak pada saat Partai Komunis mendapatkan kemenangan penting bulan November, tetapi semakin berkurang dalam bulan-bulan terakhir.

Dua biksu meninggal setelah membakar diri di Provinsi Sichuan pada April.

Tentara dan polisi menutup arah ke biara Nyitso pada tahun 2011, setelah Tsewag Norbu, biksu berusia 29 tahun, membakar diri.

Beijing mengecam aksi-aksi seperti ini dan menyalahkan pemimpin Tibet di pengasingan, Dalai Lama dengan tuduhan bahwa tokoh Tibet itu memanfaatkan mereka untuk upaya pemisahan lebih lanjut.

Dalai Lama, peraih penghargaan perdamaian Nobel yang sudah bermukim di India sejak 1959 setelah gagak dalam pemberontakan di Tibet, menggambarkan aksi protes itu sebagai gambaran keputusasaan dan ia tidak memiliki kekuatan untuk menghentikannya.

Penerjemah: M. Dian A

Pewarta :
Editor : Awi
Copyright © ANTARA 2024