Memiliki keindahan laut dan pemandangan alam yang luar biasa, Pulau Karimunjawa saat ini terus dikembangkan oleh pemerintah menjadi pesona wisata taman laut.
Karimunjawa merupakan suatu dataran rendah pantai berpasir putih yang berada di Laut Jawa dan berada di posisi Pulau Karimunjawa yang juga berada di antara pulau-pulau besar di Indonesia membuat gelombang air di Karimunjawa tidak terlalu tinggi, seperti di laut selatan, sehingga kawasan ini sangat aman dan menarik untuk terus dikembangkan.
Menurut cerita rakyat yang ada, pulau ini ditemukan oleh Sunan Muria yang ketika itu berada di puncak Gunung Muria. Sunan Muria melihat sejumlah pulau yang tampak "kremun-kremun" (bahasa Jawa) yang berarti timbul.
Ia kemudian meminta putranya, Amir Hasan, untuk menuju kawasan itu dan kemudian wilayah ini dinamakan Pulau Karimun dan bernama lengkap Karimunjawa karena masuk wilayah Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Awalnya kawasan ini menjadi cagar alam laut di Indonesia. Namun, seiring dengan berjalannya waktu kemudian dikembangkan menjadi taman nasional dan menjadi salah satu tujuan wisata, baik lokal maupun mancanegara.
Akan tetapi, pemanfaatan potensi wisata tersebut belum tergarap secara maksimal. Pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah mengungkap potensi wisata di Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, yang tergarap belum mencapai 50 persen dari keseluruhan.
"Saat ini, kami masih mengutamakan eksplorasi potensi wisata air di Kepulauan Karimunjawa, seperti menyelam, memancing, dan 'snorkling'," kata Kepala Balai Pelayanan Informasi dan Pengembangan Usaha Pariwisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah Puji Joharnoto.
Di kepulauan ini sendiri terdapat sekitar 27 gugus pulau dengan keunikan tersendiri dan semua berpasir putih yang membentang di sepanjang pesisir pantai.
Luas teritorialnya kurang lebih 107.225 hektare dan kekayaan alam laut yang masih alami dan indah dengan banyaknya terumbu karang dan biota laut yang bisa dilihat dengan kasat mata.
Dari puluhan gugus pulau tersebut hanya terdapat lima pulau yang sudah dihuni sekitar 9.000 jiwa, yakni tinggal di Pulau Karimunjawa, Pulau Kemujan, Pulau Parang, Pulau Nyamuk, dan Pulau Genting.
Sebanyak 80 persen penduduk lokal setempat menggantungkan hidupnya dari kekayaan alam yang ada di pulau tersebut.
Sebagai destinasi wisata, kawasan ini bisa dibilang masih minim dengan fasilitas, antara lain, untuk transportasi menuju pulau tersebut yang tidak bisa setiap saat.
Selain itu, pasokan listrik yang hanya mengandalkan pembangkit listrik diesel (PLTD) dan hanya hidup pada malam hari. Hal ini juga terkendala jika mesin diesel rusak, bisa berhari-hari kawasan ini tanpa penerangan yang memadai pada malam hari.
Pemanfaatan kawasan ini sebenarnya bukan hanya sebagai lokasi wisata, melainkan juga untuk penelitian dan pendidikan. Karimunjawa mempunyai lima ekosistem, yaitu hutan pantai, hutan mangrove, hutan dataran rendah, hutan terumbu karang, dan lamun (rumput laut).
Puji mengatakan bahwa pihaknya saat ini tengah melakukan maping wisata diving di Karimunjawa untuk menentukan titik-titik potensi wisata diving dan memperluas informasi kepada masyarakat.
"Kepulauan Karimunjawa memiliki 18 titik menyelam, antara lain, di Pulau Geleang, Pulau Sintok, Pulau Tengah, Pulau Menyawakan, Pulau Cemara Besar, Pulau Legan Moto, Pulau Tanjung Gelam, Pulau Katang, Pulau Kumbang, dan Pulau Menjangan Kecil," ujarnya.
Di Pulau Karimunjawa, kata dia, juga terdapat potensi wisata darat, yakni "hiking", "tracking", berjalan kaki di kawasan hutan mangrove, berkemah, wisata religi, dan wisata budaya, itu terus dikembangkan.
Ia mengungkapkan bahwa terdapat salah satu kendala penting terkait dengan angkutan transportasi untuk wisatawan menuju kawasan Karimunjawa yang masih minim dan berpengaruh terhadap minat berkunjung wisatawan.
"Saat ini, para wisatawan yang berkunjung ke Karimunjawa dapat menggunakan Kapal Motor Cepat Kartini 1, Kapal Mesin Penumpang Muria, Kapal Cepat Express Cantika 89, dan pesawat jenis Cassa 212," katanya.
Kedepan, kata dia, Dinbudpar Jateng akan berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan provinsi setempat guna menambah frekuensi jadwal keberangkatan KMC Kartini 1 dari Pelabuhan Tanjung Emas Semarang menjadi tiga kali keberangkatan dalam satu minggu.
Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo merencanakan adanya pengembangan Bandara Dewandaru karena selama ini bandara tersebut baru bisa untuk pendaratan pesawat kecil dengan penumpang sekitar 8--10 orang.
"Dengan diperpanjangnya landasan pacu tersebut diharapkan memfasilitasi pesawat-pesawat komersial ukuran besar yang berpenumpang sekitar 40 orang agar bisa mendarat dengan lancar," ujarnya.
Ia mengakui bahwa akses transportasi ke Karimunjawa selama ini memang masih terbatas karena hanya bisa ditempuh dengan angkutan laut. Namun, intensitasnya memang belum banyak dan daya tempuhnya relatif lama.
"Tanpa ada bandara yang memadai, perkembangan Karimunjawa akan berjalan lambat. Padahal, potensi wisata dan kekayaan alam laut yang dimiliki Karimunjawa sangat besar, seperti pantai dan terumbu karang," ujarnya.
Ia juga mengatakan bahwa sudah banyak maskapai yang berminat.
Selain pemanjangan dan perluasan landasan pacu, kata dia, sarana dan prasarana juga akan disempurnakan, seperti aspek pelayanan, keamanan, dan kenyamanan penumpang, serta perluasan lahan parkir pesawat.
"Harapan kami, setelah transportasi udara lancar, sektor transportasi laut ke Karimunjawa juga ikut dikembangkan oleh kalangan swasta dengan penambahan angkutan kapal agar akses transportasi semakin lancar," kata Bibit.
Terkait dengan pasokan listrik, Bibit mengatakan bahwa pihaknya sudah merencanakan adanya pemasangan kabel bawah laut oleh PLN. Namun, hal itu memang perlu perencanaan dan kajian matang sebab harus melihat kondisi laut, pemantauan arus air, dan lainnya.
Menurut dia, pada prinsipnya, masyarakat Karimunjawa berhak atas pasokan listrik yang cukup, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk mendukung perkembangan pariwisata serta kegiatan masyarakat sekitar.
"Kalau (kabel bawah laut, red.) terwujud, ini akan sangat luar biasa dan masyarakat akan mendapatkan keuntungan dari listrik yang cukup, dan investasi pariwisata di Karimunjawa akan terdukung," ujarnya.
Saat ini, pulau yang memanfaatkan listrik dari diesel di Kecamatan Karimunjawa adalah Pulau Karimunjawa, Parang, Nyamuk, Kemujan, dan Genting.
Di Pulau Karimunjawa listrik mengalir dari pukul 18.00 hingga 06.00 WIB, sedangkan empat pulau lainnya dari pukul 17.30 WIB hingga 24.00 WIB.
Untuk kebutuhan listrik sehari-hari, masyarakat Karimunjawa hanya bisa mengandalkan subsidi dari Pemerintah Kabupaten Jepara karena setelah dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2012, Karimunjawa tidak memperoleh subsidi BBM jenis solar untuk tenaga diesel.
Berbagai pendukung objek wisata saat ini juga terlihat terus dikembangkan. Meski begitu, warga sekitar berharap tetap diikutkan dan bersama-sama dalam mengembangkan kawasan ini.
"Diharapkan semua pihak untuk bekerja sama memajukan Karimunjawa karena tanpa kesadaran dan kerja sama antarpihak kawasan ini tidak akan menjadi tempat yang terkenal dan berkesan," kata Alex pemandu wisata yang juga warga sekitar.
Pengembangan tersebut, kata dia, harus tetap memperhatikan kondisi alam dan melestarikannya sehingga bukan hanya mengekplorasi sebab penduduk sekitar banyak menggantungkan hidup dari kekayaan alam yang ada dan juga mempertahankannya.
Pelestarian alam dan biota laut dengan kondisi perairan yang jernih dan bersih ini harus tetap dipertahankan dan hal ini tentu akan menarik wisatawan.
"Setelah adanya pasokan listrik yang memadai, transportasi yang mencukupi, penginapan, dan sejumlah fasilitas wisata lainnya yang semakin lengkap dan diharapkan kawasan ini akan menjadi destinasi wisata yang penting di Jawa Tengah serta menjadi surga dunia Karimunjawa dengan kekayaan alamnya yang harus tetap terpelihara," ujarnya.
Karimunjawa merupakan suatu dataran rendah pantai berpasir putih yang berada di Laut Jawa dan berada di posisi Pulau Karimunjawa yang juga berada di antara pulau-pulau besar di Indonesia membuat gelombang air di Karimunjawa tidak terlalu tinggi, seperti di laut selatan, sehingga kawasan ini sangat aman dan menarik untuk terus dikembangkan.
Menurut cerita rakyat yang ada, pulau ini ditemukan oleh Sunan Muria yang ketika itu berada di puncak Gunung Muria. Sunan Muria melihat sejumlah pulau yang tampak "kremun-kremun" (bahasa Jawa) yang berarti timbul.
Ia kemudian meminta putranya, Amir Hasan, untuk menuju kawasan itu dan kemudian wilayah ini dinamakan Pulau Karimun dan bernama lengkap Karimunjawa karena masuk wilayah Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Awalnya kawasan ini menjadi cagar alam laut di Indonesia. Namun, seiring dengan berjalannya waktu kemudian dikembangkan menjadi taman nasional dan menjadi salah satu tujuan wisata, baik lokal maupun mancanegara.
Akan tetapi, pemanfaatan potensi wisata tersebut belum tergarap secara maksimal. Pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah mengungkap potensi wisata di Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, yang tergarap belum mencapai 50 persen dari keseluruhan.
"Saat ini, kami masih mengutamakan eksplorasi potensi wisata air di Kepulauan Karimunjawa, seperti menyelam, memancing, dan 'snorkling'," kata Kepala Balai Pelayanan Informasi dan Pengembangan Usaha Pariwisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah Puji Joharnoto.
Di kepulauan ini sendiri terdapat sekitar 27 gugus pulau dengan keunikan tersendiri dan semua berpasir putih yang membentang di sepanjang pesisir pantai.
Luas teritorialnya kurang lebih 107.225 hektare dan kekayaan alam laut yang masih alami dan indah dengan banyaknya terumbu karang dan biota laut yang bisa dilihat dengan kasat mata.
Dari puluhan gugus pulau tersebut hanya terdapat lima pulau yang sudah dihuni sekitar 9.000 jiwa, yakni tinggal di Pulau Karimunjawa, Pulau Kemujan, Pulau Parang, Pulau Nyamuk, dan Pulau Genting.
Sebanyak 80 persen penduduk lokal setempat menggantungkan hidupnya dari kekayaan alam yang ada di pulau tersebut.
Sebagai destinasi wisata, kawasan ini bisa dibilang masih minim dengan fasilitas, antara lain, untuk transportasi menuju pulau tersebut yang tidak bisa setiap saat.
Selain itu, pasokan listrik yang hanya mengandalkan pembangkit listrik diesel (PLTD) dan hanya hidup pada malam hari. Hal ini juga terkendala jika mesin diesel rusak, bisa berhari-hari kawasan ini tanpa penerangan yang memadai pada malam hari.
Pemanfaatan kawasan ini sebenarnya bukan hanya sebagai lokasi wisata, melainkan juga untuk penelitian dan pendidikan. Karimunjawa mempunyai lima ekosistem, yaitu hutan pantai, hutan mangrove, hutan dataran rendah, hutan terumbu karang, dan lamun (rumput laut).
Puji mengatakan bahwa pihaknya saat ini tengah melakukan maping wisata diving di Karimunjawa untuk menentukan titik-titik potensi wisata diving dan memperluas informasi kepada masyarakat.
"Kepulauan Karimunjawa memiliki 18 titik menyelam, antara lain, di Pulau Geleang, Pulau Sintok, Pulau Tengah, Pulau Menyawakan, Pulau Cemara Besar, Pulau Legan Moto, Pulau Tanjung Gelam, Pulau Katang, Pulau Kumbang, dan Pulau Menjangan Kecil," ujarnya.
Di Pulau Karimunjawa, kata dia, juga terdapat potensi wisata darat, yakni "hiking", "tracking", berjalan kaki di kawasan hutan mangrove, berkemah, wisata religi, dan wisata budaya, itu terus dikembangkan.
Ia mengungkapkan bahwa terdapat salah satu kendala penting terkait dengan angkutan transportasi untuk wisatawan menuju kawasan Karimunjawa yang masih minim dan berpengaruh terhadap minat berkunjung wisatawan.
"Saat ini, para wisatawan yang berkunjung ke Karimunjawa dapat menggunakan Kapal Motor Cepat Kartini 1, Kapal Mesin Penumpang Muria, Kapal Cepat Express Cantika 89, dan pesawat jenis Cassa 212," katanya.
Kedepan, kata dia, Dinbudpar Jateng akan berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan provinsi setempat guna menambah frekuensi jadwal keberangkatan KMC Kartini 1 dari Pelabuhan Tanjung Emas Semarang menjadi tiga kali keberangkatan dalam satu minggu.
Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo merencanakan adanya pengembangan Bandara Dewandaru karena selama ini bandara tersebut baru bisa untuk pendaratan pesawat kecil dengan penumpang sekitar 8--10 orang.
"Dengan diperpanjangnya landasan pacu tersebut diharapkan memfasilitasi pesawat-pesawat komersial ukuran besar yang berpenumpang sekitar 40 orang agar bisa mendarat dengan lancar," ujarnya.
Ia mengakui bahwa akses transportasi ke Karimunjawa selama ini memang masih terbatas karena hanya bisa ditempuh dengan angkutan laut. Namun, intensitasnya memang belum banyak dan daya tempuhnya relatif lama.
"Tanpa ada bandara yang memadai, perkembangan Karimunjawa akan berjalan lambat. Padahal, potensi wisata dan kekayaan alam laut yang dimiliki Karimunjawa sangat besar, seperti pantai dan terumbu karang," ujarnya.
Ia juga mengatakan bahwa sudah banyak maskapai yang berminat.
Selain pemanjangan dan perluasan landasan pacu, kata dia, sarana dan prasarana juga akan disempurnakan, seperti aspek pelayanan, keamanan, dan kenyamanan penumpang, serta perluasan lahan parkir pesawat.
"Harapan kami, setelah transportasi udara lancar, sektor transportasi laut ke Karimunjawa juga ikut dikembangkan oleh kalangan swasta dengan penambahan angkutan kapal agar akses transportasi semakin lancar," kata Bibit.
Terkait dengan pasokan listrik, Bibit mengatakan bahwa pihaknya sudah merencanakan adanya pemasangan kabel bawah laut oleh PLN. Namun, hal itu memang perlu perencanaan dan kajian matang sebab harus melihat kondisi laut, pemantauan arus air, dan lainnya.
Menurut dia, pada prinsipnya, masyarakat Karimunjawa berhak atas pasokan listrik yang cukup, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk mendukung perkembangan pariwisata serta kegiatan masyarakat sekitar.
"Kalau (kabel bawah laut, red.) terwujud, ini akan sangat luar biasa dan masyarakat akan mendapatkan keuntungan dari listrik yang cukup, dan investasi pariwisata di Karimunjawa akan terdukung," ujarnya.
Saat ini, pulau yang memanfaatkan listrik dari diesel di Kecamatan Karimunjawa adalah Pulau Karimunjawa, Parang, Nyamuk, Kemujan, dan Genting.
Di Pulau Karimunjawa listrik mengalir dari pukul 18.00 hingga 06.00 WIB, sedangkan empat pulau lainnya dari pukul 17.30 WIB hingga 24.00 WIB.
Untuk kebutuhan listrik sehari-hari, masyarakat Karimunjawa hanya bisa mengandalkan subsidi dari Pemerintah Kabupaten Jepara karena setelah dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2012, Karimunjawa tidak memperoleh subsidi BBM jenis solar untuk tenaga diesel.
Berbagai pendukung objek wisata saat ini juga terlihat terus dikembangkan. Meski begitu, warga sekitar berharap tetap diikutkan dan bersama-sama dalam mengembangkan kawasan ini.
"Diharapkan semua pihak untuk bekerja sama memajukan Karimunjawa karena tanpa kesadaran dan kerja sama antarpihak kawasan ini tidak akan menjadi tempat yang terkenal dan berkesan," kata Alex pemandu wisata yang juga warga sekitar.
Pengembangan tersebut, kata dia, harus tetap memperhatikan kondisi alam dan melestarikannya sehingga bukan hanya mengekplorasi sebab penduduk sekitar banyak menggantungkan hidup dari kekayaan alam yang ada dan juga mempertahankannya.
Pelestarian alam dan biota laut dengan kondisi perairan yang jernih dan bersih ini harus tetap dipertahankan dan hal ini tentu akan menarik wisatawan.
"Setelah adanya pasokan listrik yang memadai, transportasi yang mencukupi, penginapan, dan sejumlah fasilitas wisata lainnya yang semakin lengkap dan diharapkan kawasan ini akan menjadi destinasi wisata yang penting di Jawa Tengah serta menjadi surga dunia Karimunjawa dengan kekayaan alamnya yang harus tetap terpelihara," ujarnya.