Medan (ANTARA Sumsel) - Situs bersejarah atau makam para aulia (ulama) pengembang Agama Islam di Kota Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara harus diselamatkan dari ancaman abrasi dan banjir.
"Bila hujan turun lebat dan terjadi banjir, maka makam tua yang memiliki nilai sejarah tinggi itu terkena abrasi dan pengikisan, dan dikhawatirkan lambat -laun akan roboh," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Bonaparte Manurung, ketika dihubungi dari Medan, Sabtu.
Kota Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, terletak di pinggir Pantai Barat Pulau Sumatera. Barus pernah menjadi pusat peradaban pada abad 1-17 M sehingga menjadi salah satu tujuan wisata serta bagi para peneliti arkeologi Islam, baik dari dalam dan luar negeri.
Sementara itu, di Kecamatan Barus terdapat 44 makam aulia (ulama) yang sangat berjasa dalam membangun dan mengembangkan Islam di kawasan itu.
Bahkan, menurut Manurung, akibat pengaruh banjir yang sering terjadi, makam aulia yang berusia ratusan tahun itu sudah tergerus lebih kurang sepanjang 386 meter.
Bila hal ini terus dibiarkan dan tidak ada solusi untuk menyelamatkan, maka makam ulama tersebut bisa tenggelam.
"Makam aulia berlokasi di Desa Kinali, saat ini bangunannya kelihatan banyak yang jebol dihantam banjir akibat meluapnya Sungai Aek Sirahar Barus," ucap dia.
Manurung menambahkan, kondisi situs bersejarah ini sudah banyak yang rusak dan tidak terawat.
Belum lagi, bangunan yang sudah tua tersebut terus dilanda banjir seperti peristiwa, Minggu (11/11).
"Banjir yang terjadi di Kota Barus, mengakibatkan situs bersejarah tersebut nyaris tenggelam," ujarnya dan menambhakan bahwa lokasi kota tua dan bersejarah itu 412 Kilometer arah Barat Kota Medan, Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara.
Ketika ditanya, apa upaya yang dilakukan untuk menyelamatkan situs bersejarah itu, Manurung mengatakan, masalah ini seluruhnya menjadi kewenangan Pemkab Tapanuli Tengah dan Dinas Pekerjaan Umum.
"Bupati Tapanuli Tengah, Raja Bonaran Situmeang juga prihatin melihat kondisi makam aulia, ketika meninjau tempat bersejarah itu di Desa Kinali," kata Manurung.
Sementara itu, peristiwa banjir dan tanah longsor yang terjadi di Kabupaten Tapteng, Sumatera Utara, Minggu (11/11) melanda empat kecamatan, yakni yakni Kecamatan Barus, Kecamatan Tapian Nauli, Kecamatan Pandan dan Kecamatan Lumut.
Kabupaten Tapanuli Tengah secara administratif terdiri dari 15 kecamatan dengan 145 Desa dan 15 kelurahan.
Luas wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah adalah 2.194,98 kilometer persegi atau 219.498 hektare, dengan jumlah penduduk 290.545 jiwa. (ANT-M034)
"Bila hujan turun lebat dan terjadi banjir, maka makam tua yang memiliki nilai sejarah tinggi itu terkena abrasi dan pengikisan, dan dikhawatirkan lambat -laun akan roboh," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Bonaparte Manurung, ketika dihubungi dari Medan, Sabtu.
Kota Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, terletak di pinggir Pantai Barat Pulau Sumatera. Barus pernah menjadi pusat peradaban pada abad 1-17 M sehingga menjadi salah satu tujuan wisata serta bagi para peneliti arkeologi Islam, baik dari dalam dan luar negeri.
Sementara itu, di Kecamatan Barus terdapat 44 makam aulia (ulama) yang sangat berjasa dalam membangun dan mengembangkan Islam di kawasan itu.
Bahkan, menurut Manurung, akibat pengaruh banjir yang sering terjadi, makam aulia yang berusia ratusan tahun itu sudah tergerus lebih kurang sepanjang 386 meter.
Bila hal ini terus dibiarkan dan tidak ada solusi untuk menyelamatkan, maka makam ulama tersebut bisa tenggelam.
"Makam aulia berlokasi di Desa Kinali, saat ini bangunannya kelihatan banyak yang jebol dihantam banjir akibat meluapnya Sungai Aek Sirahar Barus," ucap dia.
Manurung menambahkan, kondisi situs bersejarah ini sudah banyak yang rusak dan tidak terawat.
Belum lagi, bangunan yang sudah tua tersebut terus dilanda banjir seperti peristiwa, Minggu (11/11).
"Banjir yang terjadi di Kota Barus, mengakibatkan situs bersejarah tersebut nyaris tenggelam," ujarnya dan menambhakan bahwa lokasi kota tua dan bersejarah itu 412 Kilometer arah Barat Kota Medan, Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara.
Ketika ditanya, apa upaya yang dilakukan untuk menyelamatkan situs bersejarah itu, Manurung mengatakan, masalah ini seluruhnya menjadi kewenangan Pemkab Tapanuli Tengah dan Dinas Pekerjaan Umum.
"Bupati Tapanuli Tengah, Raja Bonaran Situmeang juga prihatin melihat kondisi makam aulia, ketika meninjau tempat bersejarah itu di Desa Kinali," kata Manurung.
Sementara itu, peristiwa banjir dan tanah longsor yang terjadi di Kabupaten Tapteng, Sumatera Utara, Minggu (11/11) melanda empat kecamatan, yakni yakni Kecamatan Barus, Kecamatan Tapian Nauli, Kecamatan Pandan dan Kecamatan Lumut.
Kabupaten Tapanuli Tengah secara administratif terdiri dari 15 kecamatan dengan 145 Desa dan 15 kelurahan.
Luas wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah adalah 2.194,98 kilometer persegi atau 219.498 hektare, dengan jumlah penduduk 290.545 jiwa. (ANT-M034)