NSHE bentuk tim monitoring untuk selamatkan Orangutan

NSHE bentuk tim monitoring untuk selamatkan Orangutan

"The Borneo Orangutan Survival Foundation" kembali melepasliarkan enam Orang utan (pongo pygmaeus) di kawasan Hutan Kehje Sewen, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. (Dok DPRD Kaltim)

Jakarta (ANTARA) Regenerasi orangutan harus menjadi perhatian semua pihak. Sebab, orangutan hanya terdapat di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Barita O. Manullang selaku pakar biodiversitas. Orangutan adalah satwa langka yang perlu dilindungi, kata di sela-sela acara Indonesian Primates Conservation & Climate Change Symposium beberapa waktu lalu.

Menurutnya, saat ini ditemukan spesies baru yaitu orangutan tapanuli (Pongo tapanuliensis). Orangutan tapanuli dinobatkan sebagai spesies orangutan ketiga setelah orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus) dan orangutan sumatera (Pongo abelii). Orangutan tapanuli menjadi tambahan spesies baru dalam kurun waktu satu abad terakhir.  

Peranan pihak swasta, kata Barita, juga sangat dibutuhkan untuk mewujudkan langkah-langkah konkret dalam konservasi orangutan.

Seperti yang telah dilakukan oleh pihak PLTA Batang Toru. Proyek PLTA Batang Toru membuktikan jika orang utan dan manusia dapat hidup bersama, katanya.

Kebersamaan itu menurutnya terlihat jelas di lokasi proyek pembangunan yang terletak di Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatra Utara. Barita mengutarakan PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) sebagai kontraktor PLTA Batang Toru menginisiasi pembentukan tim monitoring. Tim yang dikenal sebagai smart patrol bertugas memantau perburuan orangutan yang sebelum proyek dimulai justru marak dilakukan oleh para pemburu liar.

Selain itu, selama proses kontruksi proyek dikerjakan, perseroan juga menjamin kebutuhan pangan orangutan. Penanaman pohon-pohon yang buahnya dapat dikonsumsi untuk memastikan kelangsungan hidup satwa yang dilindungi di Indonesia itu dilakukan secara intensif.

Jadi, pembangunan terus berjalan, kelestarian hidup orangutan juga menjadi prioritas, ujarnya.
 
Pada kesempatan yang sama, Direktur untuk Kantor Kerjasama Internasional Unas, Jito Sugardjito, menyampaikan jika Unas mendukung agenda pemerintah untuk menerapkan langkah-langkah mitigasi perubahan iklim.

Menurut Jito yang juga menjabat sebagai Direktur Pusat Studi Energi Berkelanjutan terhadap Sumber Daya Alam Hayati Unas juga mendukung sepenuhnya perlindungan hewan primata dari dampak negatif perubahan iklim.

Jadi semua pihak harus segera bekerja sama untuk melakukan mitigasi, katanya.

Ketua Perhimpunan Ahli dan Pemerhati Primata Indonesia (Perhappi), Didik Prasetyo, pada kesempatan yang sama juga menggarisbawahi tiga dampak perubahan iklim terhadap orangutan. Pertama. dampak perubahan iklim terhadap kesehatan, kemudian yang kedua adalah nutrisi.

Terakhir atau yang ketiga adalah dampak perubahan iklim terhadap tumbuh kembang orangutan, tutupnya.
Pewarta :
Editor : PR Wire
COPYRIGHT © ANTARA 2024