Temuilah rakyatmu. Hiduplah bersama mereka
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo meyakini orang-orang yang melakukan pembakaran hutan dan lahan bisa disadarkan untuk tidak kembali melakukan tindakan yang bisa menyebabkan bencana tersebut.

"Saya yakin kita bisa mengajak mereka yang masih membakar di wilayah tertentu untuk sadar. Perlu kerja keras dan semangat serta kerja sama," kata Doni melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat.

Doni mengatakan banyak pendekatan seperti pendekatan sosiologis, antropologis, agama, dan lainnya yang dapat dilakukan untuk menyadarkan semua pihak.

Di sisi lain, pemberdayaan ekonomi juga diperlukan sehingga orang-orang yang selama ini membakar hutan dan lahan tidak melakukan lagi hal yang sama.

"Ada beberapa kelompok masyarakat yang berhasil dalam pemberdayaan ekonomi dan tidak lagi membakar hutan dan lahan," tuturnya.

Menurut Doni, pemerintah daerah perlu hadir di tengah masyarakat untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan. Bila perlu pejabat daerah turun langsung ke masyarakat, bahkan tidur di tengah masyarakat.

"Temuilah rakyatmu. Hiduplah bersama mereka. Mulailah dengan apa yang mereka miliki," ujarnya.

Di sisi lain, perguruan tinggi yang ada di berbagai daerah juga bisa dilibatkan untuk berperan pada aspek penelitian dan pengabdian masyarakat sebagai bagian dari Tridharma Perguruan Tinggi.

Riau menjadi provinsi dengan titik-titik panas kebakaran hutan dan lahan terbanyak di seluruh Indonesia. BNPB bersama BPPT telah mengerahkan 17 helikopter dan satu pesawat teknologi modifikasi cuaca ke provinsi tersebut.

Selain itu, 1.512 personel gabungan dari TNI/Polri, BPBD, Manggala Agni, Masyarakat Peduli Api dan kementerian/lembaga juga sudah diterjunkan untuk mencegah dan mengatasi kebakaran hutan dan lahan. 


Baca juga: Kepala BNPB "sentil" kepala daerah Riau agar serius tangani Karhutla
Baca juga: BMKG: 85 titik panas terdeteksi di Sumatera, Riau masih yang terbanyak
 

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019