Disrupsi teknologi itu dipercaya akan berdampak tidak hanya pada sektor manufaktur namun hampir seluruh sektor ekonomi, di antaranya sektor logistik di mana teknologi tersebut dapat digunakan untuk memastikan kelancaran proses pengiriman barang.
Jakarta (ANTARA) - Direktur Jaringan dan Layanan Keuangan PT Pos Indonesia, Ihwan Sutardiyanta mengatakan bahwa PT Pos Indonesia berupaya adaptif menghadapi perubahan bisnis di industri 4.0 dengan terus melakukan inovasi layanan.

"Kuncinya inovasi. Artinya PT Pos Indonesia harus adaptif melihat perubahan lingkungan seperti apa," kata Ihwan di Jakarta, Kamis.

Industri 4.0 merupakan istilah yang dilekatkan pada revolusi industri generasi keempat yang ditandai dengan integrasi antara dunia siber dan fisik di sebuah industri berkat kolaborasi serangkaian teknologi digital, di antaranya Internet of Things, artificial intelligence, human-machine interface dengan tujuan menciptakan proses produksi yang efektif dan efisien.

Disrupsi teknologi itu dipercaya akan berdampak tidak hanya pada sektor manufaktur namun hampir seluruh sektor ekonomi, di antaranya sektor logistik di mana teknologi tersebut dapat digunakan untuk memastikan kelancaran proses pengiriman barang.

Ihwan mencontohkan masalah logistik, kalau sebelum industri 4.0 lebih berbicara banyak tentang bagaimana mengirimkan surat-surat, ke depan akan digantikan parsel.

"Karena eranya adalah era e-commerce di mana yang dikirimkan adalah parsel. Untuk menangani parsel dengan baik harus disiapkan fulfilment yang memadai. Kemudian sistem track and trace yang terkoneksi dengan e-market place maupun kepada pelanggan yang integrated dan mempunyai agility yang tinggi," ujar Ihwan.

Baca juga: Pertamina dan Pos Indonesia kerja sama untuk wilayah timur Indonesia

Kemudian untuk layanan finansial, Ihwan mengatakan PT Pos Indonesia juga mengarahkan pada digitalisasi menyesuaikan dengan tren sekarang.

"Tren sekarang orang mulai mager alias malas gerak. Ke depan, kami akan mendorong layanan finansial bisa diakses lewat berbagai saluran," ujar Ihwan.

Menurut dia, tanpa melakukan proses digitalisasi, PT Pos Indonesia menjadi tidak relevan. Membangun digitalisasi bisnis tidak hanya harus canggih tapi juga mesti cocok dengan target pasar mana yang ingin dilayani.

Dengan penyesuaian teknologi yang cocok dengan target pasar, Ihwan yakin akan pelanggan akan setia menggunakan layanan PT Pos Indonesia.

"Ketika teknologi itu cocok dengan pelanggan, mereka akan mudah menggunakan sehingga meskipun banyak pesaing atau alternatif yang baru tentunya kami punya bagian pasar tersendiri," ujar Ihwan.

Selain adaptif untuk urusan eksternal, PT Pos juga melakukan penyesuaian internal. Ihwan mengatakan PT Pos Indonesia melakukan perekrutan Sumber Daya Manusia (SDM) yang sesuai dengan pengembangan bisnis-bisnis baru yang belum punya SDM berkompetensinya.

Baca juga: Ini jawaban BUMN soal kondisi Pos Indonesia sebenarnya

"Tentunya ada SDM yang masih belum menguasai teknologi 4.0 sehingga yang belum menguasai artinya kami bisa didik atau kalau memang sudah terlampau ketinggalan, kami alokasikan untuk mengurus bisnis yang tidak begitu canggih," ujar Ihwan.

Bisnis yang memerlukan kecanggihan teknologi, Ihwan mengatakan PT Pos Indonesia masih mengandalkan rekrutmen baru.

"Melalui fresh graduate, kami persiapkan untuk bakat-bakat di masa depan. Tapi kami juga melakukan perekrutan profesional. Sehingga waktu kami mengembangkan bisnis baru tersebut bisa cepat," ujar Ihwan.

Baca juga: Pos Indonesia bantah pemberitaan perusahaan akan bangkrut

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019