Masyarakat Hindu Bali menyambut pemeluk agama lain ikut persembahyangan di pura.
Gianyar, Bali (ANTARA) - Perayaan hari raya Galungan dan Kuningan membuat kota Ubud, Gianyar, Rabu (24/7), dipenuhi para turis asing dan lokal, sebagian mengenakan pakaian upacara, bahkan beberapa turis asing ikut persembahyangan bersama masyarakat Hindu Bali di Pura Dalam Desa Pakraman Ubud, Gianyar.

“Kami tidak beragama Hindu, tapi ikut proses sembahyang dan ikut berdoa di Pura Dalam, Ubud, bersama masyarakat Hindu Bali,” kata Barteck dan Aneta, sepasang warga Polandia, di Ubud, Rabu.

“Kami berdoa minta keberuntungan,” tambah Barteck, yang mengenakan pakaian adat Bali berwarna putih lengkap dengan udeng (kopiah), sedangkan Aneta mengenakan baju kebaya berwarna kuning.

Kadek, seorang pendeta (Mangku) Pura Dalam, Ubud, mengatakan sejak pagi hingga siang, banyak turis asing yang ikut sembahyang di pura tersebut. “Ada yang beragama Hindu, namun sebagian besar bukan beragama Hindu tapi mereka tetap sembahyang bersama masyarakat Hindu Bali, dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,” katanya.

Menurut dia, masyarakat Hindu Bali menyambut pemeluk agama lain ikut persembahyangan di pura.

Mayoritas turis datang ke berbagai pura di kota Ubud untuk menyaksikan masyarakat Hindu Bali sembahyang dan berdoa merayakan hari raya Galungan dan Kuningan.

Baca juga: Ratusan umat Hindu Jakarta rayakan Galungan di Pura Aditya Jaya

Di dalam Pura mereka membuat foto dan video mengabadikan masyarakat Hindu Bali. Untuk masuk ke dalam pura, turis wajib menggunakan pakaian adat. Untuk lelaki, wajib menggunakan sarung dan udeng. Sedangkan wanita menggunakan baju kebaya.

Seorang warga Korea Selatan Park Kun asyik mengabadikan persembahyangan masyarakat Hindu di Pura Alas Harum, desa Pejeng, Ubud. Ia membawa kamera yang cukup canggih.

Di jalan raya Ubud mulai pagi sekitar jam 8 Wita hingga jam 12 Wita, para turis sudah memadati jalan untuk melihat masyarakat Hindu Bali merayakan hari raya Galungan dan Kuningan.

Walaupun banyak toko yang tutup tidak menyurutkan para turis keluar dan melihat perayaan Galungan dan Kuningan.

Bagi masyarakat Hindu Bali, perayaan Galungan dan Kuningan merupakan hari kemenangan kebenaran (Dharma) atas kejahatan (Adharma) tersebut diisi dengan persembahyangan di Pura tiap desa adat di seluruh Bali. Masyarakat Hindu Bali melakukan persembahyangan ke beberapa pura.

Pada saat hari raya Galungan dan Kuningan, adat istiadat Hindu Bali mewajibkan setiap rumah memasang penjor. Penjor adalah sebatang bamboo yang tinggi dan panjang diberikan hiasan dan yang paling utama adalah padi serta tempat sesajen.

Karena setiap rumah memasang penjor di depan rumahnya sehingga seluruh jalan di Ubud dan daerah lainnya di Gianyar menjadi indah dan sangat menarik turis untuk membuat foto berlatarbelakang penjor.

Baca juga: Gempa Jembrana, persembahyangan Galungan di Bali tetap lancar

Pewarta: Adi Lazuardi
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019