AIQQON bukanlah aplikasi berbasis dompet virtual (e-wallet) namun sebagai agregator dari sejumlah aplikasi pembayaran elektronik dan pembayaran lainnya. Ia menyebut AIQQON sebagai "toko" yang menerima berbagai aplikasi pembayaran elektronik.
Jakarta (ANTARA) - PT AIQQON Triarta Mas meluncurkan aplikasi transaksi yang membantu mempermudah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan industri kreatif dalam menerima pembayaran secara debit maupun kredit.

"Aplikasi AIQQON ini aplikasi EDC (Eletronic Data Capture), untuk menerima pembayaran dari uang elektronik seperti OVO, LinkAja, True Money, dan bisa menerima pembayaran kartu kredit atau debit tanpa perlu alat lagi," ujar Founder AIQQON Triarta Mas, Thomas Nugroho di Gedung Bursa Efek Indonesia, Kawasan SCBD, Jakarta, Senin.

Menurut dia, AIQQON bukanlah aplikasi berbasis dompet virtual (e-wallet) namun sebagai agregator dari sejumlah aplikasi pembayaran elektronik dan pembayaran lainnya. Ia menyebut AIQQON sebagai "toko" yang menerima berbagai aplikasi pembayaran elektronik.

Lahirnya aplikasi tersebut didasari atas sulitnya pelaku UMKM dalam mengakses pembayaran secara virtual karena mesin EDC sebagai alat pembayaran sulit menyasar pelaku usaha sektor tersebut.

Maka dari itu, aplikasi ini akan memudahkan UMKM menerima pembayaran dari kartu kredit, debit, dan pembayaran lainnya.

"Untuk memiliki EDC syaratnya panjang dan lama. Tapi kami mengubah proses 14 hari dalam tiga langkah dan 10 menit. Semua yang ingin berusaha sudah bisa menerima pembayaran kredit, debit, ataupun uang elektronik lainnya," kata dia.

Thomas mengatakan, AIQQON ini memiliki banyak fitur yang dengan mudah digunakan para UMKM. Apalagi tak ada pungutan biaya apapun saat akan mendaftar atau menjadi mitra.

Ia berharap aplikasi ini dapat menjadi titik awal penerapan dalam membantu ekonomi nasional melalui aktivasi sistem pembayaran melalui telepon pintar untuk UMKM dan industri kreatif Indonesia.

Apalagi dari data Komite Ekonomi Industri Nasional (KEIN) terdapat sekitar 60 juta pelaku industri UMKM yang belum semuanya tersentuh aplikasi pembayaran elektronik.

"Problemnya pedagang di Indonesia yang boleh punya EDC saat ini tercatat masih di bawah satu juta lebih padahal pedagang lainnya ada 60 juta lebih. Karena UMKM karena bank ingin memberi mesin ke mereka itu syaratnya susah," kata dia.
Baca juga: Pertamina siapkan 22.000 mesin LinkAja di seluruh SPBU

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019