Surabaya (ANTARA) - Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Surabaya Jamhadi dinilai punya peluang menjadi bakal Calon Wali Kota Surabaya lewat Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan dalam Pilkada Surabaya 2020.

"Pak Jamhadi tetap punya peluang jika menilik prestasi beliau selama ini. Tapi harus sejak sekarang mempersiapkan diri karena beliau masih masuk kategori biasa belum wow dan punya efek kejut," kata peneliti Survey Center (SSC) Surokim Abdussalam kepada ANTARA di Surabaya, Minggu.

Baca juga: Jamhadi tanggapi namanya muncul di bursa cawali Surabaya

Diketahui pasca-digelarnya Konferensi Cabang PDI Perjuangan Kota Surabaya, Jawa Timur, pada Minggu (7/7) muncul wacana yang beredar bahwa Ketua Kadin Surabaya Jamhadi dan mantan Dirut PDAM Surabaya M Selim diusulkan oleh Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPP PDI Perjuangan, Bambang Dwi Hartono, sebagai cawali pada Pilkada Surabaya 2020.

Pertimbangan mengusulkan Jamhadi karena dianggap sebagai pengusaha sukses yang juga Ketua Kadin Surabaya. Selama kepemimpinan Bambang DH sebagai Wali Kota Surabaya dalam kurun 2002-2010, Jamhadi diangkat sebagai Staf Ahli Wali Kota Surabaya dan juga Badan Pengawas PDAM Surabaya.

Baca juga: Mantan Dirut PDAM pilih dukung Jamhadi maju Pilkada Surabaya

Jamhadi dan Selim dinilai telah menjadikan PDAM yang merupakan BUMD milik Pemkot Surabaya terbaik se-Indonesia. Bahkan BUMD yang nyaris bangkrut tersebut dibawa kepemimpin Selim dan pengawasan Jamhadi diakhir masa jabatan Bambang DH membukukan keuntungan bersih Rp150 miliar setelah pajak.

Menurut Surokim, faksi Bambang DH yang punya akses ke DPP PDI Perjuangan juga akan mengambil kesempatan dalam gonjang ganjing di internal PDI Perjuangan Surabaya. Bagaimanapun, lanjut dia, Wali Kota Surabaya itu strategis bagi faksi-faksi di internal PDI Perjuangan.

Tiga faksi di PDI Perjuangan tersebut yakni faksi Tri Rismaharini (Wali Kota Surabaya), faksi Bambang Dwi Hartono (Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPP PDI Perjuangan sekaligus mantan Wali Kota Surabaya) dan Whisnu Sakti Buana (mantan Ketua DPC PDI Perjuangan Surabaya sekaligus Wakil Wali Kota Surabaya).

Selama ini, lanjut dia, faksi Bambang DH memang kalah kekuatan di struktural DPC PDIP Surabaya, namun Bambang DH punya akses lebih karena beliau pengurus DPP yang juga bisa menyalip di tikungan.

"Menurut saya sekarang momentum yang tepat untuk menunjukkan calon-calon yang akan direkomendasi faksi Bambang DH. Memang itu riskan tapi tes ombak untuk melihat respons publik baik internal dan eksternal PDIP, itu penting," katanya.

Kendati minim dukungan struktural PAC, lanjut dia, tetapi pendukung Bambang DH itu militan di Surabaya. Hal itu juga menjadi faktor kekuatan faksi Bambang DH dalam Pilkada Surabaya 2020.

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (FISIB) Universitas Trunojoyo ini menilai calon-calon PDIP jelas punya beban lebih selain harus bisa meyakinkan pendukung di internal PDIP, mereka juga wajib punya elektabilitas yang kuat bersaing karena misi PDIP tetap wajib menang.

"Jadi calon-calon yang dimajukan pasti dan wajib super itu akan jadi tolok ukur. Jadi tidak akan mungkin PDIP Perjuangan mengajukan calon biasa-biasa saja. Jadi menurut saya di sana pentingnya ngetes ombak untuk melihat daya terima para calon dari faksi Bambang DH," katanya.

Soal diusulkannya nama Jamhadi, Surokim menilai sejauh ini nama Jamhadi baru dimunculkan sehingga belum beredar dalam radar-radar survei di Pilkada Surabaya. Meski demikian, lanjut dia, semua bakal cawali harus berhitung dengan waktu karena era sekarang kian kompleks variabel memilih jadu upaya memantaskan diri harus dimulai sesegera mungkin.

"Kalau calon dadakan hanya berlaku untuk calon drop-dropan dari Jakarta dan bukan dari calon lokal," katanya.

Jamhadi sendiri, kata dia, merupakan calon lokal yang punya potensi untuk maju melalui PDI Perjuangan di Pilkada Surabaya. Kepemimpinan enterpreneur termasuk salah satu yang dibutuhkan untuk kepemimpinan Surabaya masa depan.

"Pak Jamhadi bisa optimalisasi dari sisi itu. Tapi calon dengan latar enterpreneur juga banyak, jadi harus punya kekuatan differensiasi, jangan biasa-biasa saja," katanya.

Selain itu, menurut Surokim, calon yang akan maju lewat PDI Perjuangan harus ada tambahan plusnya karena itu yang akan menentukan persaingan di DPP PDI Perjuangan. "Calon PDI Perjuangan yang bisa bersaing harus wow dan punya efek kejut, kalau ingin menang," katanya.

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2019