Jakarta (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta menyebutkan limbah plastik paling banyak terkumpul dari masyakat berada di wilayah Jakarta Pusat selama lima bulan terakhir.

Kepala Seksi Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) DLH DKI Jakarta, Rosa Ambarsari di Jakarta, Selasa, menyebutkan dari Jakarta Pusat terkumpul 1.786,61 kilogram.

Selanjutnya, Jakarta Utara sebanyak 1.149,66 kg, lalu Jakarta Selatan 1.027,73 kg, Jakarta Timur 921,44 kg, dan terakhir Jakarta Barat sebanyak 891,15 kg.

Baca juga: Jangan sembarangan buang limbah elektronik

Limbah-limbah elektronik itu, meliputi berbagai macam peralatan elektronik yang sudah lewat masa pakai, mulai baterai, ponsel, televisi, lemari es, mesin cuci, hingga mainan listrik.

Menurut dia, limbah elektronik itu dikumpulkan dari tingkat kecamatan oleh petugas DLH dengan mengajak peran serta masyarakat untuk memilah dan mengelolanya secara baik.

Limbah elektronik yang terkumpul di tingkat kecamatan itu, kemudian dibawa ke gudang DLH DKI Jakarta untuk selanjutnya dilakukan pengangkutan ke perusahaan pengolah limbah.

Baca juga: TV tabung, dominasi limbah elektronik di DKI Jakarta

Setidaknya, DLH DKI melakukan dua kali kegiatan pengangkutan limbah elektronik dan B3 yang terkumpul dalam setahun, untuk dikelola oleh perusahaan pengolah limbah.

"Jadi, ada pihak ketiga yang mengolah limbah. Mekanismenya tender karena nilainya di atas Rp200 juta. Tahun ini, PT Teknotama Lingkungan Internusa, tahun lalu kebetulan juga sama," katanya.

Limbah B3

Berbeda dengan pengumpulan limbah B3, paling banyak berada di wilayah Jakbar sebanyak 3.595,93 kg, kemudian Jakpus (1.988,015 kg), Jaktim (1.333,64 kg), Jakut (1.115,95 kg), dan Jaksel (623,3 kg).

Limbah B3 itu, meliputi bungkus obat nyamuk cair, obat-obatan bekas, kemasan cairan pembersih, dan sebagainya, yang dikumpulkan dari kegiatan rumah tangga masyarakat.

Rosa menjelaskan data tersebut menunjukkan dua kemungkinan, yakni kegiatan rumah tangga masyarakat memang banyak menghasilkan limbah elektronik dan B3, serta mereka sadar untuk memilah.

"Atau, bisa saja masyarakat di suatu wilayah kurang aktif melakukan pemilahan dan pengumpulan limbah elektronik dan B3 sehingga jumlahnya sedikit," katanya.

Baca juga: Bongkahan diduga limbah dibuang di bantaran sungai di Semarang
 

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2019