Keberadaannya yang turun-temurun dan sangat unik, namun sayang seringkali tidak bisa diterima oleh kaum milenial saat ini, karena mereka anggap memiliki kesan kuno.
Denpasar (ANTARA) - Ketua Dekranasda Provinsi Bali Putri Suastini Koster mengharapkan kain tenun seperti endek dan songket yang merupakan budaya warisan leluhur masyarakat Bali secara turun-temurun dapat menjadi bagian busana modern kaum milenial.

"Leluhur kita telah menjadikan seni menenun sebagai media penyalur pengetahuan dan budaya lintas generasi. Untuk itu, benda peninggalan leluhur seperti ini membutuhkan perlindungan dari semua pihak agar keberadaan tetap lestari," kata Putri Koster saat menerima audiensi pengurus Bussiness Export Development Organization (BEDO) di Denpasar, Jumat.

Sebagai warisan leluhur, lanjut istri Gubernur Bali ini, kain endek dan songket perlu terus dikembangkan, bahkan dilakukan inovasi dalam hal corak dan desain tampilannya, tanpa harus menghilangkan nilai budaya yang terkandung di dalamnya. "Dengan demikian, kain tenun dan songket dalam perannya sebagai barang dagangan, mampu bersaing di pasaran bebas," ujarnya.
Baca juga: Kain tenun Badui mendunia

Putri Koster yang juga dikenal sebagai seorang seniman multitalenta ini menambahkan kain tenun bukanlah semata-mata benda yang memiliki fungsi dan estetika, lebih dari itu kain tenun merupakan jati diri suatu daerah.

"Keberadaannya yang turun-temurun dan sangat unik, namun sayang seringkali tidak bisa diterima oleh kaum milenial saat ini, karena mereka anggap memiliki kesan kuno," ucapnya.
Baca juga: Kelembaban udara faktor penting merawat kain tenun

Menurut dia, agar kain tenun yang merupakan warisan leluhur ini tidak punah, apalagi kemudian diakui atau diklaim milik negara lain, maka diperlukan usaha bersama untuk menjaga dan melestarikannya.

"Saya sangat ingin para desainer kita yang ada di Bali bersama-sama menghilangkan kesan kuno terhadap kain tenun ini, terutama dari persepsi kaum milenial. Untuk itu perlu adanya inovasi desain modern pada aplikasi kain tenun, misalnya saja kain tenun dijadikan baju yang memiliki model modern hingga kemudian digemari anak muda," katanya.
Baca juga: Dosen : penenun kain lakukan inovasi terbuka

Generasi muda tidak hanya harus terus di pupuk kecintaannya, tetapi juga diajak untuk dapat mengerti dengan proses pembuatan serta makna dari motif kain tersebut. Putri Koster berharap melalui organisasi seperti BEDO yang memiliki misi mewadahi IKM di Bali, dapat turut membantu pemerintah.

"Selain itu, saya juga ingin organisasi seperti BEDO ini ikut melestarikan dan fokus pada upaya mendorong para desainer, pengusaha dan perajin agar lebih kreatif dan mandiri dalam mengembangkan usahanya, sehingga usaha dalam menggairahkan tenun dari hulu ke hilir dapat terlaksana dengan baik," katanya.
Baca juga: Mitra binaan BUMN tampilkan tenun dalam Pameran Adiwastra

Sementara itu, Ketua BEDO Dwi Iskandar mengatakan bahwa organisasinya memiliki fungsi dalam membina para IKM yang ada di Bali untuk dapat berkembang secara mandiri. Di samping itu, BEDO juga bertugas membantu pemerintah menjaga harkat martabat bangsa dengan ikut melestarikan warisan budaya bangsa agar tetap kuat dan terhormat, sehingga dapat diwariskan kepada generasi berikutnya.

Menanggapi harapan Ketua Dekranasda Provinsi Bali, Dwi Iskandar mengatakan pihaknya berjanji akan terus mengangkat kembali gaya berbusana warisan leluhur dengan membiasakan diri mengekanan busana berkain kesehariannya dalam berbagai kegiatan, terutama dalam menarik minat generasi milenial di tengah maraknya fesyen global saat ini.

Baca juga: Presiden Jokowi kepincut kain tenun Lombok
Baca juga: Kain "ecoprint" asal Palembang tembus pasar Amerika Serikat

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019