Palu (ANTARA) - Pekan Ilmiah Olahraga Seni dan Riset (PIONIR) menjadi salah satu ajang bergengsi yang diselenggarakan oleh pemerintah lewat Kementerian Agama sebagai bentuk pengabdian dan kontribusi terhadap bangsa dan negara, kata Steering Committee PIONIR IX, Dr Muhtadin Dg Mustafa.

"PIONIR bertujuan meningkatkan tali silaturahmi dan persatuan antarmahasiswa perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PTKIN) di Indonesia dan meningkatkan pembinaan keilmuan, olahraga, seni dan riset mahasiswa PTKIN dalam rangka ikut serta memberikan kontribusi prestasi bagi bangsa dan negara," katanya di Palu, Kamis.

PIONIR merupakan salah satu kegiatan nasional yang melekat di Kementerian Agama, melibatkan seluruh perguruan tinggi keagamaan Islam negeri, STAIN, IAIN dan UIN, se-Indonesia.

PIONIR IX Tahun 2019 akan diselenggarakan di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang mulai tanggal 15 - 21 Juli 2019. Di Malang, PIONIR IX bertemakan "Mewujudkan generasi bangsa yang berkarakter dan berprestasi" dengan motto "spririt of the unity" (semangat untuk persatuan).

"PIONIR ini lahir sebagai wujud kesadaran dan perhatian bersama akan pentingnya upaya peningkatan mutu pendidikan tinggi yang secara terus menerus memerlukan strategi yang tepat untuk melaksanakannya," kata Muhtadin.

Akademisi IAIN Palu itu menyebut, PIONIR dengan berbagai kegiatannya bertujuan mengembangkan potensi diri mahasiswa khususnya atau meningkatkan potensi akademik maupun non-akademik.

Upaya pengembagan dan peningkatan potensi tersebut, kata Mantan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama IAIN Palu itu, adalah tanggung jawab setiap perguruan tinggi, khususnya PTKIN yang tidak hanya berperan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, akan tetapi juga memiliki tugas yang lebih luas untuk menyiapkan generasi penerus yang cerdas intelektual, emosional, sosial, spiritual dan fisikal.

Selain menjadikan prestasi sebagai target, Muhtadin menjelaskan, kegiatan olah raga, seni dan riset melalui PIONIR yang diikuti mahasiswa PTKIN se-Indonesia di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang nanti, juga diharapkan menjadi media pendidikan karakter untuk pembiasaan nilai-nilai kecerdasan, keterampilan, pengendalian emosional, disiplin, sportivitas, demokratis, persatuan, dan kesatuan serta bertanggung jawab.

Hal ini sejalan dengan fungsi pendidikan nasional untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, serta mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat jasmani, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan demokratis.

"Ada harapan besar yang harus diwujudkan melalui PIONIR kali ini, bahwa PIONIR tidak hanya sekedar ajang silaturrahim antara mahasiswa PTKIN tetapi harus berhasil mencetak dan menghasilkan calon penerus bangsa yang berdedikasi tinggi dengan segenap potensi dan keterampilannya, meningkatkan dan mengembangkan minat dan bakat mahasiswa, meningkatkan dan mengembangkan prestasi ilmu pengetahuan, olahraga, kreativitas dan seni mahasiswa," kata Muhtadin menjelaskan.

Kemenag menaruh besar harapan terhadap PIONIR sebagai upaya pembinaan generasi mudah PTKIN. Karena itu, kegiatan tersebut di dukung dengan ketersediaan anggaran yang tidak sedikit.

Kemenag tidak menginginkan PIONIR ibarat menghamburkan garam di laut. Olehnya, dibutuhkan peran maksimal dari panitia pelaksana dan panitia pengarah.

Kemenag kemudian memilih Dr Muhtadin untuk menjadi panitia pengarah. Muhtadin Dg Mustafa adalah Ketua Umum Panitia Nasional Pionir VII Tahun 2015 yang di selenggarakan oleh Kemenag di IAIN Palu, Ketua Tim Pengawasan, Penelitian dan Evaluasi (Waslitev) Pionir VIII tahun 2017 di UIN Ar Raniry Aceh dan saat ini sebagai Steering Committee PIONIR IX 2019 di UIN Malang.

PIONIR yang diikuti PTKIN se-Indonesia merupakan agenda kegiatan dua tahunan bagi Kementerian Agama. Kegiatan ini telah dimulai sejak 2002 di Palembang, 2004 di Semarang, 2006 di Bandung, 2008 di Pontianak, 2010 di Watampone, 2013 di Banten dan 2015 di Palu, 2017 di Aceh dan 2019 di Malang.

Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2019