Temu diaspora itu digelar dalam suasana syukuran atas berhasilnya penyelenggaraan Pemilu 2019 sekaligus menghargai kerja keras dan pengorbanan para petugas penyelenggara Pemilu baik di dalam dan di luar negeri,
London (ANTARA) - Diaspora Indonesia se-Eropa yang datang dari 15 negara yakni Austria, Belgia, Belanda, Denmark, Islandia, Finlandia, Hungaria, Inggris, Jerman, Norwegia, Perancis, Portugal, Spanyol, Swedia dan Swiss menghadiri acara temu Diaspora yang diadakan di gedung GLoria Event Berlin pada akhir pekan.

Ketua panitia Andi Tinellung kepada Antara London, Senin, mengatakan temu diaspora Indonesia se Eropa diselenggarakan Sekretariat Bersama Eropa Tetap Jokowi yang bertujuan untuk merefleksikan Pemilu 2019 dan memandang Indonesia ke depan.

Temu diaspora itu digelar dalam suasana syukuran atas berhasilnya penyelenggaraan Pemilu 2019 sekaligus menghargai kerja keras dan pengorbanan para petugas penyelenggara Pemilu baik di dalam dan di luar negeri.

Dalam temu diaspora itu diadakan diskusi yang menampilkan beberapa pembicara diantaranya Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Pendiri Inovator 4.0, Budiman Sudjatmiko, Ketua DPP PSI, Tsmara Amany, dan Prof Hendro Wicaksono dari Jacobs University serta Direktur the Wahid Institute, Yenny Wahid.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dalam acara diskusi mengakui membangun infrastruktur masif yang dilakukan Presiden Jokowi merupakan prasyarat konektivitas Indonesia. Hal ini landasan besar yang dilakukan Presiden Jokowi dalam menyelesaikan pekerjaan besar yang telah dilakukan sejak jaman Soeharto yaitu membangun infrastruktur prasyarat konektivitas Indonesia.

Baca juga: UNS akan obati kerinduan Diaspora Jawa

Pada kesempatan itu, Pranowo mengundang diaspora menjadikan Jawa Tengah sebagai tempat untuk menyumbangkan keahlian diberbagai bidang.

Sementara itu Prof Hendro Wicaksono dari Jacobs University , menggambarkan keberhasilan Jerman dalam industri 4.0 adalah karena infrastruktur yang terbangun prima, internet yang sampai ke desa dan berkembang pesatnya bisnis kecil dan menengah yang spesifik dan berbasis teknologi dengan pesat.

Pada kesempatan itu Pendiri Inovator 4.0, Budiman Sudjatmiko mengajak diaspora profesional Indonesia untuk memajukan desa, mempertemukan desa yang mempunyai Badan Usaha Milik Desa atau (Bumdes), antara dana dan kebutuhan dengan mereka yang bersedia menyumbangkan keahlian dan pikirannya.

Sedangkan Ketua DPP PSI, Tsmara Amany menyebutkan bahwa milenial harus berperan dalam politik, yang bukan siapa-siapa jika punya niat baik dan komitmen bisa masuk politik.

Sementara Hendra Pasuhuk, jurnalis senior Deutsche Welle mencatat bahwa partisipasi politik aktif pemilih WNI di luar negeri meningkat, terutama kaum perempuan.

Segaris dengan penyampaian Ibu Susi Pudjiastuti dalam videonya menyebutkan peran perempuan dalam membangun Indonesia sangat penting. "Perempuan Indonesia diharapkan dapat memanfaatkan potensi yang ada dalam dirinya," kata dia.

Diskusi panelis ditutup dengan pemberian kenang-kenangan untuk narasumber, diikuti dengan nge-vlog bersama menyerukan, Diaspora Indonesia bersatu untuk Indonesia Maju dan siap menyambut Revolusi industri 4.0.

Temu diaspora Indonesia juga mendapat kejutan dengan kehadiran Direktur the Wahid Institute, Yenny Wahid yang dalam orasi singkatnya, mengatakan bahwa modal bangsa Indonesia sudah lengkap, tinggal diperlukan kerja keras untuk memajukan Indonesia yang dapat bersaing dengan negara lain.

Temu Diaspora Indonesia dimeriahkan dengan pemotongan tumpeng dan pemberian penghargaan kepada perwakilan relawan dari 15 negara, persembahan music dan lagu serta tari-tarian Indonesia.

Tidak ketinggalan dengan adanya sajian kuliner Indonesia. Doa untuk kerukunan dan kemajuan Indonesia dipimpin oleh KH Syaiful Fatah, Rais Syuriah PCI NU Jerman.

Baca juga: Sri Sultan ungkap diaspora miliki potensi ekonomi sangat besar

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019