Jakarta (ANTARA) - Nahdlatul Ulama (NU) mengimbau warganya untuk berperan sebagai benteng terdepan Indonesia dalam menghadapi ancaman radikalisme yang dapat memecah bangsa, khususnya selama bergulirnya tahapan Pemilu 2019.

"Pada kesempatan ini NU memiliki komitmen terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bangsa ini punya benteng Islam terbesar, yakni NU untuk tanggulangi radikalisme," kata Pengurus PBNU, KH Zulfa Mustofa, di Jakarta, Minggu.

Pernyataan itu dikemukakan Zulfa saat berpidato dalam acara Halalbihalal dan Syukuran Warga NU di Sunlake Hotel, Jalan Danau Permai Raya, Sunter Jakarta Utara.

Pria yang juga menjabat sebagai ketua panitia acara tersebut mengatakan, tahapan proses pemungutan suara Pemilu 2019 telah berjalan aman dan damai.

Kontestan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Jokowi Widodo dan KH Ma'ruf Amin, kata Zulfa, telah diputuskan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI sebagai pemenang pilres untuk masa bakti 2019-2024.

Namun Zulfa mengingatkan seluruh warga NU untuk tetap menghormati proses hukum sengketa pilpres di Mahkamah Konstitusi (MK) yang diagendakan kesimpulan sidang dibacakan pekan depan.

"NU sudah anggap itu menang karena pemilu berjalan aman dan damai. Tentang pemenangnya siapa, ya tinggal tunggu sepekan lagi (ketetapan MK). Siapapun yang menang, warga NU harus terima itu," katanya.

Di hadapan sekitar 50 perwakilan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) NU, Zulfa mengatakan warga NU memiliki tanggung jawab untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang ancaman radikalisme dengan modus membenturkan ajaran Al Quran dengan NKRI.

Dalam pandangan NU, kata dia, Pancasila bukan agama, oleh karenanya tidak bisa dijadikan alat menggantikan ajaran agama.

"Pancasila adalah kumpulan visi dari cita-cita para pendiri bangsa. NU wajib membela syariat Islam melalui konstitusi," katanya.

NU telah mempraktikkan perjuangan menegakkan ajaran syariat Islam lewat jalur konstitusi seperti merealisasikan undang-undang tentang perbankan syariah hingga pernikahan syariah di Indonesia.

"Sekarang banyak orang tidak mengerti, seakan kalau pakai Pancasila, mereka sudah antiagama hingga berujung pada perbuatan radikal, padahal tidak demikian. Tugas kita sosialisasikan kepada masyarakat , jangan ragukan nasionalisme warga NU," katanya.

Dalam kesempatan tersebut Zulfa menekankan kepada warganya untuk menambah rasa syukur kepada Allah SWT bila MK mengumumkan yang menang dalam pilpres adalah pasangan Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin.

"Siapapun yang menang berdasarkan keputusan sidang MK harus kita terima. Namun bila yang menang adalah orang tua kita, Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin, maka harus kita tambah rasa syukur kita," ujarnya disambut tepuk tangan tamu undangan.

Di lokasi yang sama, Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta, Syaiful Mujab, mengapresiasi upaya NU dalam menjaga ukhuwah di Indonesia.

"Kita mengawal bersama agar ukhuwah Islamiyah tetap berjalan baik. Radikalisme dan sikap intoleran harus kita antisipasi bersama dengan merapatkan barisan. Saya apresiasi dan terima kasih telah mengawal kehidupan umat beragama," katanya.

Sementara itu, dalam acara tersebut calon wakil presiden KH Ma'ruf Amin yang diundang secara khusus oleh panitia berhalangan hadir kaarena ada rapat di Istana Presiden, Bogor, Jawa Barat.

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj juga berhalangan hadir karena memenuhi acara pernikahan kerabatnya di Cirebon.

Baca juga: Said Aqil: Tak perlu bentuk tim independen ungkap kericuhan Mei 2019

Baca juga: Ma'ruf bersyukur pilpres berlangsung jujur dan adil

Baca juga: PBNU tak yakin terjadi "people power" terkait pilpres


 

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Eddy K Sinoel
Copyright © ANTARA 2019