Mataram (ANTARA) - Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Mataram H Burhanul Islam menyebutkan,  65 persen dari 756 calon haji asal Kota Mataram termasuk risiko tinggi.

"Sebanyak 65 persen  yang risiko tinggi itu, bukan hanya sakit melainkan karena lanjut usia dan ada juga yang darah tinggi," katanya kepada sejumlah wartawan di Mataram, Jumat.

Ia mengatakan, setiap pemberangkatan, jumlah calon haji yang termasuk risiko tinggi cukup banyak. Karena itu, jamaah dengan risiko tinggi akan ada perlakuan khusus dari petugas kesehatan termasuk pendampingan.

Jumlah petugas kesehatan yang akan mendampingi masing-masing kelompok terbang (kloter) sebanyak tiga orang terdiri atas satu orang dokter dan dua paramedis.

"Dengan adanya petugas kesehatan ini, calon haji risiko tinggi bisa diperiksa secara rutin sesudah sampai di Tanah Suci. Dengan demikian, mereka bisa melaksanakan ibadah dengan lancar," katanya.

Sementara untuk mengantisipasi calon haji terjangkit berbagai virus berbahaya di Tanah Suci, kata Burhanul, Dinas Kesehatan sudah memberikan vaksin meningitis dan influenza kepada calon haji di masing-masing Puskesmas asal calon haji.

"Pemberian vaksin ini tetap dilakukan setiap tahun menjelang keberangkatan jamaah haji mengingat di Tanah Suci jamaah akan berinteraksi dengan jamaah dari berbagai negara," katanya.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram dr H Usman Hadi sebelumnya mengatakan, calon haji yang masuk kategori risiko tinggi, rata-rata jamaah lanjut usia (lansia) sehingga membutuhkan pendampingan dari keluarga serta perhatian khusus dari para petugas.

Selain itu, ada juga jamaah yang memiliki penyakit namun masih bisa tetap ikut berangkat dengan catatan harus didampingi juga guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

"Penyakit yang dialami jemaah risti itu antara lain, diabetes, darah tinggi dan penyakit jantung," katanya.

Menurutnya, jamaah calon haji yang masuk kategori risiko tinggi karena penyakit itu saat ini terus dimonitoring oleh tim kesehatan dari Puskesmas agar menjelang keberangkatan kondisi kesehatan mereka bisa lebih baik.

"Jamaah risiko tinggi karena penyakit ini juga perlu mendapatkan pendampingan serta perhatian serius dari petugas haji," katanya. ***3***

Pewarta: Nirkomala
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019