Washington (ANTARA) - Pemerintah Amerika Serikat bekerja sama dengan Turki mengenai "zona aman di sepanjang perbatasan Turki", dan di zona tersebut tak ada petempur YPG/PKK, kata Wakil Khusus AS untuk Keterlibatan Suriah pada Senin (25/3).

"Kami sedang mencari penyelesaian yang akan memenuhi kebutuhan setiap orang," kata James Jeffrey, yang juga menjadi Utusan Khusus bagi koalisi anti-Da'esh, dalam satu taklimat di Departemen Luar Negeri AS.

"Kami bekerja sama dengan Turki untuk membuat  zona aman di sepanjang perbatasan Turki, tempat takkan ada pasukan YPG sebab Turki merasa sangat tidak nyaman dengan kehadian YPG dan hubungan mereka dengan PKK. Kami memahami bahwa Presiden (AS Donald) Trump telah menjelaskan kepada Presiden (Recep Tayyip) Erdogan," kata Jeffrey.

Pada Februari, Pentagon mengumumkan beberapa ratus prajurit akan tetap berada di Suriah, setelah penarikan tentara AS, guna menciptakan zona aman di sepanjang perbatasan Turki-Suriah.

Juru Bicar Pentagon Sean Robertson mengatakan tentara tersebut akan menjadi bagian dari pasukan multinasional.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan zona aman itu akan diciptakan "dengan dasar kesepakatan yang ditandatangani antara Turki dan Suriah pada 1998", yang dikenal sebagai Kesepakatan Adana.

Kesepakatan tersebut, yang ditandatangani di Kota Adana di Turki Selatan, bertujuan meredakan keprihatinan Ankara berkaitan dengan kelompok teror PKK.

Setelah itu, kamp pelatihan gerilyawan ditutup di Suriah dan anasir gerilyawan tak dilayani oleh bank-bank Suriah.

Namun, Jeffrey mengatakan sasaran utama AS di Suriah ialah "mengalahkan kelompok gerilyawan Da'esh".

"Misi ini ialah mengalahkan ISIS, bukan beroperasi di zona aman apapun," ia menambahkan. Jeffrey menggunakan naman lain Da'esh.

Jeffrey juga menyatakan AS masih tidak mengetahui keberadaan pemimpin Da'esh Abu Bakr Al-Baghdadi.

Status dan keberadaan Al-Baghdadi telah menjadi misteri selama beberapa tahun belakangan ini, dan banyak klaim telah dikeluarkan di berbagai medan tempur di Irak dan Suriah bahwa ia "telah tewas".

"Tidak, kami tidak mengetahui di mana ia (Al-Baghdadi) berada, dan menemukan pemimpin tertinggi ISIS atau kelompok gerilyawan lain adalah prioritas," kata Jeffrey.

Sumber: Anadolu Agency

Baca juga: Jaberi Ansari: tentara pendudukan mesti keluar dari wilayah Suriah
Baca juga: Trump tandatangani dekrit pengakuan kedaulatan Israel atas Golan

Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019