Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto menyatakan bahwa budi daya lele sistem bioflok merupakan program prioritas nasional.

"Perlu diketahui program ini telah memberikan dampak positif bagi peningkatan pendapatan dan pemenuhan konsumsi ikan masyarakat," kata Slamet Sobejakto dalam keterangannya yang diterima, Kamis.

Ia mencontohkan, Ditjen Perikanan Budi Daya KKP melalui Balai Layanan Usaha Perikanan Budi Daya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat, mengalokasikan dukungan paket sarana dan prasarana produksi ikan lele dengan teknologi bioflok senilai Rp280 juta.

Dengan bantuan tersebut ternyata pada 18 Maret, Pondok Pesantren Al-Furqon Karawang berhasil melakukan panen perdana ikan lele bioflok hingga 6,5 ton.

Menurut Slamet Soebjakto, ponpes yang menjadi sasaran program tersebut juga diharapkan akan mampu secara mandiri dalam pemberdayaan ekonomi.

"Tingkat konsumsi ikan warga pesantren sangat rendah yakni sekitar 15 kg per kapita per tahun. Padahal secara nasional tahun 2018, konsumsi per kapita telah mencapai 50 kg per kapita per tahun," jelas Slamet.

Dengan demikian, ujar dia, keberhasilan panen budi daya lele yang terdapat di Ponpes Al Furqon, diharapkan akan mampu meningkatkan minat warga pesantren untuk mengonsumsi ikan.

Sementara itu, Kepala BLUPPB Karawang, Warih Hardanu, mengatakan budidaya lele dengan sistem bioflok memiliki keunggulan produktivitas yang tinggi, lebih efisien dan ramah lingkungan.

"Bioflok di Ponpes Al Furqon ini merupakan satu di antara yang terbaik. Tingkat kelulushidupan mencapai 85 persen, sedangkan FCR (rasio konversi pakan) hanya 0,91," ucapnya.

Menurut Warih Hardanu, berbagai jumlah tersebut dinilai sangat memuaskan karena dengan begitu nilai tambah keuntungannya juga berpotensi semakin besar.***1***
(T.M040/

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019