Jakarta (ANTARA News) - Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi - Ma'ruf Amin, Ace Hasan Syadzily menilai pidato kebangsaan calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto di Semarang kembali mempertontonkan retorika, klise dan tanpa solusi. 

"Dari apa yang disampaikan Prabowo misalnya akan menurunkan harga pangan tapi tak menjelaskan bagaimana cara menurunkan harga pangannya tersebut. Apa yang disampaikannya tidak ada substansi yang mendalam dan solutif," katanya dalam pers rilis yang diterima Sabtu.

Ia mencontohkan, Prabowo mengatakan uang Indonesia banyak ke luar negeri tapi mengakui adanya program yang spektakuler dari Pak Jokowi tentang tax amnesty. 

Prabowo mengatakan soal harga pangan akan dia turunkan, tapi tak jelaskan bagaimana cara menurunkannya. Padahal pemerintahan Jokowi telah mampu menstabilkan harga dengan sangat baik yang terbukti dengan angka inflasi yang sangat rendah selama 4 tahun terakhir ini. 

"Substasinya lebih banyak menyampaikan kecemasan seperti membenarkan strategi 'firehood of falsehood' dengan mengatakan bahwa Indonesia seperti badan yang sakit. Padahal apa yang dikatakannya sakit, tak jelas. Apanya yang sakit? Semua baik-baik saja," katanya.

Apalagi, menurut dia, di saat pidato penutupan Prabowo mengatakan lebih baik hancur daripada dijajah kembali.

"Ini sebuah paradoks. Di awal mengatakan tidak pesimis, tetapi di akhir bilang hancur. Ini mengulangi kembali narasi pesimismenya," katanya.

Ia mengatakan, dari apa yang disampaikan Prabowo dalam pidato kebangsaannya, tidak ada yang baru. Tak ada tawaran program yang konkret dan solutif.

"Kembali mempertontonkan kecemasan untuk meraih simpati. Tapi gagal memberikan tawaran yang dapat meyakinkan rakyat," katanya.

Pewarta: M Arief Iskandar
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019