Jakarta (ANTARA News) - Juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Mardani Ali Sera menilai debat kedua calon presiden, menjadi ajang para kandidat diuji secara mendalam terkait pengetahuan dalam mengatasi persoalan di bidang sumber daya alam, energi dan pangan, lingkungan hidup, serta infrastruktur.

"Publik harapannya meminta agar capres kita benar-benar diuji secara utuh dan mendalam, kalau perlu 'dikuliti'," kata Mardani, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis.

Dia mengatakan karena peserta debat kedua adalah para capres, maka utamanya menjadi ajang ujian kepemimpinan kedepan sehingga KPU harus berpihak kepada publik.

Karena itu dia berharap pertanyaan yang diberikan KPU sifatnya menggali kelebihan visi-misi para capres sehingga jawaban yang disampaikan tidak bersifat normatif.

"Misalnya Prabowo ingin swasembada pangan, bagaimana cara dan peta jalannya. Lalu Jokowi bangga dengan infrastruktur, jelaskan asal dananya dan bagaimana analisis keuntungannya," ujarnya.

Karena itu Mardani menilai biarkan moderator atau panelis menggali berbagai pertanyaan sehingga debat menjadi edukasi bagi publik yang baik.

Politisi PKS itu mengaku tidak mempermasalahkan siapa yang akan ditunjuk KPU sebagai moderator atau panelis dalam debat kedua namun harus menjaga integritasnya.

"Ketika di forum kelihatan berpihak kepada salah satu kandidat, itu namanya bunuh diri. Namun ketika berpihak kepada rakyat, pertanyaan-pertanyaannya akan tajam, maka dia sedang membangun karakter diri," katanya.

Dia berpesan kepada moderator debat harus menjadi guru yang terbaik bagi masyarakat dengan pertanyaan-pertanyaan yang dalam, tajam dan tidak menyerang.

Debat kedua capres isu sumber daya alam, energi dan pangan, lingkungan hidup, dan infrastruktur yang akan dilaksanakan Senin (17/2) di Hotel Sultan, Jakarta. 

Debat akan disiarkan di stasiun televisi Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), GTV, MNC TV, dan Inews TV.


Baca juga: Debat Capres putaran kedua diharapkan mencerahkan rakyat

Baca juga: Mahfud: Dua paslon belum tunjukkan harapan baru dalam penegakan hukum

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2019