Palangka Raya (ANTARA News) - Muhammad Ryan, balita berumur 2,7 tahun yang menderita penyakit otak mengecil sebelah dari sejak lahir, memerlukan bantuan pengobatan kesehatan dari para dermawan yang berada di Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah(Kalteng).

"Penyakit itu kami ketahui ketika Ryan masih berumur empat bulan ketika menjalani pemeriksaan di rumah sakit yang ada di Provinsi Kalteng," kata ibu kandung Ryan, Nurul Hikmah (29) di Gang Jingah, Jalan Darmo Sugondo, Palangka Raya, Selasa.

Saat ini, kondisi Ryan tidak bisa beraktivitas normal seperti anak seusianya. Ia seperti orang lumpuh karena tangan, kaki, dan lehernya itu tidak berfungsi seperti orang normal lainnya.

"Kalau dirinci, saya mengobatinya dari lahir sampai pengobatan terapi di rumah sakit ditotal bisa mencapai Rp10 juta. Pengobatan itu terhenti karena kami tidak mampu untuk mengikuti arahan dokter guna melakukan terapi," kata Nurul.

Dia mengatakan, dengan mengidap penyakit pengecilan otak sebelah tersebut, bagian lehernya lentur dan tidak bisa tegak. Sedangkan tangan dan kaki balita itu bisa digerakkan, namun tidak normal.

Anak pertama dari pasangan Jihan (32) dan Nurul itu pernah dibawa ke beberapa dukun kampung serta rumah sakit, namun hasilnya tidak begitu maksimal. Anak semata wayang yang mereka miliki tersebut tetap saja tidak bisa disembuhkan.

"Suami saya hanya bekerja sebagai tukang cuci mobil salah satu bengkel. Gajinya tidak mampu untuk membiayai pengobatan Ryan sehingga pengobatan terpaksa kami hentikan," ujar Nurul.

Dia mengemukakan, pendapatan suami selama seminggu dari hasil mencuci mobil rata-rata hanya Rp300 seminggu, sedangkan, untuk biaya sewa barak sebulan sudah Rp400 ribu.

"Beruntungnya warga di sekitar tempat kami tinggal ini selalu memberikan bantuan. Jadi saya tidak pernah berputus asa untuk berusaha menyembuhkan penyakit Ryan. Semoga saja para dermawan yang ada di Palangka Raya bisa membantu pengobatan putra kami yang menderita penyakit pengecilan otak sebelah," ujar Nurul.*


Baca juga: Ada penyumbatan darah di otak Clarita karena sering dibenturkan ke dinding

 

Pewarta: Rendhik Andika dan Adi Wibowo
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019