Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi X DPR RI Anang Hermansyah berharap di putaran Debat Capres berikutnya isu penegakan hak cipta mendapat perhatian dari kandidat presiden mendatang.

"Masih ada empat kali debat. Saya tetap berharap isu soal hak cipta agar disinggung oleh pasangan calon," kata Anang dalam pernyataan resminya, di Jakarta,  Jumat.

Pernyataan Anang itu sebagai catatan  terkait debat perdana capres-cawapres pada Kamis (17/1) malam. Debat dengan tema tentang hukum, HAM, korupsi dan terorisme menghadirkan pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma;ru Amin dan pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. 

Selain ada yang memuji, debat perdana pasangan capres-cawapres tersebut juga banyak mendapat kritik dari publik. Salah satunya terkait dengan materi debat yang tidak menyinggung soal penegakan hak cipta.

"Debat perdana capres-cawapres memberi pesan penting bahwa intelectual property tidak mendapat perhatian dari para pasangan calon. Saya benar-benar kaget," ujar Anang.

Padahal, kata Anang, persoalan penegakan cipta menjadi pokok masalah di sektor kreatif di Indonesia. Semestinya, capres-cawapres memberi perhatian serius jika ingin menjadikan ekonomi kreatif sebagai tulang punggung perekonomian di Indonesia.

 "Tapi saya menjadi paham, persoalan penegakan hak cipta tidak dijadikan materi debat," katanya.

Hal itu mengindikasikan bahwa implementasi UU Hak Cipta tidak optimal. Akibatnya pelanggaran hak cipta masih marak.

Dengan demikian, musisi asal Jember ini juga menilai bahwa para capres hanya menjadikan seniman dan pekerja seni hanya sebagai pemanis etalase ruang politik saja.

Karenanya, Anang tetap berharap di sesi debat berikutnya isu penegakan hak cipta dapat mendapat porsi oleh para paslon capres. "Ini isu penting bagi masa depan sektor kreatif kita," kata Anang. 
Baca juga: RUU Permusikan diharapkan tuntas tahun ini
Baca juga: Penegakan UU Hak Cipta harus menjadi perhatian serius
Baca juga: Anang berharap adanya regulasi ekonomi kreatif


Pewarta: Sri Muryono
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019