Jakarta (ANTARA News) - Perayaan 60 Tahun Revolusi Kuba yang berlangsung di Jakarta, Jumat malam, turut mengenang kembali persahabatan yang terjalin antara presiden pertama RI Soekarno dan pemimpin revolusi Kuba Fidel Castro.

"Presiden Soekarno adalah kepala negara asing pertama yang mengunjungi Kuba setelah kemenangan revolusi," kata Duta Besar Kuba untuk Indonesia Nirsia Castro Guevara dalam acara yang dihadiri oleh putri ketiga Soekarno, Rachmawati Soekarnoputri.

Dalam kunjungan tersebut, Soekarno berbicara mengenai kedekatan kedua negara dan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Soekarno, yang juga dikenal dekat dengan pejuang revolusi Kuba Che Guevara, juga menghadiahi Castro sebilah keris dan peci.

Sejak saat itu, hubungan diplomatik kedua negara yang resmi dibuka pada 22 Januari 1960 terus berkembang dalam berbagai bidang.

Indonesia dan Kuba adalah pendiri Gerakan Non-Blok, juga anggota aktif G-77 yaitu kelompok terdiri dari 134 negara berkembang yang dirancang untuk mempromosikan kepentingan kolektif anggotanya serta menciptakan negosiasi bersama yang ditingkatkan di PBB.

"Saya mewakili pemerintah dan rakyat Kuba juga menyampaikan terima kasih atas dukungan berkelanjutan Indonesia untuk mengakhiri embargo ekonomi yang diberlakukan AS terhadap Kuba," ujar Dubes Nirsia.

Baca juga: Kuba kehilangan 753.688 juta dolar karena blokade AS
Baca juga: Pakar PBB puji sistem kesejahteraan sosial Kuba

Persahabatan kedua negara tercermin dalam berbagai kerja sama bilateral diantaranya di bidang kesehatan, olahraga, ekonomi dan pendidikan.

Menurut Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri yang mewakili Pemerintah Indonesia dalam perayaan tersebut, kedua negara telah menandatangani nota kesepahaman untuk produksi obat-obatan dan vaksin. Kuba memang dikenal maju di bidang kesehatan dan medis, terutama dengan pengembangan bioteknologi.

Karena itu sejak 2013, Kuba memberikan beasiswa kepada pelajar Indonesia untuk menempuh studi kedokteran di negara tersebut. "Kami berharap semakin banyak pelajar Indonesia bisa memanfaatkan kesempatan studi ini," kata Hanif.

Di bidang olahraga, baru-baru ini Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina) mendatangkan pelatih tinju dari Kuba. Sedangkan di bidang ekonomi, nilai perdagangan Indonesia-Kuba telah mencapai lebih dari 13 juta dolar AS selama Januari-Oktober 2018.

Selain bidang-bidang tersebut, Hanif meyakini masih banyak peluang kerja sama yang bisa dikembangkan untuk menunjang kemakmuran rakyat kedua negara.

"Mari bersama-sama menggarap semua peluang yang ada dan memainkan peran kita untuk mencapai apa yang dimiliki oleh Soekarno dan Castro yaitu persahabatan abadi untuk kesejahteraan rakyat," kata Hanif. 
Baca juga: Dubes Kuba datangi MPR bahas kerja sama pariwisata
Baca juga: Presiden Jokowi sampaikan belasungkawa atas wafatnya Fidel Castro
Baca juga: Fidel Castro di mata sahabat dan musuh-musuhnya
Baca juga: Indonesia dorong kontak dagang langsung dengan Kuba


Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019