Jakarta (ANTARA News) - Nahdlatul Ulama melalui Tim NU Peduli bergerak cepat untuk memberi bantuan kepada korban bencana tsunami Selat Sunda yang cukup memporak-porandakan daerah Pandeglang dan Serang di Banten dan di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung sejak Sabtu (22/12) malam.

Sekretaris NU Care-LAZISNU Abdurrouf Amin mengatakan Tim NU Peduli sejak Minggu (23/12) menerjunkan sejumlah bantuan yang saat ini dibutuhkan korban berupa paket makanan, paket hygene kit, pakaian layak, selimut, tenda, dan lain-lain.

“Bantuan-bantuan tersebut langsung didistribusikan oleh tim lapangan setelah melakukan langkah asesmen dan pendirian pos peduli bencana,” kata Rouf melalui keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Minggu.

Tim Peduli NU dibantu juga oleh ratusan anggota Banser di lapangan yang melakukan penyisiran dan langkah evakuasi.

“Selanjutnya bantuan dikirim ke pos-pos yang didirikan Tim NU Peduli. Kemudian bantuan diberikan langsung kepada para korban tsunami,” ucap dia.

Rouf juga menyampaikan, NU Peduli melalui NU Care-LAZISNU membuka penggalangan donasi untuk membantu warga terdampak bencana tsunami.

"Donasi kami buka melalui rekening khusus bencana, BCA dan BRI. Kami juga melakukan penggalangan dana online via Kitabisa.com/pedulibantenlampung. Mari bersama bantu saudara kita," ajaknya.

Sementara itu, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho terus memberikan data terkait pembaruan jumlah korban akibat terjangan tsunami di Selat Sunda.

Sutopo mengungkapkan, data terkini korban tsunami Senin (24/12) pukul 07.00 WIB yang terjadi di Banten dan Lampung tercatat 281 orang meninggal dunia, 1.016 orang luka-luka, dan 57 orang hilang. 

“Data ini keumngkinan akan terus bertambah, mengingat daerah yang terdampak tsunami belum terdata secara final,” kata Sutopo lewat keterangan persnya.

Dia menjelaskan, tidak ada peringatan dini tsunami susulan dari BMKG. Adanya sirine tsunami di Teluk Labuhan Kecamatan Labuhan Kabupaten Pandeglang yang tiba-tiba bunyi sendiri bukan dari aktivasi BMKG, BPBD. 

“Kemungkinan ada kerusakan teknis sehingga bunyi sendiri. Masyarakat mengungsi mendengar sirine,” ucap dia.

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2018