Kenapa (elektabilitas) kita di Sumatera turun? Termasuk di Jambi turun, walau sedikit? 'Problemnya' karena harga komoditas crude palm oil (CPO) turun, karet turun, turun kok ditepuktangani bagaimana?"
Jambi (ANTARA News) - Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo menyebut adanya penurunan elektabilitas dirinya dan calon wakil presiden Ma'ruf Amin jelang pemilihan presiden (pilpres) 2019.

"Kenapa (elektabilitas) kita di Sumatera turun? Termasuk di Jambi turun, walau sedikit? 'Problemnya' karena harga komoditas crude palm oil (CPO) turun, karet turun, turun kok ditepuktangani bagaimana?" kata Jokowi di Hotel Abadi, Jambi.

Jokowi menyampaikan hal itu dalam pembekalan calon anggota legislatif dan rapat Tim Kampanye Daerah (TKD) di Jambi.

"Harga kelapa turun, harga global turun, pemerintah tidak mungkin menguasai pasar global karena itu mekanisme pasar. Saya berikan contoh misalnya sawit di Uni Eropa kita 'di-banned', 'di-block' karena di sana ada bisnis yang mirip-mirip kelapa sawit yaitu minyak bunga matahari di Prancis, untuk melindungi itu minyak kita dipersulit," tambah Jokowi.

Karena penurunan harga komoditas itulah maka Jokowi menilai kepuasan publik dan elektabilitasnya sebagai petahana menurun.

"Ini sebenarnya urusan bisnis, terus kita mau apa? Bolak-balik, saya juga kemarin ketemu PM China, minta tambahan kelapa sawit 500 ribu ton tapi harganya tidak menarik, jangan dipikir pemerintah tidak mengerti 'problem' makro Sumatera, masalah makro Jambi," ungkap Jokowi.

Penurunan harga komoditas itu juga ikut disebabkan karena produksi CPO Indonesia terlalu besar. Indonesia menurut Jokowi punya lahan sawit 13 juta hektare, produksi 42 juta ton per tahun.

"Bayangkan itu 10 juta truk, banyak sekali begitu ada 'problem' ekonomi global kita juga terimbas. Padahal harga manggis tinggi sekali, sedangkan semuanya menanam sawit dan sakit, hal-hal seperti ini yang harus kita bangun," tambah Jokowi.

Jokowi pun mengucapkan terima kasih atas semangat dan militansi yang warga di Jambi terhadap pasangan capres-cawapres Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

"Terima kasih atas semangat dan militansinya. Saya melihat, di sini militansinya yang paling tinggi, saya lihat betul, kalau Pak Ketua memberikan (kemenangan) 70 (persen), ya kita lihat saja pada Januari berapa, saya juga tadi lihat ke 'mall', 'feeling' saya ya tinggi, tapi tergantung bapak, ibu dan saudara sekalian," jelas Jokowi.

Hasil sejumlah lembaga survei menunjukkan bahwa memang pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin masih memenangkan persaingan dalam pemilihan presiden (pilpres) yang akan dilaksanakan pada 2019.

Lembaga survei Median merilis survei soal elektabilitas pasangan capres-cawapres di Pilpres 2019 dimana Joko Widodo-Ma'ruf Amin memperoleh 47,7 persen, Prabowo-Sandiaga 35,5 persen dan undecided votters 16,8 persen.

Survei dilakukan pada 4-16 November 2018 terhadap 1.200 responden yang memiliki hak pilih dengan margin of error survei +/- 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Sedangkan berdasarkan hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin unggul 60,4 persen sementara Prabowo-Sandi hanya 29,8 persen. 

Survei itu dilakukan pada 7-14  September 2018 terhadap 1.220 responden dengan response rate 1.074 responden. Survei dengan metode multistage random sampling dan margin of error kurang lebih 3,05 persen. Sedangkan responden terpilih diwawancarai melalui tatap muka.

Acara tersebut dihadiri Ketua Tim Pemenangan Pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin Erick Thohir, Kepala Staf Presiden Moeldoko, Plt Gubernur Jambi Fachrori Umar, Wali Kota Jambi Syarif Fasha dan sejumlah tokoh lainnya.

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018