Jakarta (ANTARA News) - Wakil Sekjen DPP PKB Daniel Johan menilai sosok Presiden Ke-5 RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur bukan hanya mengangkat kembali harkat dan martabat orang Tionghoa, namun etnis-etnis lainnya yang tertindas juga selalu dibelanya.

"Jadi tidak heran Gus Dur diangkat sebagai Bapaknya orang Tionghoa, bayangkan seorang kiai yang juga Ketua Umum Nahdlatul Ulama yang diangkat sebagai Bapak Tionghoa," kata Daniel di Jakarta, Minggu.

Hal itu dikatakan Daniel terkait peringatan Haul Ke-9 Gus Dur pada 16 Desember.

Dia mengatakan penganugerahan gelar Bapak Tionghoa kepada Gus Dur karena kecintaan etnia Tionghoa kepada mantan Ketua Umum PBNU tersebut.

Menurut dia, dahulu akar budaya Tionghoa dicabut, penggunaan bahasa tidak boleh, sekolah-sekolah dibatasi, hak politik, hak sosial, hak budaya diberangus.

"Seakan-akan Tionghoa itu diperlakukan seperti warga kelas dua dan itu buat kita tragis," ujarnya.

Daniel menilai Gus Dur merupakan guru bangsa yang dapat menjadi tauladan bagi semua orang, dari seluruh pemikiran dan kerja-kerja Gus Dur, jika kita peras menjadi satu kata, maka intisarinya adalah pengabdiannya kepada kemanusiaan.

Menurut dia, Gus Dur mengajarkan kita bagaimana mengangkat harkat dan martabat kemanusiaan ditempat yang tinggi dan Gus Dur sangat mencintai kemanusiaan.

"Gus Dur adalah seorang humanis dan nasionalis yang begitu mencintai rakyatnya tanpa membeda-bedakan agama, suku, dan latar belakangnya. Gus Dur membuat keislaman menjadi begitu indah dan dicintai, bahkan oleh umat lain," katanya.

Menurut dia, humanisme dan nasionalisme itu yang diwariskan Gus Dur ke PKB, sehingga partai tersebut penting menjadi besar untuk mewujudkan nasionalisme dan kemanusiaan yang berkeadilan sosial tersebut.

Daniel mengatakan PKB sudah bertahun-tahun mengajukan kepada pemerintah agar Gus Dur dijadikan pahlawan nasional namun untuk tahun ini Gus Dur belum mendapat kehormatan itu.

"Harapan kami tahun depan Gus Dur benar-benar dianugerahkan sebagai pahlawan nasional, meskipun sekarang ini rakyat sudah menganggap Gus Dur sebagai Bapak Bangsa Indonesia," ujarnya.

Dia menilai ketika situasi kebangsaan Indonesia saat ini penuh dengan kekisruhan, dirinya merasa sangat rindu dengan Gus Dur, dengan rangkulan humanismenya dan rasa humornya.

Baca juga: Gus Dur dan Soeharto tak diusulkan jadi pahlawan nasional
Baca juga: NU Bogor hadirkan mantan Aspri Presiden Gus Dur


 

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2018