Jakarta (ANTARA News) - Berdasarkan laporan Hootsuite pada Januari 2018, pengguna internet di Indonesia berjumlah 131,7 juta dengan pengguna aktif media sosial mencapai 130 juta.

Semakin banyak jumlah pengguna internet di Indonesia, menurut pendiri Gerakan #BijakBersosmed Enda Nasution akan membuat informasi di media sosial semakin beragam.

Oleh karena itu, pengguna internet diharap bijak dalam bersosial media. Berikut tujuh cara bijak bersosial media secara tenang dan damai dari Enda, yang disampaikan saat mengisi sesi di acara Siberkreasi Netizen Fair 2018, di GBK, Senayan, Jakarta, Sabtu.

1. Mengerti platform
Menurut Enda, penting bagi pengguna sosial media untuk mengenal dan memahami karakter platform sosial media yang digunakan.

"Pahami batasan-batasan misalnya batasan pengguna, misal di Instagram. Pahami juga kita mengaksesnya melalui smartphone, misalnya, bagaimana karakternya," ujar Enda.

2. Mengerti penggunanya
Meski komunikasi berada di dunia maya, saat bersosial media perlu memahami kepada siapa berinteraksi.

Hal ini penting karena komentar di sosial media merupakan jejak digital yang dapat ditelusuri dan disimpan dan berpotensi untuk diviralkan.

"Kalau sama teman beda cara komunikasinya, dengan ke guru atau ke orang tua," kata Enda.

3. Mengerti sisi hukum
Adanya  Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) perlu diketahui perlu diketahui agar pengguna sosial media tak terjerat hukum.

"Hampir setiap bulan ada kasus hukum yang melibatkan penggunaan sosial media. Selain ranah hukum juga perhatikan ranah etika dalam media sosial. Sanksi sosial di-bully oleh netizen," ujar Enda.

4. Hati-hati dengan emosi
Saat emosi, biasanya pengguna sosial media tidak berpikir ulang tentang apa yang ditulis atau diunggah. Oleh karena itu, sebaiknya tidak mengunggah sosial media saat tengah emosi.

5. Gunakan akal sehat
Enda juga mewanti-wanti agar pengguna sosial media tidak mengumbar informasi pribadi, seperti alamat rumah di akun sosial media mereka.

Apalagi mengunggah KTP, yang sering kali dilakukan oleh remaja untuk memamerkan bahwa mereka sudah dewasa. Namun, hal ini justru dapat dijadikan celah untuk melakukan kejahatan.

Bedakan pula antara fakta dan opini. Konten negatif juga perlu dihindari, seperti SARA. Enda menekankan untuk lebih sensitif dengan identitas orang lain, termasuk latar belakang budaya.

Etika lainnya dalam bersosial media yang harus diketahui adalah tidak menjadikan sosial media tempat berkeluh kesah.

"Jangan terlalu banyak mengeluh di sosial media, juga bully-ing, apalagi menjelek-jelekkan secara fisik," kata Enda.

6. Mengerti mengapa orang menciptakan hoax
Jangan mau dimanipulasi untuk menyebarkan informasi tidak benar atau membagikan hoaks, karena bisa saja itu adalah alat politik.

7. Mulai dari diri sendiri
"Semuanya capek mikirin orang, mengajari bijak bersosmed. Jadi, mulai dari diri sendiri saja," ujar Enda.

Saat menerima informasi, Enda menambahkan, ada baiknya untuk memeriksa informasi tersebut lewat beberapa platform, seperti Forum Anti Fitnah, Hasut dan Hoax di Facebook, situs cek fakta dan turnback hoax.

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018