Hanya ada tujuh negara anggota OKI yang memiliki kapasitas memproduksi vaksin
Jakarta (ANTARA News) - Pertemuan Otoritas Regulatori Obat (National Medicines Regulatory Authorities/ NMRAs) antaranggota Organisasi Kerja Sama Islam atau OKI pada 21-22 November 2018 di Jakarta membahas kerja sama farmasi.

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Penny Lukito saat berbincang dengan wartawan di Jakarta, Selasa, mengatakan kemitraan dalam bidang farmasi sangat penting untuk negara-negara Muslim yang tergabung dalam OKI.

Dia mengatakan Indonesia telah menginisiasi pembentukan forum kepala Otoritas regulatori obat kepada OKI.

Menurut Kepala BPOM, terdapat sambutan baik atas usulan itu sehingga tahun ini Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan perdana "The First Meeting of the Heads of National Medicines Regulatory Authorities of the OIC Member States"

"Pada 2017, kami ditunjuk sebagai 'center of excellence' untuk farmasi di antara anggota OKI. Di sinilah tugas BPOM jadi penting," kata dia.

Baca juga: OKI upayakan vaksin asli dari negara muslim

Dia mengatakan kapasitas keilmuan kefarmasian di antara anggota OKI belum merata sehingga forum pertemuan NMRAs agar bisa saling memberi manfaat di antara anggota OKI.

"Hanya ada tujuh negara anggota OKI yang memiliki kapasitas memproduksi vaksin," kata dia.

Adapun tujuh negara OKI yang bisa memproduksi vaksin di antaranya Indonesia, Iran, Senegal, Uzbekistan, Bangladesh, Tunisia dan Mesir.

Penny mengatakan hingga saat ini belum ada forum khusus untuk Otoritas Regulatori Obat di antara negara-negara OKI.

Padahal, kata dia, perlu agar ada sinergi antarnegara OKI untuk memastikan obat termasuk vaksin yang digunakan masyarakat memenuhi persyaratan khasiat, keamanan dan mutu.

Menurut dia, Indonesia bisa berkontribusi banyak di antara anggota NMRAs. Terlebih Indonesia memiliki kontribusi kepemimpinan intelektual di bidang obat di antara anggota OKI.

Penny mencontohkan Indonesia memiliki Bio Farma yang sudah mengekspor produknya ke 141 negara dengan 50 di antaranya negara anggota OKI.

Indonesia juga memiliki 217 pabrik farmasi lainnya dengan kapasitas produksinya yang bisa diekspor ke berbagai negara.

Selain itu, kata dia, vaksin dan obat Indonesia memiliki kualitas ekspor yang diakui Badan Kesehatan Dunia (WHO).

BPOM, lanjut dia, juga sudah mendapat pengakuan sebagai otoritas regulatori vaksin yang dinilai baik oleh WHO.

"Indonesia dapat berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan obat-obatan dan peningkatan kapasitas regulatori obat di negara-negara Islam," kata dia. 

Baca juga: Indonesia pimpin proses mandiri vaksin negara-negara OKI
Baca juga: Tunisia dan Maroko pelajari pembuatan vaksin ke Bio Farma




 

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2018