Mamuju (ANTARA News) - Gempa di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, membuat sejumlah warga wilayah tersebut memilih berada di tenda darurat karena takut bangunan roboh ketika guncangan gempa terasa keras.

Pemantauan di Mamasa, Selasa, sejumlah warga memilih meninggalkan rumahnya dan mendirikan tenda darurat di ruang terbuka setelah gempa bumi terus mengguncang daerah itu sejak 3 November 2018.

Sejumlah warga memilih mendirikan tenda darurat karena khawatir tertimpa bangunan ketika guncangan gempa semakin keras.

Bupati Mamasa Ramlan Badawi telah meminta warganya untuk tenang dan tetap waspada serta berharap agar masyarakat tidak terpengaruh berita hoaks yang tidak bertanggung jawab dan menunggu imbauan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Baca juga: Warga Mamasa masih trauma pascagempa beruntun

Gempa di Mamasa tercatat sudah terjadi 67 kali sejak tiga hari terakhir dan gempa bumi terbesar terjadi pada Senin malam tanggal 6 November 2018 dini hari pukul 01:35:53 WITA.

Gempa itu berkekuatan 5.5 Magnitudo berada pada kedalaman 10 kilometer berlokasi 12 km Tenggara Kota Mamasa pada 2.93 Lintang Selatan-119.44 Bujur Timur.

Gempa tersebut dirasakan di Kota Mamuju ibu kota Provinsi Sulbaar dengan getaran sebanyak dua kali dan membuat sejumlah warga panik

"Getaran gempa mengakibatkan masyarakat di Kota Mamuju terbangun dari tidurnya karena getaran gempa cukup keras. Warga berlari mencari ruang terbuka menghindari bangunan tinggi," kata Endang, salah seorang warga Kota Mamuju.

Baca juga: Kabupaten Mamasa Sulbar diguncang 67 kali gempa
Baca juga: Serangkaian gempa guncang Mamasa, picu kepanikan warga

Pewarta: M.Faisal Hanapi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2018