Nusa Dua, Bali, (ANTARA News) - Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut Pandjaitan, di Bali, Senin, mengatakan, Indonesia dapat disebut sebagai laboratorium penanggulangab bencana alam.

"Tahun lalu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 1589 bencana alam di seluruh Indonesia. Sejak Juli 2018, tercatat 289 kebakaran, kekeringan, angin puyuh, banjir, gempa bumi dan letusan dalam satu bulan itu. Karena perubahan iklim mempercepat laju bencana alam, mungkin saja jumlah dan biaya dari peristiwa ini meningkat," kata dia. 

Ia berharap negara-negara pulau dan negara kepulauan bisa duduk bersama-sama dan mencari solusi yang disesuaikan dengan tantangan negara-negara yang unik tersebut. 

"Ini bisa menjadi tempat untuk menghasilkan ide-ide baru, dikumpulkannya sumber daya bersama, dan mempertemukan persamaan kita," katanya.
 
Pertemuan ini dihadiri utusan dari 14 negara peserta, antara lain Presiden Palau, Tommy Remengesau, Menteri Perikanan Fiji, Semmy Korollavesau, sekretaris jenderal Kementerian Luar Negeri Federasi Micronesia, Menteri Ekonomi Kelautan Mauritius, Premdut Koonjoo, serta utusan dari Selandia Baru, Bahrain, Timor Leste, Singapura, Irlandia dll. 

Para utusan negara-negara peserta menyambut baik akan rencana diadakannya deklarasi bersama di Manado dan berharap hasil konferensi tersebut bisa membantu mereka mengadapi tantangan alam seperti perubahan iklim.

Luhut membahas dalam konteks tema Archipelagic and Island States (AIS), yang merupakan Forum atau Forum Negara-negara Pulau dan Kepulauan yang akan digelar pada 1-2 November 2018 di Manado, Sulawesi Utara.

Pandjaitan mengharapkan Forum AIS dapat mengkatalisasi pemikiran inovatif dan membantu menghasilkan solusi cerdas dan inovatif dari para anggotanya.

Menurut dia, yang dibutuhkan sekarang adalah aksi global, karena kita dituntut lebih tanggap, cepat bahkan kreatif menghadapi situasi seperti sekarang ini.

Baca juga: Indonesia siap gelar pertemuan tingkat menteri AIS ke-3

Pewarta: Afut Nursyirwan
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018