Padang (ANTARA News) - Mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Dato Seri Anwar Ibrahim mengungkapkan alasan dirinya memafkan Mahatir Mohammad karena kecintaannya pada negara.

"Penderitaan yang saya alami masih lebih kecil dari penderitaan yang dialami rakyat, itu yang selalu saya tanamkan kepada diri dan keluarga atas segala apa yang terjadi pada diri saya," katanya di Padang, Sumbar, Minggu.

Menurut dia, meskipun dirinya difitnah, dipukuli, dihina dan lainnya. Dirinya masih bisa mengirimkan anak-anaknya mengenyam pendidikan tinggi di universitas.

Selain itu, apabila mengalami sakit, dirinya bersama keluarga masih dapat menjalani perawatan di rumah sakit.

Sedangkan rakyat tidak memiliki hak untuk melanjutkan pendidikan sehingga ada jurang pemisah antara kaya dan miskin.

Ia mengatakan dirinya bersama Mahatir Mohammad pernah menjadi seteru yang sengit dalam sejarah Malaysia. Namun, karena kecintaan pada negara dan untuk menyelamatkan negara dari perampokan uang rakyat dan penindasan.

"Hal inilah yang membuat dirinya bergabung dengan Mahatir Mohammad untuk menumbangkan pemerintahan," kata dia.

Ia mengatakan dirinya hampir 10,5 tahun dihukum penjara dan enam bulan yang lalu baru dibebaskan. Selama dipenjara dirinya lebih banyak merenung dan membaca ribuan buku sehingga memberikan motivasi bagi dirinya.

Menurut dia, dirinya telah berulang kali di fitnah mulai dari agen dari berbagai negara mulai dari Amerika Serikat, Jerman, Inggris dan lainnya, selain itu tersangkut kasus sodomi dan lainnya.

Selama 20 tahun, media di Malaysia dikungkung dan tidak boleh mengungkap hal yang buruk tentang pemerintah. Dirinya meyakini bahwa masyarakat Malaysia tidak sebodoh apa yang dipikirkan penguasa kala itu.

"Saya memperjuangkan kebenaran dan yakin dengan perjuangan yang saat ini dilakukan," tukasnya.

Baca juga: Anwar Ibrahim temui Jokowi di Istana Bogor
Baca juga: Anwar Ibrahim terkesan dengan pantun Gubernur Sumbar
Baca juga: Anwar Ibrahim: Jangan jadi mahasiswa tanpa nurani

Pewarta: Mario Sofia Nasution
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018