Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menghadiri "VI Congress of the Leaders of World & Traditional Religions" yang diselenggarakan di Kazakhstan pada 10-11 Oktober 2018.
   
Berdasarkan keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis, Haedar hadir bersama Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti dan Ketua Umum PP Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini.
   
Kegiatan itu dihadiri 82 negara perwakilan yang terdiri dari pemimpin organisasi agama Islam, Kristen, Hindhu serta perwakilan organisasi internasional, seperti Aliansi Peradaban PBB, OSCE dan UNESCO.
   
Pertemuan tersebut membahas peran para pemimpin agama dalam menjaga dunia yang aman. Proses perdamaian juga melibatkan pemangku agama dalam membangun kepercayaan dan saling menghormati, memerangi ekstremisme agama dan menciptakan amannya dunia.
   
Pada Kamis waktu setempat, Haedar menyampaikan presentasi terkait "Religion and Globalization: Challenges and Responses".

Dia mengatakan pada dasarnya agama tidak selalu menentang globalisasi. Islam sejak awal berkembang telah mensyiarkan dari dunia tanpa batas dan bisa seiring dengan globalisasi.
   
"Islam secara konsisten menyerukan pesan universal yang tidak terbatas suku tertentu dan etnis, geografi dan daerah. Islam telah menyerukan persaudaraan universal dan kerja sama antara orang-orang dari elemen penting dunia," katanya.
   
Kendati demikian, dia mengatakan dampak negatif globalisasi harus ditekan. Peran agama Islam sangat dibutuhkan dalam memerangi dampak negatif globalisasi itu seperti yang tertuang dalam surat Al Maidah ayat 2 dan Al-A’raf ayat 56.
   
"Agama harus tetap sebagai sumber dorongan untuk globalisasi yang akan membawa kebaikan bersama, tapi pada saat yang sama, harus berfungsi sebagai pengingat dan alarm bagi umat manusia untuk tidak terlibat dalam perbuatan yang merusak," kata dia.
   
Dia mengatakan Muhammadiyah yang merupakan organisasi Islam modern terbesar di Indonesia secara konsisten menyerukan masyarakat dunia untuk pengembangan spiritual yang berpengaruh terhadap globalisasi.
   
Muhammadiyah telah banyak terlibat aktif dalam isu perdamaian, di antaranya dalam dialog konflik yang terjadi di Filipina Selatan, mengirim tim darurat ke bencana Nepal dan juga terlibat aktif dalam membantu menangani pengungsi Rohingnya di Myanmar dan Bangladesh.
   
"Muhammadiyah mendesak anggotanya, pada khususnya, dan Muslim di seluruh dunia pada umumnya, untuk selalu melakukan ijtihad menghadirkan Islam yang berkemajuan dan sesuai dengan kebutuhan modernitas saat ini serta mencegah bencana efek samping dari globalisasi yang terjadi," katanya. 

Baca juga: Muhammadiyah kirim tim tanggap bencana ke Sulawesi Tengah
Baca juga: Ulama ajak sikapi musibah alam dengan fikih bencana

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018